{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 112.
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾
attā`ibụnal-‘ābidụnal-ḥāmidụnas-sā`iḥụnar-rāki’ụnas-sājidụnal-āmirụna bil-ma’rụfi wan-nāhụna ‘anil-mungkari wal-ḥāfiẓụna liḥudụdillāh, wa basysyiril-mu`minīn
QS. At-Taubah [9] : 112
Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman.
Di antara sifat-sifat orang mukmin yang dijanjikan surga adalah orang-orang yang bertaubat, kembali dari perbuatan yang dibenci Allah menuju perbuatan yang disukai dan diridhai-Nya. Mereka ikhlas dalam beribadah kepada Allah semata, bersungguh-sungguh taat kepada-Nya, dan juga selalu memuji Allah dalam setiap cobaan yang diterimanya, baik cobaan itu berupa kebaikan atau keburukan. Mereka juga adalah orang-orang yang senantiasa berpuasa dan selalu mendirikan shalat, menyuruh orang-orang melakukan apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya serta melarang apa yang dilarang oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya. Mereka menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan dengan memperhatikan perintah dan larangan-Nya. Mereka adalah orang-orang yang berdiri diatas ketaatan dan senantiasa memelihara hukum-hukum Allah. Maka dari itu, berikanlah kepada orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut kabar gembira (wahai Nabi) bahwa mereka akan mendapat kerdhaan Allah dan surga-Nya.
Ayat ini menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang pengorbanan jiwa dan harta benda mereka diterima Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mereka mempunyai sifat-sifat yang baik dan pekerti yang agung, yaitu:
…orang-orang yang bertobat.
Yakni bertobat dari semua dosa dan meninggalkan semua perbuatan yang keji.
…orang-orang yang ahli ibadah.
Yaitu mereka menegakkan ibadahnya kepada Tuhan mereka dan memeliharanya dengan baik, baik ibadah yang berkaitan dengan ucapan maupun pekerjaan. Secara khusus ibadah lisan ialah membaca hamdalah (pujian) kepada Allah. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
…orang-orang yang memuji (Allah).
Di antara amal yang paling utama ialah berpuasa, yaitu meninggalkan kelezatan makan dan minum serta bersetubuh. Pengertian inilah yang dimaksud dengan istilah siyahah dalam ayat ini, yaitu firman-Nya:
…orang-orang yang berpuasa.
Sama halnya dengan sifat yang dimiliki oleh istri-istri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Yakni wanita-wanita yang berpuasa. (At Tahrim: 5)
Mengenai rukuk dan sujud, keduanya merupakan bagian dari salat, dan makna yang dimaksud adalah salat itu sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
…yang rukuk dan yang sujud.
Sekalipun demikian, mereka memberikan manfaat kepada makhluk Allah, membimbing mereka untuk taat kepada Allah, dan memerintahkan mereka untuk mengerjakan hal yang makruf dan melarang mereka dari perbuatan yang mungkar. Mereka juga mengetahui semua hal yang harus mereka kerjakan dan semua hal yang wajib mereka tinggalkan, yakni mereka selalu memelihara hukum-hukum Allah dalam pengharaman dan penghalalan-Nya secara teori dan pengamalannya. Dengan demikian, berarti mereka telah menegakkan ibadah kepada Yang Mahabenar dan memberikan nasihat kepada makhluk-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dan gembirakanlah orang-orang yang mukmin itu.
Dikatakan demikian karena iman mencakup semua sifat tersebut, dan kebahagiaan yang paling puncak ialah bagi orang yang memiliki sifat-sifat itu.
Keterangan mengenai makna Siyahah dalam ayat ini adalah puasa
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Asim, dari Zar, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan sehubungan dengan makna lafaz as-saihuna, bahwa makna yang dimaksud adalah orang-orang yang berpuasa. Hal yang sama telah dikatakan oleh riwayat Sa’id ibnu Jubair dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa semua lafaz siyahah yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Al Quran artinya puasa. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak rahimahullah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Yazid, dari Al-Walid ibnu Abdullah, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa siyahah (pesiar)nya umat ini adalah puasa.
Hal yang sama telah dikatakan ojeh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ata, Abdur Rahman As-Sulami, Ad-Dahhak ibnu Muzahim, Sufyan ibnu Uyaynah, dan lain-lainnya. Mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-saihun ialah orang-orang yang berpuasa.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…orang-orang yang berpuasa.
Menurutnya, mereka adalah orang-orang yang mengerjakan puasa di bulan Ramadan.
Abu Amr Al-Abdi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…orang-orang yang berpuasa.
Mereka adalah orang-orang mukmin yang menjalankan puasanya secara terus-menerus.
Di dalam sebuah hadis marfu’ telah disebutkan hal yang semisal.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Bazi’, telah menceritakan kepada kami Hakim ibnu Hizam, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Orang-orang yang ber-siyahah adalah orang-orang yang berpuasa
Tetapi predikat mauquf hadis ini lebih sahih.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Ibnu Wahb, dari Umar ibnul Hari s, dari Amr ibnu Dinar, dari Ubaid ibnu Umair yang mengatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya mengenai makna as-saihun. Maka beliau menjawab: Mereka adalah orang-orang yang berpuasa.
Hadis ini berpredikat mursal lagi jayyid. Pendapat ini adalah pendapat yang paling sahih dan paling terkenal.
Akan tetapi, ada pendapat yang menunjukkan bahwa makna siyahah adalah jihad, seperti apa yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di dalam kitab Sunan-nya melalui hadis Abu Umamah, bahwa ada seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, izinkanlah saya untuk ber-siyahah.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab melalui sabdanya:
Siyahah umatku adalah berjihad di jalan Allah.
Ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Lahi’ah, bahwa telah menceritakan kepadaku Imarah ibnu Gazyah, pernah disebutkan masalah siyahah di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Allah telah menggantikannya buat kita dengan berjihad di jalan Allah dan bertakbir di atas setiap tanjakan (tempat yang tinggi).
Dari Ikrimah, disebutkan bahwa orang-orang yang ber-siyahah adalah nara penuntut ilmu.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berhijrah.
Kedua riwayat di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Tetapi bukanlah yang dimaksud dengan siyahah apa yang dipahami oleh sebagian orang, bahwa mereka adalah orang-orang yang melakukan ibadah seraya ber-siyahah di muka bumi dengan menyendiri di puncak-puncak bukit, atau di gua-gua, atau di tempat-tempat yang sepi. Karena sesungguhnya hal ini tidaklah disyariatkan kecuali hanya dalam masa fitnah sedang melanda umat dan terjadi keguncangan dalam agama.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan sebuah hadis melalui Abu Sa’id Al-Khudri r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Hampir tiba masanya di mana sebaik-baik harta seseorang berupa ternak kambing yang ia ikuti sampai ke lereng-lereng bukit dan tempat-tempat yang berhujan, seraya melarikan diri menyelamatkan agamanya dari fitnah-fitnah (yang sedang melanda).
Al-Aufi dan Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
…dan orang-orang yang memelihara hukum-hukum Allah.
Maksudnya adalah orang-orang yang menjalankan ketaatan kepada Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri.
Dan dari Al-Hasan Al-Basri dalam riwayat yang lain sehubungan dengan makna firman-Nya:
…orang-orang yang memelihara hukum-hukum Allah.
Dalam riwayat itu disebutkan bahwa yang dimaksud adalah memelihara hal-hal yang difardukan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan dalam riwayat lainnya lagi disebutkan orang-orang yang menegakkan perintah Allah.
Tafsir Ayat:
Sepertinya dikatakan, siapakah orang-orang Mukmin yang memperoleh berita gembira dari Allah dengan surga dan kemuliaan? Mereka itu adalah التَّائِبُونَ “orang-orang yang bertaubat”, yaitu orang-orang yang selalu bertaubat dari seluruh kesalahan dalam setiap waktu الْعَابِدُونَ “yang beribadah”, yang memiliki sifat ubudiyah kepada Allah, terus menerus menaatiNya dengan melakukan perkara-perkara yang wajib dan yang dianjurkan setiap saat. Dengan itu seorang hamba termasuk orang-orang yang beribadah الْحَامِدُونَ “yang memuji (Allah)”, dalam keadaan susah, senang, mudah maupun sulit, mengakui nikmat-nikmat Allah atasnya, baik yang lahir dan yang batin, yang memuji Allah dengan menyebut nikmat dan menyebut Pemberi nikmat di malam dan siang hari السَّائِحُونَ “yang melawat”, ia ditafsirkan dengan puasa atau dengan menuntut ilmu, ditafsirkan pula dengan melawatnya hati untuk mengetahui Allah, mencintaiNya, dan selalu kembali kepadaNya. Dan yang benar adalah bahwa ia adalah bepergian untuk ibadah seperti haji, umrah, jihad, mencari ilmu, silaturahim dan lain-lain.
الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ “Yang rukuk, yang sujud.” Yakni orang-orang yang memperbanyak shalat yang berisi rukuk dan sujud الآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ “yang menyuruh berbuat ma’ruf,” termasuk di dalamnya adalah yang wajib dan yang dianjurkan وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ “dan mencegah berbuat mungkar”, yaitu semua yang dilarang oleh Allah dan RasulNya. وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ “Dan yang memelihara hukum-hukum Allah”, dengan mempelajari hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada RasulNya dan apa yang masuk ke dalam perintah, larangan, dan hukum-hukum yang lain, serta apa yang tidak masuk ke dalam perkara tersebut, dan mereka senantiasa melakukan (yang diperintahkan) dan meninggalkan (yang dilarang). وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ “Dan berilah kabar gembira orang-orang Mukmin itu.” Tidak disebutkan dengan apa mereka digembirakan, agar ia mencakup pahala dunia, agama, dan akhirat yang merupakan buah dari iman. Berita gembira ini meliputi setiap Mukmin. Adapun kadar dan sifatnya, maka ia sesuai dengan keadaan dan keimanan seorang Mukmin dari segi lemah, kuat, dan penerapan terhadap konsekuensinya.
Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat baik karena melakukan dosa maupun tidak melakukan dosa, beribadah secara berkesinambungan, memuji Allah sebagai rasa syukur, mengembara untuk tujuan kebaikan, rukuk, sujud, yakni salat sebagai wujud tunduk dan patuh kepada Allah, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara, yakni melaksanakan hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman yang mempunyai sifat-sifat yang sudah disebutkan. Usai menjelaskan sifat-sifat orang yang bertobat, Allah lalu menjelaskan manusia yang tidak layak dimohonkan ampunan Allah. Tidak pantas, yakni tidak pernah dan tidak mungkin terjadi bagi nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang musyrik itu kaum kerabat-Nya, setelah jelas bagi mereka dengan kematian mereka dalam kemusyrikan, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahanam.
At-Taubah Ayat 112 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 112, Makna At-Taubah Ayat 112, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 112, At-Taubah Ayat 112 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 112
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)