{8} Al-Anfal / الأنفال | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يونس / Yunus {10} |
Tafsir Al-Qur’an Surat At-Taubah التوبة (Pengampunan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 9 Tafsir ayat Ke 117.
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴿١١٧﴾
laqat tāballāhu ‘alan-nabiyyi wal-muhājirīna wal-anṣārillażīnattaba’ụhu fī sā’atil-‘usrati mim ba’di mā kāda yazīgu qulụbu farīqim min-hum ṡumma tāba ‘alaihim, innahụ bihim ra`ụfur raḥīm
QS. At-Taubah [9] : 117
Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka,
Allah telah memberikan taufik kepada Nabi-Nya Muhammad untuk kembali dalam ketaatan kepada-Nya, juga menerima taubat orang-orang Muhajirin yang meninggalkan kediaman dan keluarga mereka menuju negeri Islam, juga taubat orang-orang Anshar yaitu para penolong Rasulullah yang pergi bersamanya untuk memerangi musuh pada peperangan Tabuk, pada hari yang sangat panas dengan perbekalan dan persiapan yang sangat sedikit. Allah juga telah menerima taubat mereka setelah hati sebagian dari mereka hampir berpaling dari kebenaran, mereka cenderung untuk meninggalkan peperangan dan tinggal di rumah. Akan tetapi, Allah memantapkan dan menguatkan mereka serta mengampuni mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang terhadap mereka baik di dunia atau di akhirat. Di antara kasih sayang Allah adalah bahwa Allah telah menganugerahkan kepada mereka pengampunan-Nya, menerima taubat mereka, dan menetapkan mereka sebagai orang yang diterima taubatnya.
Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan dalam Perang Tabuk. Demikian itu karena mereka berangkat menuju medan Tabuk dalam situasi yang sangat berat, yaitu di musim kering, panas yang terik, serta sulit untuk mendapat bekal dan air.
Qatadah mengatakan bahwa mereka berangkat menuju negeri Syam —yaitu medan Tabuk— dalam musim panas yang sangat terik dan musim paceklik. Mereka mengalami musim paceklik yang berat tahun itu, sehingga disebutkan bahwa ada dua orang lelaki membagi dua sebiji buah kurma di antara keduanya. Tersebut pula bahwa sejumlah pasukan terbiasa silih berganti mengisap sebiji kurma di antara sesama mereka, setelah itu barulah minum air. Kemudian sebiji kurma itu berpindah tangan ke yang lain, setelah minum diberikannya kepada yang belum. Akhirnya Allah menerima tobat mereka dan memulangkan mereka dari medan perangnya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Hari s, dari Sa’id ibnu Abu Hilal, dari Atabah, dari Nafi’ ibnu Jubair ibnu Mut’im, dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa pernah ditanyakan kepada Umar ibnul Khattab tentang kisah pasukan Usrah. Maka Umar ibnul Khattab menjawab, “Kami berangkat ke medan Perang Tabuk dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di tengah musim panas yang keras. Lalu kami turun istirahat di suatu tempat, karena saat itu kami mengalami kehausan, sehingga kami merasa seakan-akan leher kami akan terputus (mati kehausan). Sesungguhnya seseorang di antara kami pergi untuk mencari air, tetapi ia tidak mendapatkannya sehingga ia menduga bahwa lehernya terputus. Dan ada seorang lelaki menyembelih untanya, lalu memeras bagian perut unta yang mengandung air, kemudian meminumnya, lalu sisanya ia siramkan ke dadanya. Maka Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kebaikan kepadamu dalam berdoa, maka doakanlah buat kami.’ Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, ‘Apakah kamu suka hal itu?’ Abu Bakar menjawab, ‘Ya.’ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. Sebelum beliau menurunkan kedua tangannya, langit menurunkan hujan yang lebat, kemudian keadaan menjadi tenang. Maka mereka memenuhi semua wadah yang mereka bawa dengan air. Kemudian kami berangkat memeriksa, dan ternyata hujan itu tidak melampaui markas pasukan kaum muslim.”
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin, dan orang-orang Ansar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan.
Yakni sulit mendapat biaya, kendaraan, bekal, dan air.
…setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling.
Artinya, berpaling dari kebenaran, merasa ragu kepada agama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, serta bimbang karena masyaqat dan kesengsaraan yang mereka alami dalam perjalanan mereka menuju medan perang.
…kemudian Allah menerima tobat mereka itu.
Yakni kemudian Allah mengilhamkan kepada mereka bertobat kepada-Nya dan kembali teguh dalam membela agama-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.
Tafsir Ayat:
Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan bahwa termasuk kebaikan dan kasih sayangNya, لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ “Allah telah menerima taubat Nabi”, Muhammad وَالْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ “dan orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar.” Dia mengampuni kesalahan mereka, memudahkan kebaikan bagi mereka, dan mengangkat mereka ke derajat tertinggi, hal itu karena mereka melakukan amal yang sangat sulit dan sangat berat, oleh karena itu Dia berfirman, الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ “Yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan”, yakni, berangkat bersama beliau untuk memerangi musuh di perang Tabuk, di mana ia terjadi pada saat yang sangat panas, bekal dan kendaraan sedikit, dan banyaknya jumlah musuh, hal mana itu mendorong orang untuk enggan berangkat perang, namun kemudian mereka memohon pertolongan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan tetap melakukan jihad tersebut, مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ “setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling”, yakni hati mereka berbalik dan cenderung kepada ketenangan dan kenyamanan, akan tetapi Allah meneguhkan, mendukung, dan menguatkan mereka.
Berpalingnya hati adalah penyelewengannya dari jalan yang lurus, jika penyelewengannya pada dasar agama, maka ia adalah kekufuran, jika pada syariatnya, maka hal itu menurut syariat di mana dia menyimpang darinya. Bisa dalam bentuk dia lalai dalam menunaikannya, atau menunaikannya secara tidak syar’i. FirmanNya, ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ “Kemudian Allah menerima taubat mereka itu.” إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” Di antara kasih sayangNya adalah memberi mereka nikmat taubat dan menerimanya dari mereka serta meneguhkan mereka di atasnya.
Pada ayat ini dijelaskan salah satu wujud rahmat Allah. Sungguh, Allah telah menerima tobat nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang ansar, yang mengikuti nabi pada masa-masa sulit ketika perang tabuk yang terjadi antara kaum muslim dengan orang-orang romawi pada tahun ke-10 h, saat itu lagi musim paceklik dan cuaca sangat panas, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling dari kebenaran akibat masa sulit yang mereka alami, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah maha pengasih kepada semua hamba-Nya, terlebih kepada orangorang yang bertobat, maha penyayang, yakni mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka. Dan Allah juga memberi pengampunan terhadap tiga orang yang tidak mau ikut perang, yaitu ka’b bin ma’lik, hila’l bin umayyah, mura’rah bin rabi’ah yang ditinggalkan atas perintah Allah, yakni tidak diajak bicara oleh rasulullah dan kaum muslim. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal mereka tahu bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah pula terasa sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui dan yakin bahwa tidak ada tempat lari dari cobaan Allah, melainkan berlindung dan kembali kepada-Nya saja, ketika itulah kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah maha penerima tobat orang yang sungguh-sungguh menyesali kesalahannya, maha penyayang terhadap semua hamba-Nya.
At-Taubah Ayat 117 Arab-Latin, Terjemah Arti At-Taubah Ayat 117, Makna At-Taubah Ayat 117, Terjemahan Tafsir At-Taubah Ayat 117, At-Taubah Ayat 117 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan At-Taubah Ayat 117
Tafsir Surat At-Taubah Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)