{9} At-Taubah (Al-Bara’ah) / التوبة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | هود / Hud {11} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yunus يونس (Nabi Yunus) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 10 Tafsir ayat Ke 12.
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَىٰ ضُرٍّ مَسَّهُ ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٢﴾
wa iżā massal-insānaḍ-ḍurru da’ānā lijambihī au qā’idan au qā`imā, fa lammā kasyafnā ‘an-hu ḍurrahụ marra ka`al lam yad’unā ilā ḍurrim massah, każālika zuyyina lil-musrifīna mā kānụ ya’malụn
QS. Yunus [10] : 12
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan.
Dan apabila manusia ditimpa kesusahan, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, ataupun berdiri, sesuai dengan keadaannya ketika kesusahan menimpanya. akan tetapi, setelah Kami hilangkan kesusahan itu darinya, dia kembali ke jalan sebelum ditimpa kesusahan dan melupakan cobaan dan musibah yang ia terima serta tidak mau bersyukur kepada Rabb-nya yang telah menghilangkan musibah yang menimpanya. dia terus memusuhi dan berbuat jahat setelah Allah menghilangkan musibahnya, sebagaimana orang-orang yang melampaui batas dalam mendustakan Allah dan para Nabi-Nya. mereka selalu berbuat maksiat kepada Allah dan menyekutukan-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang manusia menyangkut kegundahan dan kekhawatirannya apabila ditimpa oleh bahaya, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Al Fushilat:51)
Yaitu banyak melakukan doa. Lafaz ‘arid semakna dengan lafaz kasir, yakni banyak. Disebutkan demikian oleh ayat ini karena manusia itu apabila tertimpa oleh malapetaka dan kesusahan, maka ia gelisah dan cemas serta banyak berdoa saat itu. Lalu dia berdoa kepada Allah agar musibah itu dilenyapkan dan dijauhkan darinya, baik dalam keadaan berbaring atau duduk atau berdiri, dan dalam semua keadaan ia selalu berdoa untuk itu. Tetapi apabila Allah melenyapkan musibah dan malapetaka yang menimpanya, maka dengan serta merta ia berpaling dan menjauh dari doanya serta meninggalkan apa yang pernah dilakukannya, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu pun sebelumnya.
…dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mencela orang yang bersifat demikian dan mempunyai watak seperti itu melalui firman-Nya:
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
Adapun orang yang telah dianugerahi oleh Allah hidayah, taufik, bimbingan, dan penyuluhan, maka dia termasuk orang yang dikecualikan dari hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh (Huud:11)
Juga seperti yang disebutkan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam salah satu sabdanya:
Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah menakdirkan sesuatu bagi dirinya melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kegembiraan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang mukmin.
Tafsir Ayat:
Ini adalah penjelasan tentang tabiat dasar manusia, bahwa jika ditimpa kesulitan berupa penyakit atau musibah, maka dia bersungguh-sungguh berdoa, memohon kepada Allah di setiap keadaannya dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring, dia terus menerus berdoa agar Allah mengangkat kesulitannya. فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ “Tetapi tatkala Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya.” Maksudnya terus dalam kelalaiannya, berpaling dari Rabbnya seolah-olah dia tidak ditimpa kesulitan yang telah Allah hilangkan. Kezhaliman mana yang lebih besar daripada ini? Dia meminta kepada Rabbnya agar mewujudkan maksudnya, lalu ketika Dia memberikannya, maka hamba itu tidak memperhatikan hak Rabbnya seolah-olah Rabbnya tidak memiliki hak atasnya. Ini adalah bentuk pemberian rasa indah dari setan, dia menjadikan apa yang buruk dan busuk menurut akal dan fitrah sebagai sesuatu yang baik. كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ “Begitulah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas itu”, yaitu yang melanggar aturan-aturan Allah, مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ apa yang selalu mereka kerjakan.”
Ayat ini masih menjelaskan tentang sifat-sifat buruk manusia, yaitu tidak bersyukur ketika mendapat anugerah atau nikmat. Dan apabila manusia ditimpa bahaya akibat ulah mereka sendiri, dia berdoa kepada kami dengan memuji dan mengakui keagungan Allah dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, yakni terus berdoa tiada henti dalam segala situasi, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali ke jalan yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan berupa kedurhakaan. Setelah dijelaskan bahwa di antara sifat buruk manusia adalah suka tergesa-gesa dan tidak bersyukur, lalu pada ayat ini disebutkan berbagai azab yang ditimpakan kepada orang-orang yang zalim. Dan sungguh, kami telah membinasakan secara menyeluruh atau mendatangkan azab berupa kerusakan dan kehancuran beberapa generasi umat-umat sebelum kamu, yakni kaum kafir mekah yang semasa dengan rasulullah, ketika mereka berbuat zalim, padahal para rasul mereka telah datang membawa keterangan-keterangan baik berupa mukjizat yang bersifat inderawi maupun yang tertera di dalam kitab suci, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.
Yunus Ayat 12 Arab-Latin, Terjemah Arti Yunus Ayat 12, Makna Yunus Ayat 12, Terjemahan Tafsir Yunus Ayat 12, Yunus Ayat 12 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yunus Ayat 12
Tafsir Surat Yunus Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)