{9} At-Taubah (Al-Bara’ah) / التوبة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | هود / Hud {11} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yunus يونس (Nabi Yunus) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 10 Tafsir ayat Ke 16.
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَاكُمْ بِهِ ۖ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِنْ قَبْلِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿١٦﴾
qul lau syā`allāhu mā talautuhụ ‘alaikum wa lā adrākum bihī fa qad labiṡtu fīkum ‘umuram ming qablih, a fa lā ta’qilụn
QS. Yunus [10] : 16
Katakanlah (Muhammad), “Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu.” Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur’an). Apakah kamu tidak mengerti?
Katakanlah olehmu (wahai Rasul) kepada mereka, “Jika Allah menghendaki, aku tidak akan membacakan Al Qur’an ini kepada kalian, dan Allah tidak pula memberitahukannya kepada kalian. Ketahuilah bahwa ini adalah kebenaran dari Allah. Kalian pun tahu bahwa aku telah tinggal untuk waktu yang lama bersama kalian sebelum Rabb-ku memberiku wahyu, dan sebelum aku membacakan ayat-ayat-Nya kepada kalian. Apakah kalian tidak menggunakan akal kalian untuk memikirkan dan merenungkannya?”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan perihal pembangkangan orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrik Quraisy yang ingkar lagi berpaling dari-Nya. Mereka itu apabila dibacakan Kitabullah dan hujah-
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman mengemukakan hujah yang menguatkan kebenaran dari apa yang disampaikan oleh Rasul kepada mereka:
Katakanlah.”Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepada kalian dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepada kalian.”
Dengan kata lain. sesungguhnya aku menyampaikan ini kepada kalian hanyalah atas dasar izin dari Allah yang diberikan-Nya kepadaku, dan atas kehendak dan kemauan-Nya. Sebagai bukti bahwa aku bukanlah yang membuat-buatnya (Al-Qur’an) dari diriku sendiri, bukan pula aku yang mengada-adakannya, ialah kalian tidak mampu menandinginya. Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui kejujuran dan kebenaranku sejak aku tumbuh besar di kalangan kalian sampai dengan Allah mengangkatku menjadi seorang rasul. Janganlah kalian menentangku dan menjelek-jelekkan diriku. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Sesungguhnya aku telah tinggal bersama kalian beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kalian tidak memikirkannya?
Maksudnya, bukankah kalian berakal yang dengannya kalian dapat mengenal antara yang hak dan yang batil? Karena itulah ketika Heraklius, Raja (Kaisar) Romawi, bertanya kepada Abu Sufyan dan orang-orang yang bersamanya mengenai sifat dan ciri khas Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu, “Apakah kalian menuduhnya pernah berkata dusta sebelum dia mengucapkan apa yang telah disampaikannya itu?” Abu Sufyan menjawab, “tidak.” Padahal Abu Sufyan saat itu adalah pemimpin orang-orang kafir dan gembong kaum musyrik, sekalipun demikian, dia mengakui kebenaran.
Dan kesaksian yang diutarakan oleh bekas musuh itu mengandung nilai lebih yang tersendiri.
Maka Heraklius berkata kepada Abu Sufyan, “‘Sesungguhnya aku pun mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang suka berdusta kepada orang lain, yang karenanya lalu ia akan berdusta kepada Allah.”
Ja’far ibnu Abu Talib berkata kepada Raja “Negus, raja negeri Habsyah (Etiopia), “Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang kami kenal kebenarannya, nasabnya, dan kejujurannya. Masa tinggal beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersama kami sebelum diangkat menjadi seorang nabi adalah empat puluh tahun.”
Menurut riwayat yang bersumber dari Sa’id ibnul Musayyab disebutkan empat puluh tiga tahun. Pendapat yang terkenal adalah yang pertama, lagi pula pendapat ini merupakan pendapat yang sahih.
Tafsir Ayat:
قُلْ لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلا أَدْرَاكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا “Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu.’ Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama.” Dengan waktu yang cukup panjang مِنْ قَبْلِهِ “sebelumnya (al-Qur`an turun).” Yakni sebelum membacakannya dan sebelum kamu mengetahuinya sementara aku sendiri tidak terlintas di benakku dan tidak terpikir di pikiranku.
أَفَلا تَعْقِلُونَ “Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” Bahwa aku tidak mengada-adakannya seumur hidupku dan tidak pula bersumber dariku apa yang menunjukkan hal itu, lalu bagaimana mungkin aku mengada-adakannya sesudah itu, sementara aku telah hidup lama di lingkunganmu, kamu mengenal keadaanku yang sebenarnya bahwa aku adalah ummi tak membaca, tak menulis, tak belajar dari siapa pun, lalu aku hadir kepadamu dengan kitab yang agung yang melemahkan orang-orang yang fasih dan melelahkan para ulama. Apakah dengan itu masih mungkin bahwa ia adalah bersumber dariku sendiri? Atau justru ia adalah dalil yang pasti bahwa ia adalah diturunkan dari Dzat Yang Mahabijaksana lagi Mahaterpuji? Jika kamu memakai pikiran dan akalmu, kamu merenungkan keadaanku dan keadaan kitab ini niscaya kamu pasti memastikan tanpa keraguan bahwa ia adalah benar, bahwa ia adalah kebenaran yang tidak ada (sesuatu) setelahnya melainkan kesesatan, akan tetapi kamu hanya menginginkan pendustaan dan penentangan, tanpa ragu kamu adalah orang-orang yang zhalim.
Setelah menolak permintaan kaum musyrik untuk mendatangkan kitab selain Al-Qur’an atau mengubah sebagian isinya, lalu Allah berfirman, katakanlah wahai nabi Muhammad, jika Allah menghendaki aku tidak membacakan dan menyampaikan Al-Qur’an kepada kamu, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan jika Allah tidak pula berkehendak memberitahukan wahyu yang diturunkan kepadaku, maka dia tidak memberitahukannya kepadamu. Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya, yakni selama 40 tahun sebelum turunnya alqur’an dan selama masa itu aku tidak pernah berbohong serta tidak pernah berbicara dan menyampaikan hal seperti ini. Apakah kamu tidak mengerti ayat-ayat itu dan tidak memikirkan kandungannya’ karena mereka tetap keras menolak kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah dan menuduh nabi Muhammad berbohong, maka ditegaskan dalam bentuk pertanyaan, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang dengan sengaja mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya’ sungguh tidak ada orang yang lebih zalim daripada mereka dan mereka tidak akan mendapatkan keberuntungan untuk selama-lamanya. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu tidak akan pernah beruntung.
Yunus Ayat 16 Arab-Latin, Terjemah Arti Yunus Ayat 16, Makna Yunus Ayat 16, Terjemahan Tafsir Yunus Ayat 16, Yunus Ayat 16 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yunus Ayat 16
Tafsir Surat Yunus Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)