{9} At-Taubah (Al-Bara’ah) / التوبة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | هود / Hud {11} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yunus يونس (Nabi Yunus) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 10 Tafsir ayat Ke 17.
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ ﴿١٧﴾
fa man aẓlamu mim maniftarā ‘alallāhi każiban au każżaba bi`āyātih, innahụ lā yufliḥul-mujrimụn
QS. Yunus [10] : 17
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu tidak akan beruntung.
Tidak ada yang lebih zalim dari pada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan para Nabi dan Rasul Allah tidak akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman bahwa tidak ada seorang pun yang lebih aniaya, tidak pula yang lebih angkara murka, dan tidak pula yang lebih jahat:
…daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.
Yakni membuat-buat kedustaan terhadap Allah, lalu ia mengaku bahwa Allah telah mengutusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian. Dan tidak ada seorang pun yang dosanya lebih besar dan kejahatannya lebih parah daripada orang seperti itu. Orang seperti itu tidaklah samar perkaranya bagi orang bodoh sekalipun, karena mana mungkin orang seperti itu serupa dengan para Nabi. Seseorang yang mengucapkan kata-kata seperti itu, baik dia benar atau dusta, pasti Allah akan menegakkan hujah-hujah yang menunjukkan akan kebenaran atau kedustaannya dengan bukti-bukti yang lebih jelas daripada matahari.
Sesungguhnya perbedaan antara Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan Musailamah Al-Kazzab bagi orang yang menyaksikan keduanya akan lebih jelas baginya daripada membedakan antara waktu duha (siang hari) dengan pertengahan malam hari yang gelap gulita. Orang yang menyaksikan ciri-ciri khas keduanya melalui sepak terjang dan ucapan-ucapanma —bagi orang yang mempunyai pandangan hati— akan menyimpulkan kebenaran Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kedustaan Musailamah Al-Kazzab serta lain-lainnya yang semisal, seperti Sajjah dan Al-Aswad Al-Anasi.
Abdullah ibnu Salam mengatakan, “Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tiba di Madinah, orang-orang (Yahudi) merasa tidak senang dengan kehadirannya, dan aku termasuk salah seorang yang tidak senang. Ketika aku melihatnya langsung, aku menyimpulkan bahwa dia (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bukanlah orang yang berpenampilan seperti orang yang pendusta.”
Abdullah ibnu Salam melanjutkan kisahnya, bahwa ucapan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mula-mula didengarnya ialah sabdanya:
Hai manusia, seharkanlah salam, berilah makan orang-orang yang miskin, hubungkanlah silaturahmi, dan salatlah di malam hari ketika orang-orang lelap dalam tidurnya, niscaya kalian masuk surga dengan sejahtera.
Ketika delegasi yang dipimpin oleh Dammam ibnu Sa’labah sebagai utusan dari kaumnya (yaitu Bani Sa’d ibnu Bakar) datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, di antara pertanyaan yang diajukan oleh Dammam kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ialah, “Siapakah yang meninggikan langit ini?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Dammam bertanya, “Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Dammam bertanya, “Siapakah yang menghamparkan bumi ini?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Allah.” Dammam bertanya, “Demi Tuhan yang telah meninggikan langit ini, yang telah memancangkan gunung-gunung ini, dan yang telah menghamparkan bumi ini, apakah Allah yang telah mengutusmu kepada seluruh umat manusia?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, Allah, memang benar.”
Kemudian Dammam bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang salat, zakat, haji, dan puasa, pada setiap pertanyaan Dammam mengajukan sumpah tersebut, dan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengucapkan sumpah itu kepada Dammam. Maka Dammam berkata, “Engkau benar, demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, aku tidak akan menambahi dan mengurangi dari hal tersebut.”
Ternyata Dammam percaya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hanya dengan cara itu, dan dia telah merasa yakin kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melalui dalil-dalil yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri dari diri Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Adapun Musailamah, apabila orang yang menyaksikannya itu mempunyai pandangan hati, pasti akan mengetahui keadaan yang sebenarnya, melalui ucapan-ucapannya yang rapuh lagi tidak fasih dan melalui perbuatan-perbuatannya yang tidak baik. bahkan jelek, serta ucapan-ucapan yang dibuat-buatnya yang menyebabkan dia kekal di dalam neraka kelak pada hari penyesalan dan permaluan.
Alangkah jauhnya perbedaan antara firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk)-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. (Al Baqarah:255). hingga akhir ayat.
dengan perkataan-perkataan Musailamah —semoga Allah memburukkan dan melaknatinya— berikut ini:
Hai katak, anak sepasang katak, bersuaralah, berapa banyak kamu bersuara, tetapi kamu tidak dapat mengeruhkan air dan tidak pula dapat mencegah orang yang meminumnya.
Allah melimpahkan nikmat kepada wanita yang mengandung, bila Dia melahirkan darinya seorang manusia yang dapat berjalan, yaitu dari selangkangan dan perutnya.
Gajah, tahukah kamu apakah gajah itu, gajah mempunyai belalai yang panjang.
Bahan-bahan roti yang telah dijadikan adonan, dan roti-roti yang telah dipanggang, dan makanan-makanan yang telah disuap, lauk pauk dan saminnya, demi semuanya, sesungguhnya orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.
Dan perkataan Musailamah lainnya, yang tidak lain mengandung berbagai macam khayalan dan igauan serta khurafat sehingga anak-anak kecil pun tidak mau mengucapkannya melainkan dengan nada sinis dan mengejek. Karena itulah Allah menghinakannya dan membuatnya mati terhina dalam Perang Al-Hadiqah, sehingga tercabik-cabiklah kekuatannya. Ia bahkan dilaknat oleh teman-temannya dan keluarganya sendiri yang datang kepada Khalifah Abu Bakar dalam keadaan bertobat, mereka datang dengan penuh harapan untuk memeluk agama Islam.
Ketika Khalifah Abu Bakar r.a. meminta mereka untuk membacakan kepadanya sesuatu yang pernah dikatakan oleh Musailamah, mereka meminta Khalifah Abu Bakar agar tidak usah disebutkan karena memalukan. Akan tetapi, Khalifah Abu Bakar tetap bersikeras meminta agar mereka mengucapkannya, supaya didengar oleh orang-orang yang belum pernah mendengarnya. Dengan demikian, mereka akan mengetahui keutamaan hidayah dan ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang jauh lebih utama daripada apa yang dikatakannya. Lalu mereka membacakan apa yang telah kami sebutkan di atas dan hal-hal lainnya yang serupa.
Setelah mereka selesai membacakannya, maka Khalifah Abu Bakar berkata kepada mereka, “Celakalah kalian, kalian buang ke mana akal kalian? Demi Allah, kata-kata seperti itu hanya pantas keluar dari pantat.”
Diceritakan bahwa Amr ibnul As menjadi delegasi untuk menghadap Musailamah yang telah menjadi temannya sejak zaman Jahiliah, saat itu Amr ibnul As belum masuk Islam. Lalu Musailamah berkata kepadanya, “Celakalah engkau, hai Amr, apakah yang telah diturunkan kepada teman kamu —maksudnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ— dalam masa sekarang ini?” Maka Amr menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar sahabat-sahabatnya membacakan surat yang besar tetapi pendek.” Musailamah bertanya, “Bagaimanakah bunyinya?” Amr membacakan firman-Nya:
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-Asr: 1-2 , hingga akhir surat.
Kemudian Musailamah berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku pun baru menerima hal yang semisal yang telah diturunkan kepadaku.” Amr bertanya, “Coba sebutkan.”‘ Musailamah berkata:
Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya engkau hanyalah sepasang telinga dan dada, sedangkan anggotamu yang lain kecil lagi pendek. Bagaimanakah menurutmu, hai ‘Amr?
Amr menjawab kepada Musailamah, “Demi Allah, sesungguhnya engkau benar-benar mengetahui bahwa aku mengetahui bahwa engkau dusta.” Apabila penilaian ini dari seorang musyrik di saat ia dalam kemusyrikannya, berarti tidaklah samar baginya keadaan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kebenarannya, serta keadaan Musailamah dan kedustaannya. Terlebih lagi menurut penilaian orang-orang yang mempunyai akal dan pandangan hati yang tajam. Karena itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepada saya, ” padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (Al An’am:93)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya tiadalah beruntung orang-orang yang berbuat dosa.
Demikian pula halnya orang yang mendustakan kebenaran yang disampaikan oleh para rasul, padahal hujah-hujah (bukti-bukti)nya telah jelas baginya. Sebagai jawabannya dikatakan, “Tentu saja tiada yang lebih zalim dari orang seperti itu,” seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis:
Orang yang paling dimurkai oleh Allah ialah seseorang yang membunuh nabi atau dibunuh oleh nabi.
Tafsir Ayat:
Dan فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ “siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayatNya?” Kalau aku mengada-ada, maka aku adalah orang yang paling zhalim, keberuntungan lenyap dariku dan keadaanku pun tidak samar bagimu, akan tetapi aku datang kepadamu dengan ayat-ayat Allah lalu kamu mendustakannya maka kezhaliman terpastikan ada padamu, perkaramu harus lenyap dan kamu tidak akan mendapatkan keberuntungan selama kamu sebagaimana demikian. Firman Allah, إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْمُجْرِمُونَ “Orang-orang yang tidak berharap pertemuan dengan kami berkata”, menunjukkan bahwa faktor pendorong penentangan yang bersumber dari mereka adalah kekufuran mereka kepada pertemuan dengan Allah dan tidak mengharapkannya, dan bahwa siapa yang beriman kepada pertemuan dengan Allah, maka dia pasti tunduk kepada kitab ini, beriman kepadanya, karena tujuannya baik.
Karena mereka tetap keras menolak kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah dan menuduh nabi Muhammad berbohong, maka ditegaskan dalam bentuk pertanyaan, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang dengan sengaja mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau mendustakan ayat-ayat-Nya’ sungguh tidak ada orang yang lebih zalim daripada mereka dan mereka tidak akan mendapatkan keberuntungan untuk selama-lamanya. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu tidak akan pernah beruntung. Setelah dijelaskan kerugian yang akan diperoleh oleh orang yang berbuat zalim karena ingkar terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, lalu dijelaskan bentuk lain dari kezaliman mereka yaitu syirik. Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang dijadikan sembahan yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka, apabila mereka tidak menyembahnya, dan tidak pula memberi manfaat dan tidak bisa menolak madarat ketika mereka menyembahnya, dan mereka dengan yakin berkata, mereka berhala dan sembahan kami lainnya itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah. Padahal sembahan tersebut tidak mampu mendatangkan manfaat atau menolak madarat atas diri mereka sendiri.
Yunus Ayat 17 Arab-Latin, Terjemah Arti Yunus Ayat 17, Makna Yunus Ayat 17, Terjemahan Tafsir Yunus Ayat 17, Yunus Ayat 17 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yunus Ayat 17
Tafsir Surat Yunus Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)