{10} Yunus / يونس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يوسف / Yusuf {12} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Hud هود (Nabi Hud) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 11 Tafsir ayat Ke 27.
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ ﴿٢٧﴾
fa qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī mā narāka illā basyaram miṡlanā wa mā narākattaba’aka illallażīna hum arāżilunā bādiyar-ra`y, wa mā narā lakum ‘alainā min faḍlim bal naẓunnukum kāżibīn
QS. Hud [11] : 27
Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.”
Maka berkatalah para pemimpin kafir dari kaumnya, “Engkau bukanlah malaikat, melainkan manusia biasa seperi kami. Maka bagaimana bisa engkau diberi wahyu sementara kami tidak? Kami tidak melihat pengikutmu kecuali orang-orang yang rendah dan hina, karena mereka mengikutimu begitu saja tanpa bisa berpikir dan tanpa bisa mempertanyakannya. Kami juga tidak melihat bahwa kalian memiliki lebih banyak rizki dan harta dari kami, ketika kalian telah memasuki agama kalian ini. Bahkan kami yakin bahwa kamu adalah pembohong atas apa yang kamu dakwa.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya.
Kata al-mala’ artinya para pemimpin dan para pembesar dari kalangan orang-orang kafir.
Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.
Artinya, kamu bukanlah seorang malaikat, melainkan hanyalah manusia biasa. Maka mana mungkin diturunkan wahyu kepadamu, bukannya kepada kami? Kemudian kami melihat bahwa tiada yang mengikutimu kecuali hanyalah orang-orang yang rendahan dari kalangan kami, seperti para pedagang, para penjahit, dan lain sebagainya dari golongan kelas bawah. Tiada yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang terhormat, tiada pula dari kalangan para pemimpin kami. Kemudian mereka yang mengikutimu itu tidaklah mempunyai pikiran yang panjang, tidak pula mempunyai pandangan, melainkan begitu kamu menyeru mereka, lalu mereka kontan mengikutimu dan menerima seruanmu. Karena itu, dalam firman selanjutnya dinyatakan:
…dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja.
Badiyar ra-yi artinya mudah percaya.
…dan kami tidak melihat kalian memiliki kelebihan apa pun atas kami.
Mereka mengatakan bahwa mereka memandang Nuh tidak mempunyai kelebihan apa pun —baik dalam hal penampilan, sikap, kekayaan, ataupun keadaan—, lalu apakah gunanya mereka memasuki agama Nabi Nuh?
…bahkan kami yakin bahwa kalian adalah orang-orang yang berdusta.
dalam seruan kalian kepada kami yang mengajak kepada kebajikan, kebaikan, ibadah dan kebahagiaan di alam akhirat bila kalian semua telah sampai kepadanya. Kalimat ini merupakan sanggahan orang-orang kafir terhadap Nabi Nuh a.s. dan para pengikutnya. Hal ini pun menunjukkan kebodohan, keminiman ilmu, dan kedangkalan otak mereka. Karena sesungguhnya bukanlah merupakan suatu keaiban bagi perkara yang hak, bila yang mengikutinya adalah orang-orang rendahan, sebab perkara yang hak itu sendiri merupakan suatu kebenaran, baik yang mengikutinya dari kalangan orang yang terhormat ataupun orang rendahan. Bahkan sebaliknya, orang-orang yang mengikuti perkara yang hak itulah orang-orang yang terhormat, sekalipun keadaan mereka miskin, dan orang-orang yang menolak perkara yang hak adalah orang-orang yang hina, sekalipun mereka hartawan (kaya).
Kemudian bila ditinjau dari segi kenyataan, memang orang yang mengikuti perkara yang hak itu kebanyakannya dari kalangan orang-orang yang lemah, dan kebanyakan orang-orang terhormat dan orang-orang besar selalu menentangnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan demikianlah Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.” (Az Zukhruf:23)
Heraklius —Kaisar Romawi— bertanya kepada Abu Sufyan (yakni Sakhr ibnu Harb) tentang sifat-sifat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, antara lain, “Apakah para pengikutnya dari kalangan orang-orang yang terhormat (kuat) ataukah dari kalangan orang-orang yang lemah?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak, bahkan dari kalangan orang-orang yang lemah.” Maka Heraklius berkata, “Mereka (orang-orang yang lemah) itu adalah pengikut-pengikut para rasul.”
Perkataan mereka (orang-orang yang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh) adalah badiyar ra-yi (mudah percaya), bukanlah suatu cela atau aib. Karena sesungguhnya perkara hak itu apabila telah jelas, maka tidak ada lagi kesempatan bagi pendapat—tidak pula bagi pemikiran— untuk berperan. Bahkan perkara yang hak itu harus diikuti dalam waktu yang sama oleh orang yang cerdik dan pandai, tiada yang menggunakan pemikirannya dalam hal ini kecuali hanyalah orang yang bodoh dan pandir. Sesungguhnya risalah yang dibawa oleh para rasul semuanya adalah jelas dan gamblang. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Tidak sekali-kali aku menyeru seseorang untuk masuk Islam melainkan ada ganjalan pada dirinya kecuali Abu Bakar, karena sesungguhnya dia tidak kaku.
Yakni tidak ragu dan tidak menangguh-nangguhkan, karena dia melihat bahwa urusannya telah jelas dan gamblang, maka dia bersegera menyambutnya dengan cepat dan spontan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan kami tidak melihat kalian memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami.
Mereka mempunyai pandangan demikian karena mereka buta, tidak dapat melihat perkara hak, dan tidak dapat mendengarnya serta tidak dapat meresapinya, melainkan mereka selalu berada dalam keragu-raguannya dan tenggelam di dalam kegelapan kebodohannya. Mereka adalah orang-orang yang suka membuat-buat kebohongan, pendusta, kecil, dan hina, di akhirat kelak mereka adalah orang-orang yang merugi.
فَقَالَ الْمَلأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ “Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya”, yakni orang-orang terhormat dan para pembesar kaumnya menolak dakwah Nuh ‘alaihissalam sebagaimana kebiasaan yang berlaku pada orang seperti mereka bahwa merekalah yang pertama kali menolak dakwah para rasul, مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا “Kami tidak melihatmu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.” Ini adalah penghalang –menurut mereka– untuk mengikutinya, padahal sebenarnya itulah yang benar yang tidak ada kebenaran selainnya, karena manusia hanya mungkin belajar dari manusia dan berdialog dengannya dalam segala urusan, lain halnya dengan malaikat. وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا “Dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami.” Maksudnya, kami melihat yang mengikutimu hanyalah orang-orang hina lagi rendah di antara kami –menurut mereka– padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang yang mulia dan manusia yang berakal yang tunduk kepada kebenaran. Mereka bukan orang-orang hina seperti yang dibilang oleh pembesar-pembesar kaum yang mengikuti semua setan yang bengal dan mengangkat tuhan-tuhan dari batu dan pohon lalu mereka mendekatkan diri kepadanya dan bersujud. Apakah kamu tahu ada yang lebih hina dan rendah daripada mereka? Ucapan mereka, بَادِيَ الرَّأْيِ “yang lekas percaya saja.” Maksudnya, mereka hanya mengikutimu tanpa berpikir dan menimbang, tetapi hanya disebabkan kamu mengajak mereka, langsung mereka mengikutimu. Maksud mereka dengan itu adalah bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mengetahui urusan. Mereka tidak mengetahui bahwa akal yang spontan mengajak kepada kebenaran yang nyata. Begitu kebenaran sampai kepada ulul albab, mereka langsung mengenali dan mengetahuinya, tidak seperti perkara yang samar yang memerlukan pemikiran dan perenungan panjang.
وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ “Dan kami tidak melihatmu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami.” Maksudnya, kamu tidak lebih baik daripada kami yang membuat kami tunduk kepadamu. بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ “Bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” Mereka berbohong dalam ucapan mereka. Ini karena mereka telah melihat ayat-ayat yang Allah جَلَّ جَلالُهُ jadikan sebagai dukungan bagi Nuh yang membuat mereka merasa yakin dengan pasti terhadap kebenarannya.
Mendengar ajakan nabi nuh untuk mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya, maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya seraya mengemukakan beberapa alasan, kami tidak melihat engkau sebagai seorang utusan Allah, melainkan hanyalah seorang manusia biasa yang tidak punya kelebihan dan keistimewaan seperti kami yang memiliki kedudukan tinggi dan status sosial di masyarakat. Dan kami pun tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang kedudukannya hina dina di antara kami yang tidak memiliki harta kekayaan dan kedudukan di masyarakat sehingga mudah dibujuk dan lekas percaya menerima ajakanmu. Kami juga tidak melihat engkau memiliki suatu kelebihan apa pun baik ilmu pengetahuan, kekayaan, atau keistimewaan yang luar biasa yang dapat kamu banggakan atas kami sehingga dapat memikat dan mendorong kami mengikuti seruanmu. Bahkan atas alasan itu semua, kami menganggap engkau adalah orang pendusta. Setelah menjelaskan bantahan-bantahan kaum nabi nuh yang tidak menerima ajakan menuju jalan yang benar, yaitu menyembah Allah, pada ayat ini dijelaskan tentang jawaban-jawaban nabi nuh kepada kaumnya. Dia (nabi nuh) berkata, wahai kaumku! apa pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dan terang dari tuhanku bahwa aku benar-benar diutus oleh Allah, dan aku diberi rahmat dari sisi-Nya berupa kenabian dan risalah yang mengandung keutamaan di dalamnya, sedangkan rahmat berupa keterangan dan dalil-dalil itu disamarkan, yakni tidak tampak bagimu disebabkan kalian mengikuti hawa nafsu dan berpaling dari petunjuk. Apa kami akan memaksa kamu untuk menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya’ tugas kami hanya menyampaikan ajaran yang benar, dan kami menyerahkan urusan kalian kepada Allah.
Hud Ayat 27 Arab-Latin, Terjemah Arti Hud Ayat 27, Makna Hud Ayat 27, Terjemahan Tafsir Hud Ayat 27, Hud Ayat 27 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Hud Ayat 27
Tafsir Surat Hud Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)