{10} Yunus / يونس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يوسف / Yusuf {12} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Hud هود (Nabi Hud) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 11 Tafsir ayat Ke 44.
وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿٤٤﴾
wa qīla yā arḍubla’ī mā`aki wa yā samā`u aqli’ī wa gīḍal-mā`u wa quḍiyal-amru wastawat ‘alal-jụdiyyi wa qīla bu’dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn
QS. Hud [11] : 44
Dan difirmankan, “Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan!) berhentilah.” Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itupun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, ”Binasalah orang-orang zalim.”
Allah berfirman kepada bumi (setelah ditenggelamkan dan dibinasakannya kaum Nuh yang kafir): “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit hentikanlah hujan.” Maka surutlah air. Dan ketentuan Allah telah dijalankan, yaitu membinasakan kaum Nuh. Perahu itu pun berlabuh di atas gunung Judy. Dan dikatakan: “Binasalah orang-orang zalim yang melampaui batas-batas Allah dan yang tidak mau beriman kepada-Nya.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan bahwa setelah Dia menenggelamkan seluruh penduduk bumi kecuali orang-orang yang ada di dalam bahtera itu, lalu Allah memerintahkan kepada bumi agar menelan airnya yang telah dipancarkan darinya dan berkumpul di permukaannya. Allah memerintahkan pula kepada langit agar menghentikan hujannya.
…dan air pun disurutkan.
Yaitu mulai menyurut dan berkurang.
…dan perintah pun diselesaikan.
Maksudnya, telah selesai dari membinasakan seluruh penduduk bumi yang kafir kepada Allah, sehingga tiada sesuatu pun dari rumah mereka yang tersisa.
…dan bahtera pun berlabuh
Yakni berlabuhlah bahtera itu bersama orang-orang yang ada di dalamnya.
…di atas bukit Judi.
Mujahid mengatakan bahwa Judi adalah nama sebuah bukit yang terletak di Jazirah Arab. Semua gunung saling meninggikan dirinya dari banjir pada hari itu agar tidak tenggelam, tetapi Bukit Judi ber-tawadu (merendahkan dirinya) kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Karena itu, ia tidak tenggelam, dan bahtera Nabi Nuh berlabuh di atasnya.
Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh berlabuh di atasnya selama satu bulan sebelum mereka turun dari bahtera. Qatadah mengatakan, “Allah membiarkan bahtera Nabi Nuh tetap ada di atas Bukit Judi, yaitu di salah satu kawasan jazirah, sebagai pelajaran dan pertanda, hingga dapat dilihat oleh generasi pertama dari kalangan umat ini (umat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) Berapa banyak bahtera yang ada sesudahnya, tetapi semuanya hancur dan menjadi debu.”
Ad-Dahhak mengatakan bahwa Al-Judi adalah sebuah bukit yang terletak di Mausul. Sebagian ulama mengatakan bahwa bukit yang dimaksud adalah Bukit Tur.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Rafi’, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Taubah ibnu Salim yang mengatakan, “Aku melihat Zur ibnu Hubaisy melakukan salatnya di Az-Zawiyah ketika ia masuk dari pintu gerbang Kindah yang ada di sebelah kananmu. Lalu aku bertanya kepadanya, Sesungguhnya engkau kulihat sering melakukan salat di sini pada hari Jumat?’ Ia menjawab, ‘Telah sampai suatu berita kepadaku bahwa bahtera Nabi Nuh pernah berlabuh di sini’.”
Alba ibnu Ahmar telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Nuh di dalam bahteranya ditemani oleh delapan puluh orang lelaki berikut istri-istri mereka. Dan sesungguhnya mereka berada di dalam bahtera itu selama seratus lima puluh hari.
Dan sesungguhnya Allah mengarahkan bahtera ke Mekah, lalu tawaf di Baitullah selama empat puluh hari, kemudian Allah mengarahkannya ke Bukit Al-Judi, dan bahtera itu menetap di puncaknya.
Maka Nabi Nuh mengirimkan burung gagak untuk mendatangkan berita tentang daratan kepadanya. Lalu burung gagak pergi, dan ia hinggap pada bangkai sehingga membuatnya melalaikan tugasnya. Kemudian Nabi Nuh mengirimkan burung merpati (untuk mendatangkan berita yang sama), maka burung merpati kembali dengan membawa daun pohon zaitun dan kedua kakinya berlumuran lumpur. Sejak saat itu Nabi Nuh a.s. mengetahui bahwa air telah surut, maka ia turun ke bagian bawah Bukit Al-Judi, yakni di lembahnya.
Nabi Nuh mulai membangun sebuah kota, lalu ia beri nama Samanin, dan di suatu masa, bahasa mereka terpecah belah menjadi delapan puluh bahasa, salah satunya adalah bahasa Arab., Sebagian dari mereka tidak dapat memahami bahasa sebagian yang lain, dan Nabi Nuhlah yang menjadi juru penerjemahnya di kalangan mereka.
Ka’b Al-Ahbar mengatakan, sesungguhnya bahtera Nuh a.s. mengelilingi kawasan Timur dan Barat sebelum ia menetap di Bukit Al-Judi.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka menaiki bahtera itu pada tanggal sepuluh Rajab, lalu mereka berlayar selama seratus lima puluh hari, dan bahtera itu menetap di Bukit Al-Judi selama satu bulan, sedangkan mereka masih berada di dalamnya. Dan mereka baru keluar dari bahtera pada hari Asyura bulan Muharam.
Hal yang semisal telah disebutkan di clalam sebuah hadis marfu diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Disebutkan bahwa mereka melakukan puasa pada hari mereka keluar dari bahtera itu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Habib Al-Azdi, dari ayahnya (yaitu Habib ibnu Abdullah), dari Syibi, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan sejumlah orang Yahudi yang sedang melakukan puasa pada hari Asyura, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Puasa apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari ini adalah hari saat Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari tenggelam dan pada hari yang sama Fir’aun ditenggelamkan. Dan hari ini adalah hari saat bahtera (Nuh a.s.) berlabuh di atas Bukit Al-Judi. Maka Nuh dan Musa melakukan puasa pada hari ini sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Aku lebih berhak terhadap Musa dan lebih berhak untuk melakukan puasa pada hari ini. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan puasa pada hari itu, dan beliau bersabda kepada para sahabatnya: Barang siapa yang berpagi hari di antara kalian dalam keadaan berpuasa, hendaklah ia melanjutkan puasanya. Dan barang siapa yang telah menyantap sebagian dari makanan keluarganya, maka hendaklah ia melanjutkan harinya dengan puasa.
Hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalur ini, tetapi sebagian darinya ada syahid yang menguatkannya di dalam kitab Sahih.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan dikatakan, “Binasalah orang-orang yang zalim.”
Artinya, binasa dan merugilah mereka serta dijauhkanlah mereka dari rahmat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Sesungguhnya mereka telah binasa sampai ke akar-akarnya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang masih hidup.
Imam Abu Ja’far ibnu Jarir dan Al-Habr Abu Muhammad ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan di dalam kitab Tafsir-nya masing-masing:
melalui hadis Ya’qub ibnu Musa Az-Zam’i, dari Qaid pelayan Ubaidillah ibnu Abu Rafi’, bahwa Ibrahim ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Rabi’ah pernah bercerita kepadanya bahwa Siti Aisyah r.a. telah menceritakan kepadanya bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Seandainya Allah merahmati seseorang dari kalangan kaum Nuh, niscaya Dia membelaskasihani ibu bayi itu. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melanjutkan kisahnya: Nuh a.s. tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Ia menanam pohon selama seratus tahun, dan pohon-pohon yang ditanamnya itu menjadi besar dan menjulang tinggi sekali. Lalu Nuh menebangnya dan menjadikannya perahu. Mereka (kaumnya) melewatinya dan mengejeknya seraya berkata, “Kamu buat perahu di daratan, bagaimana dapat berlayar?” Nuh menjawab, “Kelak kalian akan mengetahui.” Setelah Nuh selesai dari pembuatan perahunya, maka memancarlah air sehingga membanjiri jalan-jalan dan kawasan kota. Maka ibu si bayi itu takut akan keselamatan anaknya yang sangat dicintainya. Lalu ia keluar menaiki sebuah gunung hingga mencapai ketinggian sepertiganya. Ketika air mencapainya, maka ia naik lagi ke atas gunung itu hingga mencapai dua pertiga ketinggiannya. Dan ketika air bah mencapainya, maka ia naik ke atas puncak gunung itu. Dan ketika air mencapai lehernya, maka ia mengangkat bayinya dengan kedua tangannya, tetapi akhirnya keduanya tenggelam. Seandainya Allah mengasihani seseorang dari mereka, niscaya Dia mengasihani ibu si bayi itu.
Hadis ini garib bila ditinjau dari jalur ini. Kisah bayi dan ibunya ini telah diriwayatkan dari Ka’b Al-Ahbar, Mujahid ibnu Jubair dengan alur kisah yang semisal.
Ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ menenggelamkan mereka dan menyelamatkan Nuh dan orang-orangnya maka وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ “Difirmankan, ‘Hai bumi telanlah airmu’,” yang keluar darimu dan yang turun kepadamu, telanlah air yang ada di permukaanmu, وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي “dan hai langit (hujan) berhentilah,” maka keduanya menaati perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ. Bumi menelan airnya dan langit menghentikan hujannya, hingga air di bumi pun surut. وَقُضِيَ الأَمْرُ “Perintah pun diselesaikan”, dengan dibinasakannya orang-orang yang mendustakan dan diselamatkannya orang-orang Mukmin. وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ “Dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi”, yaitu perahu itu berhenti di gunung itu yang terkenal dari negeri Maushil. وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang yang zhalim’.” Maksudnya, kebinasaan mereka diikuti dengan laknat, kemurkaan dan kemarahan yang selalu bersama mereka.
Dan setelah Allah membinasakan orang kafir, kemudian difirmankan oleh Allah, kepada bumi dan langit, wahai bumi yang telah memancarkan air dari sumbernya! telanlah airmu hingga kering dan wahai langit! berhentilah mencurahkan hujan. Dan air pun disurutkan oleh Allah yang mahakuasa, dan penetapan perintah Allah membinasakan orang-orang yang mendustakan dan menyelamatkan orang-orang yang beriman pun diselesaikan. Dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung judi, yakni terletak di pegunungan ararat (turki), dan dikatakan, binasalah orang-orang zalim yang melampaui batas hukum Allah dan ingkar kepada-Nya, serta mendustakan rasul-Nya. Dan setelah nabi nuh beserta orang-orang beriman selamat dan kapal berlabuh, lalu nabi nuh memohon kepada tuhannya sambil berkata, ya tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, sedang engkau telah memerintahkan kepadaku mengajak keluargaku masuk ke dalam kapal agar selamat, dan aku yakin bahwa janji-Mu akan menyelamatkan mereka itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil dalam menentukan ketetapan.
Hud Ayat 44 Arab-Latin, Terjemah Arti Hud Ayat 44, Makna Hud Ayat 44, Terjemahan Tafsir Hud Ayat 44, Hud Ayat 44 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Hud Ayat 44
Tafsir Surat Hud Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)