{10} Yunus / يونس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يوسف / Yusuf {12} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Hud هود (Nabi Hud) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 11 Tafsir ayat Ke 81.
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ ﴿٨١﴾
qālụ yā lụṭu innā rusulu rabbika lay yaṣilū ilaika fa asri bi`ahlika biqiṭ’im minal-laili wa lā yaltafit mingkum aḥadun illamra`atak, innahụ muṣībuhā mā aṣābahum, inna mau’idahumuṣ-ṣub-h, a laisaṣ-ṣub-ḥu biqarīb
QS. Hud [11] : 81
Mereka (para malaikat) berkata, “Wahai Lut! Sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu, mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia (juga) akan ditimpa (siksaan) yang menimpa mereka. Sesungguhnya saat terjadinya siksaan bagi mereka itu pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”
Para malaikat itu berkata, “Wahai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan Rabb-mu, yang diutus untuk membinasakan kaummu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu. Maka keluarlah kamu bersama keluargamu dari desa ini pada akhir malam. Dan janganlah ada seorang pun yang menoleh ke belakang agar tidak melihat azab yang diturunkan, maka dia akan ikut terkena. Akan tetapi, istrimu yang telah mengkhianatimu dengan menjadi kafir dan munafik akan kami binasakan pula bersama kaummu. Sesungguhnya saat jatuhnya azab mereka adalah waktu Shubuh, yaitu waktu yang sudah dekat.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Para utusan (malaikat) berkata, “Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.”
Para malaikat itu pun memerintahkan Lut agar pergi meninggalkan kota itu bersama keluarganya di akhir malam, dan hendaknya Lut berjalan di belakang keluarganya, yakni menggiring mereka.
…dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh ke belakang.
Yakni apabila kamu mendengar suara azab yang menimpa kaummu, janganlah kamu terkejut dan takut dengan suara yang menggetarkan itu, tetapi tetaplah berjalan terus, jangan hiraukan mereka.
kecuali istrimu.
Kebanyakan ulama tafsir menilai istisna ini dari kalimat yang musbat, yakni kalimat yang dikecualikannya adalah kalimat positif, yaitu firman-Nya:
Sebab itu pergilah dengan membawa keluargamu.
Dengan kata lain, pergilah dengan membawa keluargamu dan pengikut-pengikutmu kecuali istrimu. Hal yang sama disebutkan menurut qiraat Ibnu Mas’ud. Mereka me-nasab-kan lafaz imra-ah. karena —menurut mereka— istisna dari kalimat yang musbat itu hukumnya wajib di-nasab-kan.
Ulama qiraat lainnya dan ulama nahwu mengatakan bahwa istisna ini berasal dari firman-Nya:
…dan janganlah ada seorang pun di antara kalian yang menoleh kecuali istrimu.
Karena itulah mereka memperbolehkan bacaan rafa dan nasab. Mereka menyebutkan pula bahwa istri Nabi Lut berangkat bersama rombongan Nabi Lut. Tetapi ketika mendengar suara gemuruh, istri Nabi Lut menoleh ke belakang. Maka ia menjerit seraya berkata, “Aduhai kaumku!” Lalu datanglah sebuah batu besar dari langit menimpanya, sehingga matilah ia.
Kemudian para utusan itu mempercepat kebinasaan kaumnya, sebagai berita gembira untuknya, karena ia berkata kepada mereka, “Binasakanlah mereka saat sekarang juga.” Maka mereka (para utusan) itu berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
…karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh, bukankah subuh itu sudah dekat?
Saat itu juga kaum Lut berdiri di depan pintu rumahnya, menunggu. Mereka datang ke rumah Nabi Lut dengan bergegas-gegas dari semua penjuru, sedangkan Nabi Lut berdiri di depan pintu, menolak mereka dan melarang serta mengusir mereka agar tidak melakukan kebiasaannya terhadap tamu-tamunya itu. Tetapi sebaliknya kaum Lut tidak mau menerima perlakuan itu, bahkan mereka mengancam dan menekannya. Maka pada saat itu . Jibril keluar menghadapi mereka dan memukul wajah mereka dengan sayapnya, sehingga wajah mereka penuh dengan debu, lalu mereka pergi tanpa mengetahui jalan yang ditempuhnya. Hal ini diterangkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (Al Qamar:37)
Ma’mar telah meriwayatkan dari Qatadah, dari Huzaifah ibnul Yaman yang mengatakan bahwa Ibrahim a.s. sering datang kepada kaum Lut dan mengatakan kepada mereka, “Allah telah melarang kalian melakukan perbuatan yang menyebabkan kalian akan tertimpa siksa dan azab-Nya.” Tetapi mereka tidak menaatinya. Ketika ketetapan Allah telah tiba, maka para malaikat datang kepada Nabi Lut yang saat itu sedang bekerja di lahan miliknya, lalu Lut mengundang mereka untuk bertamu kepadanya. Maka mereka menjawab, “Kami akan menjadi tamu-tamumu malam ini.” Allah telah memerintahkan kepada Malaikat Jibril, bahwa janganlah ia mengazab mereka sebelum Lut mempersaksikan mereka sebanyak empat kali persaksian. Ketika Lut berangkat bersama mereka ke rumahnya untuk menerima mereka sebagai tamunya, maka Lut menceritakan kejahatan yang dilakukan oleh kaumnya. Lut berjalan sesaat dengan mereka, lalu ia menoleh kepada mereka dan berkata, “Tidakkah kalian mengetahui apa yang dilakukan oleh penduduk kota ini? Aku belum pernah mengetahui di muka bumi ini manusia yang lebih jahat daripada mereka. Ke manakah aku akan membawa kalian pergi? Kepada kaumku? Mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk Allah.” Jibril menoleh kepada malaikat lainnya seraya berkata, “Catatlah oleh kalian, ini adalah persaksian pertama. Kemudian Nabi Lut berjalan sesaat lagi bersama mereka, dan ketika sampai ditengah kota, Nabi Lut merasa khawatir akan keselamatan mereka dan merasa malu kepada mereka. Lalu ia berkata, “Tidakkah kalian ketahui apa yang biasa dilakukan oleh penduduk kota ini? Aku belum pernah mengetahui ada manusia yang lebih jahat daripada mereka di muka bumi ini. Sesungguhnya kaumku adalah manusia yang paling jahat.” Jibril menoleh kepada malaikat lainnya dan berkata, “Catatlah oleh kalian kedua persaksian ini.” Ketika Lut sampai di depan pintu rumahnya, ia menangis karena malu kepada mereka dan sekaligus merasa khawatir akan keselamatan mereka. Lalu ia berkata, “Sesungguhnya kaumku adalah makhluk yang paling jahat. Tidakkah kalian tahu apa yang biasa dilakukan oleh penduduk kota ini. Aku belum pernah mengetahui suatu penduduk kota pun di muka bumi ini yang lebih jahat daripada mereka.” Maka Jibril berkata, “Catatlah oleh kalian ketiga persaksian ini, kini azab pasti diturunkan.” Setelah mereka masuk ke dalam rumah, ternyata istri Nabi Lut yang sudah berusia lanjut lagi berhati buruk itu pergi dan naik ke atas rumah, ia mengibarkan pakaiannya sebagai isyarat yang ditujukan kepada kaumnya. Maka orang-orang fasik berlomba-lomba datang dengan cepat menuju ke arahnya, lalu bertanya, “Apakah yang telah terjadi denganmu?” Istri Lut berkata, “Lut telah menerima suatu kaum sebagai tamunya, aku belum pernah melihat wajah yang setampan mereka dan belum pernah mencium bau yang sewangi bau mereka.” Maka mereka bersegera menuju pintu rumah Nabi Lut, lalu Nabi Lut menutup pintu rumahnya dan menahan mereka dari dalam, sedangkan mereka mendorong pintu dari luar. Dalam keadaan demikian Nabi Lut mengingatkan mereka kepada Allah seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
Inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian.
Maka Malaikat Jibril bangkit dan menyumbat pintu itu, lalu ia meminta izin kepada Tuhannya untuk menyiksa mereka, maka Allah mengizinkannya. Lalu Jibril bangkit dan berubah ujud seperti aslinya di langit, kemudian membeberkan kedua sayapnya. Jibril mempunyai dua buah sayap, dan pada sayapnya terdapat kain selendang yang terbuat dari mutiara yang dianyam. Malaikat Jibril mempunyai gigi seri yang berkilauan, keningnya lebar lagi bercahaya sedangkan (rambut) kepalanya ikal bergelombang berwarna mutiara yang sangat putih seperti salju, dan kedua kakinya berwarna kehijau-hijauan. Lalu ia berkata, “Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu.” (Huud:81) Pergilah kamu, hai Lut, menjauhlah dari pintu itu dan biarkanlah aku menghadapi mereka. Maka Lut menjauh dari pintu, lalu Malaikat Jibril keluar menghadapi mereka dan merentangkan sayapnya, ia pukul wajah mereka dengan sayapnya dengan pukulan yang membuat mata mereka tidak dapat melihat, sehingga mereka menjadi buta, tidak dapat melihat jalan. Kemudian Lut diperintahkan untuk pergi bersama keluarganya pada malam itu juga:
Sebab itu, pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam.
Telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b, Qatadah, dan As-Saddi hal yang semisal dengan keterangan di atas.
Oleh karena itu, ketika urusannya telah memuncak dan perkaranya bertambah sulit, قَالُوا “para utusan (malaikat) berkata” kepada Luth, إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ “Sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabbmu.” Maksudnya, mereka membuka identitas mereka agar Luth tenang hatinya. لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ “Sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu”, dengan keburukan, kemudian Jibril berkata dengan menggerakkan sayapnya, lalu dia menyapu mata mereka. Lalu mereka beranjak pergi dengan mengancam Luth ‘alaihissalam (untuk membalas) pada waktu hadirnya Shubuh. Para malaikat memerintahkan Luth agar membawa keluarganya pergi بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ “di akhir malam,” jauh sebelum Shubuh (tiba) agar bisa menjauhi desa mereka. وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ “Dan janganlah seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang.” Yakni cepat-cepatlah pergi, yang penting kamu selamat, janganlah menengok ke belakang. إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا “Kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa” azab مَا أَصَابَهُمُ “yang menimpa mereka.” Karena dia berserikat dalam dosanya bersama kaumnya, dialah yang mengabarkan kepada kaumnya tentang kehadiran tamu-tamu kepada Luth. إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ “Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu Shubuh”, seakan-akan Luth menginginkannya cepat, maka dikatakan kepadanya, أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ “Bukankah Shubuh itu sudah dekat?”
Setelah dijelaskan tentang tingkah laku kaum nabi lut yang melampaui batas, kemudian ayat berikut ini memberitakan bahwa Allah akan menurunkan azab kepada mereka. Mereka para malaikat berkata, wahai nabi lut, jangan takut! sesungguhnya kami adalah para utusan tuhanmu untuk menyampaikan berita bahwa mereka akan diazab Allah, sehingga mereka tidak akan dapat mengganggu kamu karena mereka akan binasa, sebab itu pergilah beserta keluargamu pada akhir malam dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, yakni teruslahmaka ketika keputusan kami datang untuk menurunkan azab kepada kaum nabi lut yang durhaka, kami menjungkirbalikkannya negeri kaum lut sehingga bagian atas bangunan berada di bawah dan bagian bawah bumi ada di atas, sebagai akibat perbuatan mereka memutarbalikkan fitrah, dan kami hujani mereka bertubi-tubi tiada henti dari tempat tinggi dengan batu dari tanah yang terbakar (lihat: surah al-‘ankabut/29: 34 dan adh-dhariyat/51: 32-33).
Hud Ayat 81 Arab-Latin, Terjemah Arti Hud Ayat 81, Makna Hud Ayat 81, Terjemahan Tafsir Hud Ayat 81, Hud Ayat 81 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Hud Ayat 81
Tafsir Surat Hud Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)