{10} Yunus / يونس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يوسف / Yusuf {12} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Hud هود (Nabi Hud) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 11 Tafsir ayat Ke 87.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ ۖ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ ﴿٨٧﴾
qālụ yā syu’aibu a ṣalātuka ta`muruka an natruka mā ya’budu ābā`unā au an naf’ala fī amwālinā mā nasyā`, innaka la`antal-ḥalīmur-rasyīd
QS. Hud [11] : 87
Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.”
Mereka berkata, “Hai Syuaib, apakah shalat yang senantiasa kamu kerjakan itu menyuruhmu agar kami meninggalkan berhala-berhala dan patung-patung yang telah disembah oleh para leluhur kami, atau melarang kami bekerja mencari harta dengan yang kami bisa, yaitu dengan mengurangi timbangan dan menipu?” Mereka berkata (untuk mengejeknya), “Sesungguhnya engkau sangat pandai lagi baik dalam mengurusi harta.”
Mereka menjawab Syu’aib dengan nada memperolok-olok, semoga Allah melaknat mereka.
Apakah sembahyangmu.
Menurut Al-A’masy, makna yang dimaksud ialah apakah kitab bacaanmu.
…menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami.
Yakni berhala-berhala dan patung-patung.
…atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami.
Lalu kami tidak lagi melakukan kecurangan dalam takaran hanya karena ucapanmu. Yang dimaksud adalah harta kami, kami berbuat menurut apa yang kami kehendaki.
Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan firman-Nya :
Apakah sembahyangmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami?
Yakni demi Allah, sesungguhnya salat Syu’aib benar-benar memerintahkan kepada mereka agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka.
As-Sauri mengatakan sehubungan firman-Nya:
…atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami.
Yang-mereka maksudkan ialah zakat.
Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal
Ibnu Abbas, Maimun ibnu Mahran, Ibnu Juraij, Aslam, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa mereka mengucapkan kalimat tersebut kepada Nabi Syu’aib dengan nada memperolok-olok. Mereka adalah musuh Allah, semoga Allah melaknat mereka, dan memang laknat Allah menimpa mereka.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا “Mereka berkata, ‘Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruhmu agar kami meninggalkan tuhan yang disembah oleh bapak-bapak kami.” Maksudnya, mereka mengatakan itu sebagai ejekan terhadap nabi mereka dan ketidakmungkinan mengikutinya. Makna dari apa yang mereka katakan adalah bahwa laranganmu untuk kami, hanyalah mewajibkan agar kamu shalat dan beribadah kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ (semata), jika kamu memang demikian maka apakah itu mengharuskan kami meninggalkan tuhan yang disembah oleh nenek moyang kami karena suatu ucapan yang tak berdalil, melainkan hanya karena ia sesuai denganmu? Bagaimana kami mengikutimu dan meninggalkan nenek moyang kami orang-orang yang berakal dan berpemikiran? Begitu pula kata-katamu kepada kami, tidak mengharuskan kami melakukan pada harta kami seperti apa yang kamu katakan kepada kami berupa memenuhi takaran timbangan dan menunaikan hak-hak yang wajib padanya, akan tetapi kami tetap melakukan apa yang kami kehendaki karena ia adalah harta kami, kamu tak memiliki hak apa pun.
Oleh karena itu, mereka mengejeknya dengan berkata, إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ “Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” Maksudnya, bukankah kamu adalah orang dengan kelembutan, kasih sayang dan ketenangan yang telah menjadi sifat dan pembawaaanmu, tidak ada yang kamu lakukan kecuali kebaikan, kamu tidak memerintahkan kecuali kebaikan dan kamu tidak melarang kecuali keburukan? Yakni perkaranya tidak begitu, maksud mereka adalah bahwa Syu’aib memiliki sifat yang bertentangan dengan dua sifat tersebut yaitu kebodohan dan kesesatan, jadi maksudnya adalah: bagaimana kamu menjadi orang yang penyantun lagi berakal sedangkan nenek moyang kami adalah orang-orang bodoh yang sesat? Kata-kata yang mereka lontarkan adalah dengan nada mengejek dan bahwa perkaranya adalah sebaliknya, tidaklah seperti yang mereka kira, justru perkaranya seperti yang mereka katakan bahwa shalatnya memintanya melarang kaumnya menyembah tuhan yang disembah oleh nenek moyang mereka yang sesat dan (melarang) memperbuat apa yang mereka inginkan pada harta mereka karena shalat melarang perbuatan keji dan mungkar. Adakah kemungkaran dan perbuatan keji yang lebih besar daripada penyembahan kepada selain Allah جَلَّ جَلالُهُ dan daripada mencurangi hak hamba-hamba Allah جَلَّ جَلالُهُ atau mencurinya dengan timbangan dan takaran. Syu’aiblah orang yang penyantun lagi berakal.
Setelah nabi syuaib memberi peringatan kepada kaumnya, lalu mereka berkata, dengan nada mengejek, sombong, dan angkuh, wahai syuaib! apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami yaitu berhala, atau engkau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki seperti cara membelanjakan dan cara memperolehnya yang engkau nilai sebagai kecurangan’ mereka memperolok dan menyindir nabi syuaib dengan perkataan, sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai menasihati seperti itu kepada kami. Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek nabi syuaib. Mendengar sindiran mereka itu, dia’nabi syuaib’berkata, wahai kaumku! terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata tentang apa yang aku sampaikan kepadamu dari tuhanku, dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik lagi banyak dan melimpah, pantaskah aku mengabaikan perintah dan larangan-Nya’ aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya, yakni aku tidak bermaksud melarang kamu melakukan sesuatu, sementara aku sendiri mengerjakan apa yang aku larang itu. Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan dan keadilan selama aku masih sanggup melakukannya, bukan untuk memonopoli. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah dan tidak ada taufik bagiku untuk menegakkan kebenaran melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada-Nya aku bertawakal setelah berusaha maksimal, dan hanya kepada-Nya pula aku kembali, yakni mengembalikan segala urusan.
Hud Ayat 87 Arab-Latin, Terjemah Arti Hud Ayat 87, Makna Hud Ayat 87, Terjemahan Tafsir Hud Ayat 87, Hud Ayat 87 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Hud Ayat 87
Tafsir Surat Hud Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)