{10} Yunus / يونس | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يوسف / Yusuf {12} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Hud هود (Nabi Hud) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 11 Tafsir ayat Ke 88.
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ ﴿٨٨﴾
qāla yā qaumi a ra`aitum ing kuntu ‘alā bayyinatim mir rabbī wa razaqanī min-hu rizqan ḥasanaw wa mā urīdu an ukhālifakum ilā mā an-hākum ‘an-h, in urīdu illal-iṣlāḥa mastaṭa’t, wa mā taufīqī illā billāh, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unīb
QS. Hud [11] : 88
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.
Syuaib berkata, “Hai kaumku, tidakkah kalian melihat bahwa aku berada pada jalan yang jelas dari Rabb-ku mengenai apa yang aku serukan kepada kalian untuk ikhlas beribadah hanya kepada-Nya dan dari apa yang aku larang kalian darinya, yaitu merusak harta dan Allah telah memberiku rizki yang luas, halal dan baik? Aku tidak bermaksud menyalahi kalian, yaitu dengan mengerjakan apa yang sudah aku larang. Aku tidak bermaksud apa-apa dengan perintah dan larangan tersebut, melainkan untuk memperbaiki akhlak kalian sesuai dengan kemampuan dan kesanggupanku. Dan tidak ada taufik bagiku (untuk mendatangkan kebenaran dan memperbaiki akhlak kalian) melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah semata aku bertawakal, dan kepada-Nya aku kembali dengan bertaubat.”
Nabi Syu’aib berkata kepada kaumnya: Hai kaumku, bagaimanakah pendapat kalian:
…jika aku mempunyai bukti dari Tuhanku.
Yakni jika aku berada dalam pengetahuan yang meyakinkan tentang hal yang aku serukan (kepada kalian):
…dan dianugerahi-Nya aku dari-Nya rezeki yang baik.
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan rezeki dalam ayat ini ialah kenabian. Menurut pendapat lainnya adalah rezeki yang halal, ke dua-duanya dapat dipakai.
As-Sauri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Huud:88) Artinya, aku tidak melarang kalian melakukan sesuatu, lalu aku sendiri melakukannya bila tidak kelihatan oleh kalian.
Hal yang sama telah di katakan oleh Qatadah sehubungan dengan takwil firman-Nya berikut ini: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Huud:88) Maksudnya, tidaklah aku larang kalian dari suatu perkara, lalu aku sendiri mengerjakannya:
Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.
Yakni dalam amar ma’ruf dan nahi munkar-ku kepada kalian. Sesungguhnya aku hanya bermaksud memperbaiki keadaan kalian semampuku dengan mengerahkan segala kekuatan yang ada padaku.
Dan tidak ada taufik bagiku.
Yaitu dalam memperoleh kebenaran yang aku maksudkan.
…melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.
dalam semua urusanku.
…dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.
Yakni aku akan dikembalikan.
Demikianlah menurut tafsir yang dikemukakan oleh Mujahid.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abu Quza’ah (yakni Suwaid ibnu Hujair Al-Bahili), dari Hakim ibnu Mu’awiyah, dari ayahnya, bahwa saudaranya yang bernama Malik berkata, “Hai Mu’awiyah, sesungguhnya Muhammad telah menahan tetangga-tetanggaku. Maka berangkatlah engkau kepadanya karena sesungguhnya dia pernah berbicara denganmu dan dia mengenalmu.” Maka aku (Malik) berangkat bersamanya (Mu’awiyah), lalu Mu’awiyah berkata, “Lepaskanlah tetangga-tetanggaku demi aku, karena sesungguhnya mereka telah masuk Islam.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berpaling dari Mu’awiyah, dan Mu’awiyah berdiri seraya marah, lalu berkata “Ingatlah, demi Allah, sesungguhnya jika engkau melakukan hal itu (tetap menahan mereka), sesungguhnya orang-orang akan menduga bahwa engkau benar-benar telah memerintahkan sesuatu kepada kami, tetapi engkau sendiri berbeda dengan melakukan hal lainnya.” Lalu aku (Malik) menariknya (Mu’awiyah) yang masih berbicara. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apa yang tadi kamu katakan?” Mu’awiyah berkata, “Sesungguhnya engkau, demi Allah, seandainya engkau melakukan hal tersebut, orang-orang pasti akan menduga bahwa engkau telah memerintahkan kepada suatu hal, lalu engkau sendiri berbeda dengan mengerjakan yang lainnya.” Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Apakah mereka telah mengatakannya? Sesungguhnya jika aku melakukan hal itu, maka tiada lain akibatnya akan menimpa diriku dan mereka tidak akan terkena sesuatu akibat pun dari hal tersebut. Sekarang lepaskanlah tetangga-tetangganya demi dia.”
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Bahz ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya yang menceritakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menangkap sejumlah orang dari kalangan kaumku karena suatu tuduhan yang dilancarkan terhadap mereka, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menahan mereka. Maka datanglah seorang lelaki dari kalangan kaumku menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang saat itu sedang berkhotbah. Kemudian laki-laki itu berkata, “Hai Muhammad, mengapa engkau menahan tetangga-tetanggaku?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam, dan lelaki itu berkata lagi, “Sesungguhnya sejumlah orang benar-benar ada yang mengatakan bahwa engkau telah melarang sesuatu dikerjakan, tetapi engkau sendiri mengerjakannya.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Apa yang kamu katakan?”Maka aku (lelaki itu) berpaling dari pembicaraan itu dengan mengatakan pembicaraan lain, karena takut didengar oleh beliau, yang akhirnya beliau akan mendoakan atas kaumku suatu doa yang mengakibatkan mereka tidak akan mendapat keberuntungan selama-lamanya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terus bertanya sehingga beliau memahaminya, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya mereka telah mengatakannya (atau sebagian dari mereka telah mengatakannya). Demi Allah, seandainya aku melakukannya, niscaya akibat buruknya akan ditanggung olehku, bukan oleh mereka. Lepaskanlah tetangga-tetangganya itu!”
Termasuk ke dalam bab ini ialah hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Bilal, dari Rabi’ah ibnu Abu Abdur Rahman, dari Abdul Malik ibnu Sa’id ibnu Suwaid Al-Ansari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Humaid dan Abu Usaid menceritakan hadis berikut dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Apabila kalian mendengar suatu hadis dariku yang kalian kenali melalui hati kalian, dan membuat perasaan serta hati kalian menjadi lembut karenanya, dan kalian meyakini bahwa hal itu lebih dekat (manfaatnya) kepada kalian, maka aku adalah orang yang lebih berhak untuk mengerjakannya. Apabila kalian mendengar suatu hadis dariku yang kalian ingkari melalui hati kalian, dan perasaan serta hati kalian menolaknya, serta kalian merasa yakin bahwa hal itu lebih jauh (manfaatnya) dari kalian, maka aku adalah orang yang lebih berhak meninggalkannya.
Sanad hadis berpredikat sahih. Imam Muslim telah mengetengahkan suatu hadis dengan sanad yang sama, yang isinya menyebutkan:
Apabila seseorang di antara kalian memasuki masjid, hendaklah ia mengucapkan, “Ya Allah, bukakanlah bagiku semua pintu rahmat-Mu.” Dan apabila ia keluar dari masjid, hendaklah mengucapkan doa berikut: “Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu sebagian dari kemurahan-Mu.”
Makna hadis sebelumnya ialah ‘manakala sampai kepada kalian suatu kebaikan dariku, maka aku adalah orang yang paling utama dalam mengerjakannya. Dan manakala sampai kepada kalian sesuatu yang kalian ingkari, maka aku adalah orang yang paling berhak dalam meninggalkannya’.
Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya
Qatadah telah meriwayatkan dari Urwah, dari Al-Hasan Al-Urni, dari Yahya ibnul Bazzar, dari Masruq yang menceritakan bahwa seorang wanita datang kepada Ibnu Mas’ud, lalu bertanya, “Apakah engkau melarang wasilah (menyambung rambut/memakai wig)?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Ya.” Wanita itu berkata, “Ternyata seseorang dari istri-istrimu melakukannya.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Kalau demikian, berarti aku tidak mengamalkan wasiat seorang hamba yang saleh (Nabi Syu’aib),” yaitu: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kalian (dengan mengerjakan) apa yang aku larang kalian darinya. (Huud:88)
Usman ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Abu Sulaiman Ad-Dabbi yang mengatakan bahwa surat-surat dari Umar ibnu Abdul Aziz sering kami terima yang di dalamnya terkandung perintah dan larangan. Dan pada setiap akhir suratnya ia selalu menyebutkan bahwa tiada yang dapat saya lakukan dari hal tersebut melainkan seperti apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang saleh (Nabi Syu’aib), yaitu:
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal, dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.
قَالَ “Syu’aib berkata”, kepada mereka, يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي “Hai kaumku, bagaimana pendapatmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku.” Yakni keyakinan dan ketenangan tentang kebenaran agama yang aku bawakan, وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا “dan Dia menganugerahiku dari padaNya rizki yang baik (patutkah aku menyalahi perintahNya)?” Yakni Allah جَلَّ جَلالُهُ memberiku berbagai macam harta kekayaan. وَ “Dan” aku tidak أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَى مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ “berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larangkan untukmu.” Aku tidak ingin melarangmu dari perbuatan curang dalam timbangan dan takaran sedangkan aku melakukannya sehingga akibatnya adalah aku dituduh dalam hal itu, justru tidaklah aku melarang suatu perkara melainkan akulah orang pertama yang meninggalkannya.
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الإصْلاَحَ مَا اسْتَطَعْتُ “Tidaklah aku bermaksud melainkan (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.” Aku tidak memiliki tujuan melainkan agar keadaanmu baik dan kemanfaatanmu lurus, aku tidak memiliki sedikit tujuan pribadi menurut kesanggupanku. Ketika ini mengandung pujian terhadap diri sendiri maka dia menepisnya dengan ucapan, وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ “Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah جَلَّ جَلالُهُ.” Maksudnya, taufik yang aku dapatkan untuk melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan, tidak lain kecuali dari Allah جَلَّ جَلالُهُ, bukan karena daya dan kekuatanku. عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ “Hanya kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ aku bertawakal.” Aku bersandar kepadaNya dalam urusanku, dan aku percaya dengan jaminanNya. وَإِلَيْهِ أُنِيبُ “Dan hanya kepadaNyalah aku kembali,” dalam menunaikan ibadah yang Dia perintahkan kepadaku. Dalam hal ini terdapat makna usaha mendekatkan diri kepadaNya dengan perbuatan-perbuatan baik. Dengan dua perkara ini, segala urusan seorang hamba menjadi lurus yaitu meminta pertolongan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan kembali kepadaNya sebagaimana FirmanNya,
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka sembahlah Dia, dan bertawakkalkepadaNya.”(Hud: 123), Dan Dia berfirman,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5).
Mendengar sindiran mereka itu, dia’nabi syuaib’berkata, wahai kaumku! terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata tentang apa yang aku sampaikan kepadamu dari tuhanku, dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik lagi banyak dan melimpah, pantaskah aku mengabaikan perintah dan larangan-Nya’ aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya, yakni aku tidak bermaksud melarang kamu melakukan sesuatu, sementara aku sendiri mengerjakan apa yang aku larang itu. Aku hanya bermaksud mendatangkan perbaikan dan keadilan selama aku masih sanggup melakukannya, bukan untuk memonopoli. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah dan tidak ada taufik bagiku untuk menegakkan kebenaran melainkan dengan pertolongan Allah. Kepada-Nya aku bertawakal setelah berusaha maksimal, dan hanya kepada-Nya pula aku kembali, yakni mengembalikan segala urusan. Setelah nabi syuaib menjelaskan maksud dan tujuannya, sehingga tidak ada alasan untuk mengecam apa yang disampaikan beliau, kemudian nabi syuaib memperingatkan mereka dengan pernyataan, dan wahai kaumku! janganlah pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu berbuat dosa terhadap perintah Allah, sehingga kamu akan ditimpa siksaan seperti yang menimpa kaum nabi nuh yang ditenggelamkan, kaum nabi hud yang dimusnahkan dengan angin kencang yang dingin, atau kaum nabi saleh yang disiksa dengan suara yang mengguntur, sedang kaum nabi lut tidak jauh masa maupun jarak wilayahnya dari kamu, juga telah diazab dengan dihujani batu. Jika kamu mengingkari risalahku, tidak mustahil azab tersebut akan menimpa kamu juga.
Hud Ayat 88 Arab-Latin, Terjemah Arti Hud Ayat 88, Makna Hud Ayat 88, Terjemahan Tafsir Hud Ayat 88, Hud Ayat 88 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Hud Ayat 88
Tafsir Surat Hud Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)