{11} Hud / هود | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الرعد / Ar-Ra’d {13} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yusuf يوسف (Nabi Yusuf) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 12 Tafsir ayat Ke 4.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ ﴿٤﴾
iż qāla yụsufu li`abīhi yā abati innī ra`aitu aḥada ‘asyara kaukabaw wasy-syamsa wal-qamara ra`aituhum lī sājidīn
QS. Yusuf [12] : 4
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
Ceritakanlah (wahai Rasul) kepada kaummu, perkataan Yusuf kepada ayahnya, “Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan semuanya bersujud kepadaku.” Mimpi ini merupakan kabar gembira yang diterima Yusuf bahwa dia akan menerima derajat yang tinggi di dunia maupun di akhirat.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Ceritakanlah kepada kaummu, hai Muhammad, dalam kisah-kisahmu kepada mereka tentang kisah Yusuf. Yaitu ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, Nabi Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Dinar, dari ayahnya, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Orang mulia anak orang mulia anak orang mulia adalah Yusuf ibnu Ya’qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari secara munfarid. Imam Bukhari meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Abdus Samad dengan sanad yang sama.
Imam Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Ubaidillah, dari Sa’id ibnu Abu Sa’id, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling terhormat?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Orang yang paling terhormat di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Mereka berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan kepada engkau.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Orang yang paling mulia adalah Yusuf Nabi Allah anak Nabi Allah anak Nabi Allah anak kekasih Allah. Mereka berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan kepada engkau.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Apakah kalian menanyakan kepadaku tentang orang-orang Arab yang paling mulia?” Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Orang-orang yang terpandang dari kalian di masa Jahiliah adalah orang-orang yang terpandang pula di masa Islam jika mereka mengerti (yakni masuk Islam).
Kemudian Imam Bukhari mengatakan bahwa periwayatan hadis ini diikuti pula oleh Abu Usamah, dari Ubaidillah.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Ulama tafsir telah membahas tentang makna mimpi ini, bahwa ungkapan sebelas bintang dimaksudkan adalah saudara-saudara Nabi Yusuf yang jumlah keseluruhannya ada sebelas orang, jumlah anak Nabi Ya’qub ada dua belas orang termasuk Nabi Yusuf. Sedangkan yang dimaksud dengan matahari dan bulan adalah ayah dan ibunya. Hal ini telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ad-Dahhak, Qatadah, Sufyan As-Sauri, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Takwil mimpi Nabi Yusuf ini baru terealisasi sesudah selang empat puluh tahun kemudian, pendapat lain mengatakan sesudah delapan puluh tahun. Yang demikian itu terjadi ketika Nabi Yusuf mempersilakan kedua orang tuanya untuk menduduki kursi singgasananya, sedangkan semua saudaranya berada di hadapannya.
Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.”(Yusuf:100)
Di dalam sebuah hadis disebutkan nama bintang-bintang yang sebelas tersebut.
Imam Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan:
telah menceritakan kepadaku Ali ibnu Sa’id Al-Kindi, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Zahir, dari As-Saddi, dari Abdur Rahman ibnu Sabit dari Jabir yang menceritakan bahwa seorang Yahudi yang dikenal dengan nama Bustanah datang menghadap Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Hai Muhammad, ceritakanlah kepadaku bintang-bintang yang dilihat oleh Yusuf dalam mimpinya bersujud kepadanya, apa sajakah nama-nama bintang-bintang tersebut?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam sesaat, tidak menjawab sepatah kata pun. Lalu Jibril a.s. turun dan menceritakan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ semua nama bintang itu. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyuruh agar lelaki Yahudi itu dipanggil menghadap. Setelah lelaki Yahudi itu sampai, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah engkau mau beriman jika aku sebutkan kepadamu nama bintang-bintang itu?” Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jiryan, Tariq, Zayyal, Zul Kanfat, Qabis, Wassab, ‘Amudan, Faliq, Misbah, Daruh, Zul Farag, Diya, dan Nur. Lelaki Yahudi itu berkata, “Memang benar, demi Allah, itulah nama bintang-bintang tersebut.”
Imam Baihaqi meriwayatkannya di dalam kitab Dalail-nya melalui hadis Sa’id ibnu Mansur, dari Al-Hakam ibnu Zahir.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh dua orang Hafiz, yaitu Abu Ya’la Al-Mausuli dan Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab Musnad masing-masing, juga oleh Ibnu Abu Hatim di dalam kitab Tafsir-nya. Adapun menurut riwayat Abu Ya’la, maka ia menceritakannya dari empat orang gurunya, dari Al-Hakam ibnu Zahir, dengan sanad yang sama. Di dalam riwayatnya ditambahkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Setelah Yusuf melihat mimpinya itu dan ia menceritakannya kepada ayahnya Ya’qub, maka Ya’qub berkata kepadanya, “Ini merupakan suatu perkara yang berpecah belah, lalu Allah menghimpunkannya kembali sesudah itu.” Matahari adalah ayahnya, sedangkan bulan adalah ibunya.
Hal ini diriwayatkan secara munfarid oleh Al-Hakam ibnu Zahir Al-Fazzari. Para imam menilainya daif dan banyak ulama yang tidak memakai hadisnya. Al-Jauzani mengatakan bahwa hal itu tidak benar, dia adalah pemilik hadis yang hasan. Kemudian ia menceritakan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Jabir, bahwa seorang Yahudi bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang nama bintang-bintang yang dilihat oleh Nabi Yusuf dalam mimpinya, yakni apakah nama bintang-bintang tersebut. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawabnya. Kemudian ia menyebutkan bahwa hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Al-Hakam ibnu Zahir yang dinilai daif oleh Arba’ah.
Ketahuilah bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan bahwa Dia menceritakan kisah terbaik dalam al-Qur`an kepada RasulNya. Kemudian, Dia menyampaikan kisah ini dan memaparkannya disertai uraian peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya. Sehingga bisa dimengerti bahwa kisah itu merupakan kisah yang sempurna, lengkap lagi baik. Maka barangsiapa yang ingin menyempurnakannya atau membaguskannya dengan riwayat-riwayat Israiliyat yang tidak jelas sanad atau perawinya, yang pada umumnya merupakan kedustaan, berarti ia telah berupaya mengetengahkan koreksian terhadap Allah جَلَّ جَلالُهُ, ia ingin menyempurnakan suatu bagian darinya yang dia klaim memiliki kekurangan. Cukuplah buat Anda untuk berhenti pada batas ini sebagai suatu kejelekan, karena tambahan-tambahan pada detail cerita surat tersebut telah menyesaki kitab-kitab tafsir, berupa kedustaan-kedustaan dan perkara-perkara menjijikkan yang banyak bertentangan dengan sesuatu yang difirmankan Allah جَلَّ جَلالُهُ.
Maka kewajiban seorang hamba adalah untuk memahami apa yang telah diceritakan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menyingkirkan penjelasan lainnya, yang bukan berupa nukilan yang berasal dari Nabi.
Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ, إِذْ قَالَ يُوسُفُ لأبِيهِ “(Ingatlah), ketika Yusuf ‘alaihissalam berkata kepada ayahnya”, Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil ‘alaihimassalam, وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang, matahari dan bulan; aku melihat semuanya sujud kepadaku”, mimpi inilah yang menjadi permulaan ketinggian martabat yang direngkuh Nabi Yusuf ‘alaihissalam di dunia dan akhirat. Demikianlah, jika Allah جَلَّ جَلالُهُ menghendaki sesuatu yang luar biasa, maka Dia akan memberikan peristiwa pendahuluan sebagai sinyal pembuka dan untuk memuluskan prosesnya, serta sebagai tindakan antisipasi terhadap kesulitan-kesulitan yang akan menghadang hambaNya itu serta sebagai bentuk kelembutan dan kebaikan Allah جَلَّ جَلالُهُ padanya. Ya’qub menakwilkannya dengan penjelasan bahwa matahari adalah ibunya, bulan berarti ayahnya. Sedangkan bintang-bintang merupakan (cerminan) saudara-saudaranya. Berbagai fase kehidupan akan melewatinya, hingga berujung pada momentum saudara-saudaranya tunduk dan bersujud kepadanya, sebagai cerminan penghormatan dan pengagungan kepadanya. Peristiwa itu tidaklah terjadi melainkan dengan beberapa faktor pendahulu, berupa ketentuan seleksi dan pilihan dari Allah جَلَّ جَلالُهُ yang jatuh padanya (untuk menjadi Nabi), penyempurnaan nikmatNya baginya dengan ilmu, amal dan kekuasaan di dunia. Karunia itu akan menaungi semua anggota keluarga Ya’qub yang nantinya akan bersujud kepadanya dan menjadi pengikutnya.
Setelah dijelaskan bahwa di antara wahyu Al-Qur’an yang diturunkan Allah berupa kisah-kisah umat terdahulu yang belum diketahui secara jelas oleh nabi Muhammad dan umatnya, ayat ini menjelaskan tentang salah satu kisah tersebut, yaitu kisah nabi yusuf. Allah memulai kisah nabi yusuf dengan menceritakan perihal mimpinya. Ketika yusuf putra nabi yakub berkata kepada ayahnya, wahai ayahku! sungguh, aku bermimpi melihat sebelas bintang, yakni saudaranya yang berjumlah sebelas, matahari, yakni ayahnya dan bulan, yakni ibunya; kulihat semuanya sujud atau mengarahkan pandangannya dan hormat kepadaku. Kemudian dia’nabi yakub’berkata kepada putranya, wahai anakku! janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu. Aku khawatir apabila mereka tahu, mereka akan membuat tipu daya untuk membinasakan-Mu karena kedengkian mereka. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia karena terus berupaya memunculkan rasa permusuhan di antara sesama.
Yusuf Ayat 4 Arab-Latin, Terjemah Arti Yusuf Ayat 4, Makna Yusuf Ayat 4, Terjemahan Tafsir Yusuf Ayat 4, Yusuf Ayat 4 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yusuf Ayat 4
Tafsir Surat Yusuf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)