{11} Hud / هود | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الرعد / Ar-Ra’d {13} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yusuf يوسف (Nabi Yusuf) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 12 Tafsir ayat Ke 53.
۞ وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ ﴿٥٣﴾
wa mā ubarri`u nafsī, innan-nafsa la`ammāratum bis-sū`i illā mā raḥima rabbī, inna rabbī gafụrur raḥīm
QS. Yusuf [12] : 53
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Istri pembesar itu berkata, “Dan aku tidak menganggap diriku bersih dan tidak membebaskannya (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu banyak menyuruh pelakunya kepada perbuatan maksiat karena mencari kelezatannya, kecuali siapa yang diberi perlindungan oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi dosa-dosa siapa saja di antara para hamba-Nya yang bertaubat, lagi Maha Penyayang kepada mereka.”
Istri Al-Aziz mengatakan, “Aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, sebab hawa nafsu diriku selalu membisikkan godaan dan angan-angan kepadaku. Karena itulah aku menggodanya.”
…karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
kecuali orang yang dipelihara oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dari kesalahan.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Pendapat inilah yang terkenal, yang lebih sesuai, dan lebih serasi dengan konteks kisah dan makna-makna kalimat.
Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mawardi di dalam kitab tafsirnya, dan pendapatnya ini didukung oleh Imam Abul Abbas ibnu Taimiyyah yang menulisnya secara tersendiri di dalam suatu pembahasan secara detail. Menurut pendapat lainnya, kalimat dalam ayat ini termasuk perkataan Nabi Yusuf a.s. Yusuf a.s. berkata:
Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya.
Yakni tidak berbuat yang tidak senonoh terhadap istrinya.
…di belakangnya.
Dengan kata lain, sesungguhnya aku menyuruh si utusan raja kembali tiada lain agar raja mengetahui kebersihan diriku dari apa yang dituduhkan kepadaku dan agar Al-Aziz (suami si wanita yang menggodanya) mengetahui.
…bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya.
Yakni dengan melakukan perbuatan itu kepada istrinya.
di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat. (Yusuf:52)
Hanya pendapat ini yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa setelah raja mengumpulkan semua wanita, lalu ia mengajukan pertanyaan kepada mereka, “Apakah kalian menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya kepada keinginan mereka?” Mahasempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan pun darinya. Berkata istri Al-Aziz, “Sekarang jelaslah kebenaran itu.” (Yusuf:51), hingga akhir ayat. Maka Yusuf berkata: Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya. (Yusuf:52) Lalu Malaikat Jibril berkata kepada Yusuf, “Apakah memang engkau tidak pernah merasakan keinginan itu di suatu hari pun?” Yusuf menjawab: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan). (Yusuf:53), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ikrimah, Ibnu Abu Huzail, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi.
Pendapat yang pertama adalah yang paling kuat dan paling jelas, karena konteks pembicaraan berkenaan dengan perkataan istri Al-Aziz di hadapan raja, dan Yusuf saat itu tidak ada, ia baru dipanggil oleh raja setelah itu.
Tatkala pernyataan semacam ini mencerminkan sejenis tazkiyah (penyucian) pada dirinya, maka ia segera melanjutkan de-ngan penuturan, وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)”, dari tindakan menggoda, pemusatan pikiran, semangat kuat dan mengupayakan tipu daya untuk merealisasikannya, إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ “karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada ke-jahatan”, maksudnya sering sekali memerintahkan pemiliknya untuk berbuat kejelekan yakni perbuatan keji dan segala dosa. Sesungguh-nya jiwa merupakan kendaraan tunggangan setan. Dari situlah setan menyusup kepada manusia إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي “kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku”, sehingga Dia menyelamatkannya dari jiwanya yang selalu memerintahkan kepada kejelekan maka jiwanya menjadi jiwa yang merasa tenang dengan Rabbnya, patuh terhadap penyeru hidayah, enggan terhadap penyeru kenistaan. Kebaikan ini bukan berasal dari jiwa itu sendiri, tetapi merupakan curahan keutamaan dan rahmat Allah kepada hambaNya. إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ “Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, mak-sudnya, Dia Maha Pengampun bagi orang yang telah nekat berani melakukan dosa-dosa dan maksiat-maksiat jika ia sudi bertaubat dan kembali kepada Allah. Dia Maha Kasih dengan menerima tau-batnya dan memberikan taufikNya (kemudahan) untuk melakukan amalan-amalan shalih. Jadi, inilah yang benar, bahwa pernyataan tersebut merupa-kan ucapan istri al-Aziz, bukan ucapan Yusuf. Karena susunan redaksinya masuk ke dalam substansi arah pembicaraan si wanita, sementara itu, Yusuf belum muncul, dia masih berada di bui.
Setelah peristiwa yang dialami nabi yusuf berlalu dan ia terbukti tidak bersalah, ia pun berkata, dan aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan apa pun, karena sesungguhnya salah satu jenis nafsu manusia itu adalah nafsu amarah, yang selalu mendorong manusia kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh tuhanku sehingga tidak membawaku kepada kejahatan. Sesungguhnya tuhanku maha pengampun atas segala dosa, maha penyayang bagi siapa saja yang dia kehendaki. Raja yakin bahwa nabi yusuf telah dizalimi dipenjara tanpa berbuat salah. Raja juga mengaguminya karena kemampuannya memberikan takwil mimpi sang raja. Raja pun berkata, bawalah dia (yusuf ) kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat kepadaku dan aku angkat menjadi penasihat dalam pemerintahan. Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, sesungguhnya kamu mulai hari ini kuangkat menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kerajaan kami dan menjadi orang yang dipercaya mengurus urusan kerajaan.
Yusuf Ayat 53 Arab-Latin, Terjemah Arti Yusuf Ayat 53, Makna Yusuf Ayat 53, Terjemahan Tafsir Yusuf Ayat 53, Yusuf Ayat 53 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yusuf Ayat 53
Tafsir Surat Yusuf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)