{11} Hud / هود | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الرعد / Ar-Ra’d {13} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yusuf يوسف (Nabi Yusuf) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 12 Tafsir ayat Ke 100.
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ۖ وَقَالَ يَا أَبَتِ هَـٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا ۖ وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي ۚ إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ﴿١٠٠﴾
wa rafa’a abawaihi ‘alal-‘arsyi wa kharrụ lahụ sujjadā, wa qāla yā abati hāżā ta`wīlu ru`yāya ming qablu qad ja’alahā rabbī ḥaqqā, wa qad aḥsana bī iż akhrajanī minas-sijni wa jā`a bikum minal-badwi mim ba’di an nazagasy-syaiṭānu bainī wa baina ikhwatī, inna rabbī laṭīful limā yasyā`, innahụ huwal-‘alīmul-ḥakīm
QS. Yusuf [12] : 100
Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.
Yusuf pun mendudukkan ayah ibunya di atas singgasana kekuasaannya di sampingnya, sebagai pemuliaan untuk keduanya, lalu ayah ibunya dan sebelas saudaranya memberikan penghormatan kepadanya dengan bersujud kepadanya sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan, bukan sujud peribadatan dan ketundukan. Hal itu diperbolehkan dalam syariat mereka, tapi ini diharamkan dalam syariat kita; untuk menutup jalan kemusyrikan (mempersekutukan Allah), Yusuf berkata kepada ayahnya, “Sujud inilah tafsir mimpiku yang telah aku ceritakan kepadamu dahulu semasa kecilku, dan Rabb-ku telah menjadikannya sebagai kenyataan. Sungguh Rabb-ku telah melimpahkan anugerah kepadaku, ketika Dia mengeluarkan aku dari penjara, dan membawa kalian dari Badiyah (pemukiman nomaden di padang pasir) kepadaku setelah setan merusak ikatan persaudaraan antara aku dengan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Rabb-ku Mahalembut perencanaan-Nya kepada apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui kemaslahatan para hamba-Nya lagi Maha Bijaksana dalam kata-kata dan perbuatan-Nya.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Yusuf menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana.
Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al- arsy dalam ayat ini ialah singgasana. Yakni Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya ke atas singgasananya bersama-sama dengan dia.
Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf.
Maksudnya, bersujud kepada Yusuf kedua orang tuanya dan semua saudaranya yang jumlahnya ada sebelas orang.
Dan berkata Yusuf, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu.”
Yakni mimpi yang pernah ia ceritakan kepada ayahnya jauh sebelum itu, yang disebutkan di dalam firman-Nya:
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas buah bintang. (Yusuf:4), hingga akhir ayat.
Hal ini masih diperbolehkan di dalam syariat mereka, bilamana memberikan salam penghormatan kepada orang besar, yakni boleh bersujud kepadanya. Hal ini diperbolehkan sejak zaman Nabi Adam sampai kepada syariat Nabi Isa a.s. Kemudian dalam syariat Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hal ini diharamkan, dan hanya dikhususkan kepada Allah Tuhan sekalian alam. Demikianlah ringkasan dari apa yang dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika Mu’az tiba di negeri Syam, ia menjumpai mereka masih bersujud kepada uskup-uskup mereka. Ketika Mu’az bersujud kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah yang engkau lakukan ini, hai Mu’az?” Mu’az menjawab, “Sesungguhnya aku melihat penduduk negeri Syam bersujud kepada uskup-uskup mereka, maka engkau lebih berhak untuk disujudi, wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Seandainya aku memerintahkan kepada seseorang untuk bersujud kepada orang lain, tentu aku akan perintahkan kepada wanita untuk bersujud kepada suaminya, karena hak suaminya atas dirinya sangatlah besar.
Di dalam hadis lain disebutkan bahwa Salman bersua dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di salah satu jalan kota Madinah, saat itu Salman baru masuk Islam, maka ia bersujud kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (sebagai penghormatan kepadanya). Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda membantah:
Hai Salman, janganlah kamu sujud kepadaku. Bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup, Yang tak pernah mati.
Keterangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa bersujud dalam penghormatan kepada seorang pembesar diperbolehkan dalam syariat mereka. Maka dari itu, mereka semuanya bersujud kepada Yusuf, dan saat itu juga Yusuf berkata:
Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.
Yakni inilah kenyataan dari mimpiku itu.
Penggunaan kata ‘takwil dalam ayat ini ditujukan kepada pengertian kesimpulan dari suatu perkara atau kenyataannya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىdalam ayat yang lain:
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya ‘ kebenaran) Al-Qur’an itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur’an. (Al A’raf:53)
Artinya, pada hari kiamat nanti akan datang kepada mereka apa yang telah dijanjikan kepada mereka, yaitu balasan kebaikan dan balasan keburukan (mereka).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan
Yakni menjadi kenyataan yang benar. Lalu Yusuf menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya:
Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kalian dari dusun padang pasir. (Yusuf:100)
Yaitu dari daerah pedalaman.
Ibnu Juraij dan lain-lainnya mengatakan bahwa mereka adalah penduduk daerah pedalaman yang bermata pencaharian beternak. Ibnu Juraij mengatakan, mereka tinggal di daerah pedalaman Palestina, bagian dari negeri Syam. Menurut pendapat lainnya mereka tinggal di Aulaj, lereng pegunungan Hasma, mereka adalah orang-orang pedalaman, beternak kambing dan unta.
…setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki.
Maksudnya, apabila Dia menghendaki sesuatu perkara, maka Dia menetapkan baginya semua penyebab kejadiannya dan memutuskannya serta memudahkan terlaksananya.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui.
akan kemaslahatan hamba-hamba-Nya.
…lagi Mahabijaksana.
dalam ucapan, perbuatan, ketetapan, takdir, dan semua yang dipilih dan yang dikehendaki-Nya.
Abu Usman An-Nahdi telah meriwayatkan dari Sulaiman, bahwa jarak masa antara mimpi Yusuf dan kenyataannya adalah empat puluh tahun. Abdullah ibnu Syaddad mengatakan bahwa masa itulah batas maksimal kenyataan suatu mimpi. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Al-Hasan yang mengatakan, “Jarak masa antara perpisahan dengan Nabi Yusuf sampai Nabi Ya’qub bersua dengannya adalah delapan puluh tahun. Selama itu kesedihan selalu melanda hati Ya’qub a.s., dan air matanya selalu berlinangan mengalir ke pipinya tiada henti-hentinya. Tiada seorang hamba pun di muka bumi ini yang lebih disukai oleh Allah selain Nabi Ya’qub.”
Hasyim telah meriwayatkan dari Yunus, dari Al-Hasan, bahwa masa itu adalah delapan puluh tiga tahun. Mubarak ibnu Fudalah mengatakan dari Al-Hasan, bahwa Yusuf dilemparkan ke dasar sumur ketika berusia tujuh belas tahun, dan menghilang dari pandangan ayahnya selama delapan puluh tahun. Sesudah itu ia hidup selama dua puluh tiga tahun. Yusuf a.s. wafat dalam usia seratus dua puluh tahun.
Qatadah mengatakan, masa perpisahan antara Ya’qub dan Yusuf adalah tiga puluh lima tahun.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa menghilangkan Yusuf dari ayahnya adalah selama delapan belas tahun. Selanjutnya Ibnu Ishaq mengatakan, orang-orang ahli kitab menduga bahwa masa itu empat puluh tahun atau yang mendekatinya. Ya’qub tinggal bersama Yusuf sesudah Ya’qub tiba di negeri Mesir adalah selama tujuh belas tahun, kemudian Allah mewafatkannya.
Abi Ishaq As-Subai’i mengatakan dari Abu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa kaum Bani Israil masuk ke negeri Mesir sebanyak tiga ratus enam puluh orang, ketika pergi meninggalkan Mesir, jumlah mereka mencapai enam ratus tujuh puluh ribu orang.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Masruq, bahwa mereka masuk ke negeri Mesir dalam jumlah tiga ratus sembilan puluh orang yang terdiri atas kaum pria dan wanitanya.
Musa ibnu Ubaidah telah meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, dari Abdullah ibnu Syaddad, bahwa keluarga Ya’qub berkumpul dengan Yusuf di negeri Mesir, sedangkan jumlah mereka ada delapan puluh enam orang termasuk anak-anak kecil, orang dewasa, kaum pria dan wanitanya. Ketika mereka pergi meninggalkan negeri Mesir, jumlah mereka mencapai enam ratus ribu orang lebih.
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ “Dan dia menaikkan kedua ibu bapak-nya ke atas singgasana”, di atas tahta raja dan tempat duduk al-Aziz وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا “dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud ke-pada Yusuf”, maksudnya ayah dan ibunya, serta para saudaranya bersujud kepada Yusuf dalam rangka mengagungkan, menghor-mati, dan memuliakan Yusuf. وَقَالَ “Dan berkatalah Yusuf”, ketika menyaksikan pemandangan ini dan melihat sujud mereka kepada dirinya, يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu”, saat bermimpi melihat sebelas bintang beserta matahari dan bulan bersujud kepadanya. Inilah kejadian nyata dari mimpinya yang kembali kepada dirinya sendiri dan sampai ke-padanya. قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا “Sesungguhnya Rabbku telah menjadikannya suatu kenyataan”, Allah tidak menjadikannya hanya mimpi-mimpi kosong semata, وَقَدْ أَحْسَنَ بِي “dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku”, dengan kebaikan yang sangat besar إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ “ketika Dia membebaskanku dari rumah penjara dan ketika Dia membawamu dari dusun padang pasir”, ini termasuk cerminan sikap lembut dan keelokan gayanya j dalam berbicara, di mana dia hanya menyebutkan kisah saat di penjara, tanpa menyinggung kondisi saat berada di dasar sumur, karena ketulusan maafnya bagi para saudaranya, dia tidak menyinggung kesalahan itu. Dan keda-tangan kalian dari dusun termasuk karena kebaikan Allah kepada diriku. Dia tidak berkata, “Dia membawa kalian dari kondisi kela-paran dan kesulitan”, juga tidak mengatakan, “Dia telah berbuat baik kepada kalian semua”, akan tetapi mengatakan, “Dia telah mencurahkan kebaikan kepadaku”, akan tetapi Yusuf menjadikan kebaikan Allah kembali kepadanya. Mahaberkah Allah, Dzat yang telah mengistimewakan (dengan curahan rahmatNya) kepada orang yang Dia kehendaki dari kalangan para hambaNya dan memberi rahmat kepada mereka dari sisiNya, sesungguhnya Dia Dzat Yang Maha Memberi, مِنْ بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي “setelah setan meru-sakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku”, dia pun tidak mengatakan, “Setelah setan merusak saudara-saudaraku,” akan tetapi menganggap seakan-akan keteledoran dan dosa berasal dari kedua pihak. Maka segala puji bagi Allah yang telah menghinakan setan dan mengusirnya, dan mengumpulkan kita setelah perpe-cahan yang mencerai-beraikan. إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِمَا يَشَاءُ “Sesungguhnya Rabbku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki”, Dia menyalurkan kebajikan dan kebaikan-Nya kepada seorang hamba tanpa dia (hamba itu) sadari dan me-nempatkannya pada kedudukan yang tinggi yang bebas dari segala urusan yang dibencinya. إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ “Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui”, segenap perkara yang zahir dan batin, rahasia-rahasia para hambaNya serta bisikan hati mereka. حكيم “Lagi Mahabijaksana”, dalam meletakkan urusan-urusan pada tempat se-mestinya dan mengerahkan perkara-perkara pada waktunya yang telah ditentukan. Dan pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini adalah: A. Sepatutnya bagi orang yang dikaruniai kenikmatan oleh Allah setelah (melewati) masa yang sulit dan kemiskinan serta kon-disi yang buruk, agar mengakui kenikmatan Allah padanya, dan senantiasa mengingat kondisinya dahulu, supaya menciptakan rasa syukur setiap kali mengingatnya, berdasarkan perkataan Yusuf, وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ “Dan sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika Dia membawamu dari dusun padang pasir.” (Yusuf: 100). B. Sifat kelembutan Allah Yang Mahaagung kepada Yusuf, di mana Dia memudahkannya ke kondisi-kondisi itu, menimpakan kesulitan-kesulitan dan ujian-ujian, supaya dapat mengantarkan-nya (dengan hal itu) kepada tingkat yang tertinggi dan derajat yang luhur.
Dan ketika keluarga besar nabi yusuf sudah menempati ruangan yang disediakan, dia menuntun dan menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana yang sudah disiapkannya. Dan mereka semua tunduk bersujud memberi penghormatan kepadanya. Dan dia berkata kepada ayahnya, wahai ayahku! inilah takwil dari mimpiku yang dahulu itu aku ceritakan kepada engkau. Dan sesungguhnya tuhanku yang selalu memelihara dan melindungiku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya tuhanku telah berbuat baik kepadaku dengan menyempurnakan nikmat-Nya, antara lain ketika dia membebaskan aku dari penjara setelah difitnah, ketika membawa kamu dari dusun menuju mesir, dan setelah setan memerdaya saudara-saudaraku sehingga merusak hubungan antara aku dengan saudara-saudaraku itu. Sungguh, tuhanku mahalembut terhadap apa yang dia kehendaki dengan mengaturnya secara rapi. Sungguh, dia yang maha mengetahui segala sesuatu, lagi mahabijaksana dalam ketetapan-Nya. Nabi yusuf kemudian berdoa, tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, dan engkau juga telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. Wahai tuhan pencipta langit dan bumi, engkaulah pelindungku yang selalu dekat denganku di dunia dan di akhirat, aku mohon kepada-Mu agar bila ajalku telah tiba, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim, dan gabungkanlah aku di akhirat kelak dengan orang-orang yang saleh.
Yusuf Ayat 100 Arab-Latin, Terjemah Arti Yusuf Ayat 100, Makna Yusuf Ayat 100, Terjemahan Tafsir Yusuf Ayat 100, Yusuf Ayat 100 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yusuf Ayat 100
Tafsir Surat Yusuf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)