{11} Hud / هود | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الرعد / Ar-Ra’d {13} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yusuf يوسف (Nabi Yusuf) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 12 Tafsir ayat Ke 106.
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ ﴿١٠٦﴾
wa mā yu`minu akṡaruhum billāhi illā wa hum musyrikụn
QS. Yusuf [12] : 106
Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya.
Orang-orang yang berpaling dari tanda-tanda kekuasaan Allah itu tidaklah mengakui bahwa Allah-lah Pencipta mereka, Pemberi rizki kepada mereka, Pencipta segala sesuatu dan Yang berhak untuk disembah satu-satunya, melainkan dalam keadaan musyrik dengan menyembah berhala-berhala dan patung. Mahasuci Allah dari hal itu.
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisaa:142)
Masih ada satu jenis syirik lagi, yaitu syirik khafi yang kebanyakan pelakunya tidak menyadarinya, seperti yang diriwayatkan oleh Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Urwah yang mengatakan bahwa Huzaifah menjenguk seorang yang sedang sakit. Lalu Huzaifah melihat di lengan si sakit itu ada tambangnya, maka Huzaifah memutuskan —atau melepaskan— tali itu, kemudian Huzaifah membacakan firman-Nya: Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). (Yusuf:106)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, berarti dia telah musyrik.
Hadis ini merupakan riwayat Imam Turmuzi yang dinilainya hasan melalui Ibnu Umar.
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, serta lain-lainnya disebutkan melalui Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya ruqyah (jampi), tamimah (kalung penangkal), dan tiwalah (jimat) adalah perbuatan syirik.
Menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan seperti berikut:
Tiyarah (ramalan kesialan) adalah perbuatan syirik yang tiada kaitannya dengan agama kita, tetapi Allah menghapuskannya dengan bertawakal kepada-Nya.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara lebih rinci daripada ini. Untuk itu ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Amr ibnu Murrah, dari Yahya Al-Jazzar, dari anak lelaki saudara Zainab, dari Zainab istri Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan, “Kebiasaan Abdullah apabila datang dari suatu keperluan, lalu sampai di depan pintu rumah pintu rumah, terlebih dahulu ia berdehem dan meludah, karena dia tidak suka bila melihat kami dalam keadaan yang tidak disukai olehnya. Pada suatu hari ia datang dari suatu urusan, lalu ia berdehem, saat itu di dekatku ada seorang nenek-nenek yang mengobatiku dengan ruqyah (jampi) karena aku sedang sakit humrah (demam). Maka aku memasukkan jimat yang diberikannya ke bawah ranjang. Abdullah masuk ke dalam rumah, lalu duduk di sampingku, maka ia melihat benang di leherku, lalu ia bertanya, ‘Benang apakah ini?’ Aku menjawab, ‘Benang ruqyahku.’ Abdullah ibnu Mas’ud menarik benang itu dan memutuskannya, lalu berkata, ‘Sesungguhnya keluarga Abdullah benar-benar tidak membutuhkan perbuatan syirik. Aku pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya ruayah, tamimah, dan tiwalah adalah perbuatan syirik. Aku bertanya, ‘Mengapa engkau berkata demikian, padahal dahulu mataku selalu belekan, dan aku bila mengalaminya selalu pergi ke Fulan orang Yahudi itu untuk me-ruqyah-nya. Apabila telah di-ruqyah olehnya, maka mataku normal kembali.’ Ibnu Mas’ud menjawab, ‘Sesungguhnya hal itu dari setan, dialah yang meludahinya dengan tangannya. Apabila setan telah me-ruqyah-nya, maka sembuhlah penyakit mata itu. Padahal cukuplah bagimu mengucapkan doa seperti yang pernah diucapkan oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, yaitu: ‘Lenyapkanlah penyakit ini, wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah (penyakitku). Engkaulah Yang menyembuhkannya), tiada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan suatu penyakit pun’.”
Di dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Waki’, dari Ibnu Abu Laila, dari Isa ibnu Abdur Rahman disebutkan bahwa ia (Isa ibnu Abdur Rahman) masuk menjenguk Abdullah ibnu Ukaim yang sedang sakit. Lalu ada yang berkata, “Sebaiknya engkau memakai kalung penangkal penyakit.” Abdullah ibnu Ukaim menjawab, “Apakah engkau biasa menggunakan tamimah, padahal Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
‘Barang siapa menggantungkan sesuatu (jimat), maka nasibnya diserahkan kepadanya’.”
Imam Nasai meriwayatkannya melalui Abu Hurairah.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Barang siapa yang menggantungkan tamimah, sesungguhnya dia telah berbuat syirik.
Di dalam riwayat lain disebutkan seperti berikut:
Barang siapa yang memakai kalung tamimah, maka semoga Allah tidak menjadikannya sebagai penangkal sakitnya. Dan barang siapa yang memakai kalung wada’ah, semoga Allah tidak menjadikannya sebagai penjagaan dari sakitnya.
Disebutkan dari Al-‘Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Allah berfirman, “Akulah yang memberikan kecukupan kepada orang-orang yang mempersekutukan-(Ku) dari perbuatan musyriknya. Barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang di dalamnya ia mempersekutukan Aku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia bersama perbuatan syiriknya.”
Hadis ini merupakan riwayat Imam Muslim.
Dari Abu Sa’id ibnu Abu Fudalah, disebutkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Apabila Allah telah menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang terkemudian untuk menghadiri suatu hari yang tiada keraguan padanya (hari kiamat), maka berserulah (malaikat) juru penyeru mengatakan, “Barang siapa berbuat syirik dalam suatu amal yang dikerjakannya bagi Allah, maka hendaklah ia meminta pahalanya dari selain Allah. Karena sesungguhnya Allah-lah Yang memberikan kecukupan kepada orang-orang musyrik dari perbuatan syiriknya.”
Hadis riwayat Imam Ahmad.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Yazid (yakni Ibnul Had), dari Amr, dari Mahmud ibnu Labid, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: “Sesungguhnya hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian ialah syirik kecil.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Riya (pamer). Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman di hari kiamat bila manusia diberi balasan amal perbuatannya, ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang dahulu kalian pamer kepada mereka ketika di dunia, lalu lihatlah, apakah kalian menjumpai balasan amal kalian di sisi mereka?’.”
Ismail ibnu Ja’far telah meriwayatkannya dari Amr ibnu Abu Amr maula Al-Muttalib, dari Asim ibnu Amr ibnu Qatadah, dari Mahmud ibnu Labid dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hubairah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang kembali karena tiyarah-nya (alamat kesialannya) dari keperluannya, maka sesungguhnya dia telah syirik. Ketika mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kifarat perbuatan tersebut?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Hendaknya seseorang di antara kalian mengucapkan,.”Ya Allah, tiada kebaikan kecuali hanya kebaikan-Mu, dan tiada tiyarah kecuali hanya tiyarah-Mu, dan tiada Tuhan selain Engkau.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abu Sulaiman Al-Azrami, dari Abu Ali (seorang lelaki dari Bani Kahil) yang menceritakan bahwa Abu Musa Al-Asy’ari pernah berkhotbah kepada kami yang isinya antara lain mengatakan, “Hai manusia, peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik ini, karena sesungguhnya perbuatan syirik itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut.” Maka berdirilah Abdullah ibnu Harb dan Qais ibnul Mudarib, lalu keduanya berkata, “Demi Allah, kamu harus mengeluarkan bukti apa yang kamu ucapkan atau kami benar-benar akan melaporkannya kepada Umar, baik kami diberi izin ataupun tidak.” Abu Musa Al-Asy’ari menjawab, “Aku akan mengeluarkan bukti dari apa yang aku ucapkan tadi, bahwa pada suatu hari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkhotbah kepada kami, antara lain beliau bersabda: ‘Hai manusia, peliharalah diri kalian dari perbuatan syirik ini, karena sesungguhnya perbuatan syirik itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut.’ Lalu ada seseorang yang ditakdirkan oleh Allah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah kami menjaganya, padahal perbuatan itu lebih tersembunyi daripada langkah-langkah semut?’ Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab melalui sabdanya: Katakanlah oleh kalian, ‘Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan mempersekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui, dan memohon ampun kepada-Mu terhadap perbuatan syirik yang tidak kami ketahui’.”
Menurut riwayat dari jalur lain, orang yang bertanya itu adalah Abu Bakar As-Siddiq, seperti yang telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli:
melalui hadis Abdul Aziz ibnu Muslim, dari Lais ibnu Abu Salim, dari Abu Muhammad, dari Ma’qal ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ia menyaksikan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, atau ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Bakar As-Siddiq, dari Rasulullah S^w. yang bersabda: “Syirik lebih tersembunyi di antara kalian daripada langkah-langkah semut.” Maka Abu Bakar bertanya, “Bukankah syirik itu hanyalah perbuatan orang yang menyeru Allah bersama tuhan lainNya?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Syirik lebih tersembunyi di antara kalian daripada langkah-langkah semut.” Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang dapat melenyapkan darimu hal yang paling kecil dan yang paling besar dari perbuatan syirik itu? Yaitu ucapkanlah, ‘Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu agar saya tidak mempersekutukan Engkau (dengan sesuatu), sedangkan saya mengetahuinya), dan saya memohon ampun kepada Engkau dari perbuatan syirik yang tidak saya ketahui’.”
Imam Ahmad, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi di dalam kitab sahih-nya, dan Imam Nasai telah meriwayatkan:
melalui hadis Ya’la ibnu Ata, ia pernah mendengar Amr ibnu Asim yang pernah mendengar dari Abu Hurairah bahwa Abu Bakar As-Siddiq pernah bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku sesuatu doa yang aku ucapkan di pagi hari, petang hari, dan bila aku akan pergi ke peraduanku.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Katakanlah, “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau, aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan hawa nafsuku dan dari kejahatan setan serta kemusyrikannya.”
Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkannya, dan dinilai sahih oleh Imam Nasai.
Menurut Imam Ahmad dalam salah satu riwayat yang bersumber darinya melalui hadis Lais ibnu Abu Salim, dari Mujahid, dari Abu Bakar As-Siddiq, “Abu Bakar r.a. pernah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menganjurkan kepadaku untuk mengucapkan doa berikut.” Kemudian disebutkan doa di atas, dan di akhirnya ditambahkan kalimat berikut:
Dan (aku berlindung kepada Engkau) agar aku tidak melakukan kejahatan atas diriku sendiri, atau aku menimpakannya kepada seorang muslim.
Kendatipun demikian, jika dijumpai ada sebagian ke-imanan dari mereka وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ “dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mem-persekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)”, mereka itu, meski mengakui rububiyah Allah ‘Azza wa Jalla dan bahwa Dia-lah al-Khaliq (Pencipta), ar-Raziq (Pemberi rizki), Pengatur seluruh urusan, maka mereka tetap menyekutukan Allah dalam uluhiyah dan tauhidNya.
Dan keberpalingan itu membuat kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya dengan yang lain. Keberpalingan manusia dari pengajaran para rasul maupun tandatanda kekuasaan Allah yang terbentang di alam semesta seperti yang ditegaskan pada ayat yang lalu, membuat manusia lalai dari agama. Akibatnya, manusia tidak lagi mengindahkan hukum-hukum agama dan nilai-nilai akhlak. Karena itu, Allah kembali mengingatkan kepada manusia akibat dari kelalaian tersebut. Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, sehingga mereka tidak bisa melarikan diri darinya; atau-kah mereka merasa aman dari kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya, sehingga mereka tidak punya kesempatan untuk bertobat’.
Yusuf Ayat 106 Arab-Latin, Terjemah Arti Yusuf Ayat 106, Makna Yusuf Ayat 106, Terjemahan Tafsir Yusuf Ayat 106, Yusuf Ayat 106 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yusuf Ayat 106
Tafsir Surat Yusuf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)