{11} Hud / هود | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الرعد / Ar-Ra’d {13} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yusuf يوسف (Nabi Yusuf) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 12 Tafsir ayat Ke 109.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ ۗ أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿١٠٩﴾
wa mā arsalnā ming qablika illā rijālan nụḥī ilaihim min ahlil-qurā, a fa lam yasīrụ fil-arḍi fa yanẓurụ kaifa kāna ‘āqibatullażīna ming qablihim, wa ladārul-ākhirati khairul lillażīnattaqau, a fa lā ta’qilụn
QS. Yusuf [12] : 109
Dan Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?
Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Rasul) kepada manusia melainkan kaum laki-laki dari mereka yang Kami turunkan wahyu kepada mereka, dan mereka berasal dari penduduk negeri tersebut. Karena mereka lebih mampu memahami dakwah dan risalah, yang akan diimani oleh orang-orang yang mendapat petunjuk kepada kebenaran dan didustakan oleh orang-orang yang sesat darinya. Maka apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu melihat secara langsung bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan para Rasul di masa lalu dan kebinasaan yang menimpa mereka? Sungguh pahala negeri akhirat itu lebih baik daripada dunia beserta segala isinya bagi orang-orang yang beriman dan takut kepada Rabb mereka. Maka, apakah kalian tidak memikirkan lalu mengambil pelajaran?
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia mengutus rasul-rasul-Nya hanyalah dari kalangan kaum laki-laki, bukan kaum wanita. Demikianlah menurut pendapatjumhur ulama, seperti yang ditunjukkan oleh konteks ayat yang mulia ini. Disebutkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak memberikan wahyu kepada seorang wanita pun dari kalangan anak Adam, yaitu wahyu yang mengandung hukum.
Sebagian di antara ulama menduga bahwa Sarah (istri Nabi Ibrahim), ibu Nabi Musa, dan Maryam binti Imran (ibu Nabi Isa) adalah nabi-nabi wanita. Mereka yang mengatakan demikian berpegangan kepada dalil yang mengatakan bahwa para malaikat telah menyampaikan berita gembira akan kelahiran Ishaq kepada Sarah, dan sesudah Ishaq akan dilahirkan pula Ya’qub. Demikian pula dalam Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susukanlah dia. (Al Qashash:7), hingga akhir ayat.
Dalil lain, malaikat datang kepada Maryam, lalu menyampaikan berita gembira akan kelahiran Isa kepadanya. Dalam hal ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud, dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali Imran:42-43)
Kedudukan itu memang diterima oleh mereka, tetapi bukan berarti bahwa mereka adalah nabi-nabi wanita. Apabila orang yang mengatakan demikian (bahwa mereka adalah nabi-nabi wanita) bermaksud dengan kedudukan itu sebagai kedudukan yang terhormat, maka tidak diragukan lagi kebenarannya. Timbul suatu pertanyaan, apakah dengan kedudukan ini sudah cukup dapat dianggap ke dalam kategori kenabian ataukah tidak?
Menurut pendapat ahli sunnah wal jamaah yang dinukil oleh Syekh Abul Hasan Ali ibnu Ismail Al-Asy’ari dari kalangan ulama ahli sunnah wal jamaah, tidak ada wanita yang menjadi nabi, sesungguhnya yang ada pada kalangan kaum wanita hanyalah sampai pada kedudukan siddiqah, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ketika menceritakan wanita yang paling mulia—yaitu Maryam binti Imran— melalui firman-Nya:
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar (siddiqah), kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al Maidah:75)
Allah menyebutkan kedudukannya yang sangat terhormat dan mulia, yaitu wanita yang siddiqah. Seandainya Maryam adalah seorang nabi wanita, tentulah hal ini disebutkan, karena konteks kalimat dalam kaitan menyebutkan kedudukannya yang amat mulia dan terhormat. Akan tetapi, yang disebutkan hanyalah ‘dia adalah seorang siddiqah’.
Ad-Dahhak telah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki., hingga akhir ayat. Yakni bukanlah dari kalangan penduduk langit (malaikat) seperti yang kalian katakan.
Pendapat dari Ibnu Abbas ini diperkuat oleh firman-firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al Furqaan:20), hingga akhir ayat.
Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal. Kemudian Kami tepati janji (yang telah Kami janjikan) kepada mereka. Maka Kami selamatkan mereka dan orang-orang yang Kami kehendaki dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas. (Al Anbiyaa:8-9)
Katakanlah, “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Al Ahqaaf:9), hingga akhir ayat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…di antara penduduk kota.
Yang dimaksud dengan istilah qura ialah kota, bukan daerah pedalaman yang penduduknya adalah orang-orang yang kasar watak dan akhlaknya. Hal ini telah dimaklumi, bahwa penduduk kota itu mempunyai watak yang lebih lemah lembut ketimbang penduduk daerah pedalaman. Dan orang-orang yang tinggal di daerah yang ramai lebih mudah untuk diajak berkomunikasi daripada orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman. Karena itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan dalam firman-Nya:
Orang-orang Arab Badui itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya. (At Taubah:97), hingga akhir ayat.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: di antara penduduk kota. (Yusuf:109) Bahwa demikian itu karena mereka lebih berpengetahuan dan lebih penyantun ketimbang orang-orang yang tinggal di daerah pedalaman.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk daerah pedalaman menghadiahkan seekor unta kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terus-menerus membalas hadiahnya dengan memberinya yang lebih banyak hingga orang Badui itu puas. Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya aku berniat bahwa aku tidak mau menerima pemberian kecuali dari orang Quraisy atau orang Ansar atau ‘ orang Saqafi atau orang Dausi.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Al-A’masy, dari Yahya ibnu Wassab, dari seorang syekh dari kalangan sahabat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menurut Al-A’masy adalah [Ibnu] Umar, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Orang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar menghadapi gangguan, mereka adalah lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan mereka dan tidak pula sabar terhadap gangguan mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi.
Yakni orang-orang yang mendustakan kamu, hai Muhammad, mengapa mereka tidak bepergian di muka bumi.
lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. (Yusuf:109)
dari kalangan umat-umat terdahulu yang mendustakan rasul-rasul, bagaimana Allah membinasakan mereka dan orang-orang kafir yang semisal dengan mereka. Makna ayat ini semisal dengan ayat lain yang disebutkan oleh firman-Nya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami. (Al Hajj:46), hingga akhir ayat.
Apabila mereka mendengar berita itu, tentulah mereka berpikir bahwa Allah telah membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang mulariin. Itulah ketentuan hukum Allah pada makhluk-Nya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:
…dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Dengan kata lain, sebagaimana Kami selamatkan orang-orang mukmin di dunia ini, demikian pula Kami tetapkan keselamatan bagi mereka di dalam kehidupan akhirat nanti, dan kehidupan akhirat itu jauh lebih baik daripada kehidupan di dunia bagi mereka. Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang mengatakan:
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah laknat, dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk. (Al-Mu’min: 51-52)
Lafaz ad-dar di-mudaf-kan kepada lafaz al-akhirah. Untuk itu disebutkan:
…dan sesungguhnya kampung akhirat.
Selanjutnya Allah berfirman, وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا “Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki”, mak-sudnya Kami tidak mengutus dari golongan malaikat dan tidak pula selain mereka dari golongan makhluk-makhluk lainnya. Mengapa kaummu menganggap aneh risalah (yang engkau bawa) dan meng-klaim bahwa dirimu tidak memiliki keutamaan apa pun atas me-reka. Engkau memiliki teladan yang baik dari para rasul yang diutus sebelummu, نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى “yang Kami berikan wahyu kepada me-reka di antara penduduk negeri”, maksudnya bukan dari perdusunan. Justru dari penduduk negeri yang mana mereka itu akal-akalnya lebih sempurna dan pikirannya pun lebih akurat, supaya urusan mereka menjadi jelas dan kepentingan mereka menjadi terang. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi”, jika mereka tidak mempercayai perkataanmu, فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ “lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)”, bagaimana Allah membinasakan mereka atas pendustaan yang mereka lakukan. Maka berhati-hati-lah, (jangan sampai) kalian berkubang pada kebiasaan yang mereka kerjakan, akibatnya kalian akan ditimpa azab yang telah menimpa mereka وَلَدَارُ الْآخِرَةِ “dan sesungguhnya kampung akhirat”, surga de-ngan seisinya berupa kenikmatan yang lestari خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا “adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa”, kepada Allah dengan me-naati perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya. Karena kenikmatan dunia menyusahkan, menyulitkan, dan pasti akan berhenti. Sedangkan kenikmatan akhirat adalah sempurna, paripurna tidak lenyap selamanya. Bahkan abadi dengan selalu mengalami pertambahan dan kontinyu, dan pemberian yang tiada pernah terputus. أَفَلَا تَعْقِلُونَ “Maka tidakkah kamu memikirkannya?” Tidakkah kalian mempunyai akal sehat yang mau mengedepankan sesuatu yang lebih baik daripada yang kenikmatan yang lebih rendah?
Setelah pada ayat yang lalu Allah memperingatkan siksa yang tidak dapat dihindari serta datangnya hari kiamat yang tidak terduga sebagai balasan atas keberpalingan manusia dari tuntunan para rasul, lalu pada ayat berikut Allah menjelaskan makna pengutusan para rasul. Kami tidak mengutus nabi dan rasul sebelummu, wahai nabi Muhammad, melainkan orang laki-laki, yakni manusia pilihan, yang kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri tempat para nabi dan rasul itu tinggal. Tidakkah mereka, yakni manusia dan secara khusus kaum musyrik mekah, bepergian di bumi sehingga mereka dapat melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka yang mendustakan para nabi dan rasul’ dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa dibandingkan dengan kemegahan dan kemewahan dunia. Tidakkah kamu mengerti dan bisa berpikir jernih untuk menerima kebenaran yang dibawa para nabi dan rasul tersebut’dalam menunaikan tugasnya menyampaikan dakwah para nabi dan rasul tidaklah menempuh jalan yang mulus, melainkan penuh rintangan. Kebanyakan manusia bahkan tetap menentang ajakan tersebut, sehingga apabila para rasul menemukan berbagai halangan dan rintangan dalam tugas itu, seakan tidak mempunyai harapan lagi tentang keimanan kaumnya, dan telah meyakini bahwa mereka, para nabi dan rasul, telah didustakan oleh kaumnya, maka pada saat itu datanglah kepada mereka itu pertolongan kami, lalu diselamatkan-lah mereka dan orang yang kami kehendaki untuk selamat. Dan siksa kami tidak dapat ditolak ataupun dihindarkan dari orang-orang yang berdosa.
Yusuf Ayat 109 Arab-Latin, Terjemah Arti Yusuf Ayat 109, Makna Yusuf Ayat 109, Terjemahan Tafsir Yusuf Ayat 109, Yusuf Ayat 109 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yusuf Ayat 109
Tafsir Surat Yusuf Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)