{13} Ar-Ra’d / الرعد | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحجر / Al-Hijr {15} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ibrahim ابراهيم (Nabi Ibrahim) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 14 Tafsir ayat Ke 10.
۞ قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ ﴿١٠﴾
qālat rusuluhum a fillāhi syakkun fāṭiris-samāwāti wal-arḍ, yad’ụkum liyagfira lakum min żunụbikum wa yu`akhkhirakum ilā ajalim musammā, qālū in antum illā basyarum miṡlunā, turīdụna an taṣuddụnā ‘ammā kāna ya’budu ābā`unā fa`tụnā bisulṭānim mubīn
QS. Ibrahim [14] : 10
Rasul-rasul mereka berkata, “Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia menyeru kamu (untuk beriman) agar Dia mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai waktu yang ditentukan?” Mereka berkata, “Kamu hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu ingin menghalangi kami (menyembah) apa yang dari dahulu disembah nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.”
Rasul-rasul mereka mengatakan: Apakah ada kebimbangan terhadap Allah dan beribadah kepada-Nya semata, padahal Dia-lah Pencipta langit dan bumi, Yang mengadakan keduanya dari ketiadaan dengan tanpa ada contoh sebelumnya, dan Dia menyeru kalian kepada keimanan; agar Dia mengampuni kalian dari kemusyrikan yang dulu pernah kalian lakukan, dan menghindarkan azab yang pedih dari kalian, lalu Dia menangguhkan masa tinggal kalian di dunia sampai waktu yang telah ditentukan-Nya, yaitu akhir ajal kalian, sehingga Dia tidak mengazab kalian di dunia? Mereka berkata kepada Rasul-rasul mereka: Kami tidak melihat kalian kecuali sebagai manusia biasa saja, sifat-sifat kalian sama seperti sifat-sifat kami. Kalian tidak memiliki kelebihan atas kami sehingga kalian layak sebagai rasul. Kalian hanya bermaksud menghalang-halangi kami dari menyembah apa yang dulu disembah nenek moyang kami, yaitu berhala-berhala, maka datangkanlah kepada kami bukti nyata yang menunjukkan kebenaran apa yang kalian katakan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan perdebatan yang berlangsung antara orang-orang kafir dan rasul-rasul-Nya. Demikian itu karena ketika para rasul mendapat jawaban keraguan dari pihak umatnya masing-masing terhadap apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka, yang intinya menyeru agar mereka menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Maka berkatalah para rasul:
Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah.
Kalimat ini mengandung dua interpretasi, yaitu:
Pertama, apakah ada keragu-raguan terhadap keberadaan-Nya. Karena sesungguhnya fitrah manusia mempersaksikan keberadaan-Nya, dan fitrah manusia telah diciptakan dalam keadaan mengakui keberadaan Allah sebagai Tuhannya. Orang yang memiliki fitrah yang sehat pasti mengakui Allah, tetapi adakalanya fitrah manusia dijangkiti oleh penyakit keragu-raguan dan kelabilan. Maka untuk menyembuhkannya diperlukan sarana bukti (dalil) yang menunjukkan keberadaan-Nya guna melenyapkan keragu-raguan itu. Untuk itulah maka para rasul memberikan bimbingan dan petunjuk kepada mereka ke arah jalan yang menghantarkan mereka untuk dapat mengenal-Nya. Maka disebutkanlah:
Pencipta langit dan bumi?
yang Dia ciptakan dan Dia adakan tanpa contoh yang mendahuluinya. Karena sesungguhnya bukti-bukti kejadian, penciptaan, dan pengaturan yang ada pada keduanya menunjukkan bahwa pasti ada yang membuatnya. Dialah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, Pencipta segala sesuatu, Dialah Tuhan dan pemiliknya.
Kedua, sejumlah ulama mengartikan firman-Nya: Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah. (Ibrahim:10) Yakni sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang harus disembah, padahal Dialah yang menciptakan semua yang ada, tiada yang berhak disembah selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya sebagian besar umat manusia mengakui Tuhan Yang Maha Pencipta, tetapi mereka menyembah selain-Nyayang dipersekutukan dengan-Nya, yaitu perantara-perantara yang mereka duga dapat memberikan manfaat kepada mereka atau dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah.
Para rasul mereka berkata kepada mereka:
Dia menyeru kalian untuk memberi ampunan kepada kalian dari dosa-dosa kalian. (Ibrahim:10)
Yakni di hari akhirat kelak.
…dan menangguhkan (siksaan) kalian sampai masa yang ditentukan.
Yaitu di dunia ini.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan kalian dan bertobat kepada-Nya. (Jika kalian mengerjakan yang demikian itu), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepada kalian sampai waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (Huud:3), hingga akhir ayat.
Kemudian setelah umat-umatnya kalah berdebat dengan para rasul mereka, maka mereka beralih alasan untuk menolak dengan cara mendebat kedudukan rasul yang disandangnya. Kesimpulan jawaban mereka disebutkan oleh firman-Nya:
Kalian tidak lain hanyalah manusia biasa seperti kami juga,
Yakni mana mungkin bagi kami mengikuti kalian hanya dengan perkataan kalian, sedangkan kami belum melihat adanya suatu mukjizat dari kalian, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya menyitir kata-kata mereka dalam firman selanjutnya:
Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.
Yaitu suatu mukjizat yang kami minta dari kalian mengemukakannya. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka:
Dan sungguh mereka telah mendustakannya dan telah berbuat kezhaliman. Oleh karenanya, قَالَتْ رُسُلُهُمْ “para rasul ber-kata”, kepada mereka, أَفِي اللَّهِ شَكٌّ “Apakah ada keragu-raguan tentang Allah”, sesungguhnya itu merupakan sebuah perkara yang sangat jelas dan terang. Siapa saja yang meragukan tentang Allah فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ “Pencipta langit dan bumi”, yang keberadaan segala sesuatu tergantung pada wujudNya. Tidak ada seorang makhluk hebat pun di sisi Allah yang memiliki pengetahuan hingga pada hal-hal yang bisa dicerna dengan panca indera. Karenanya, para rasul mengajak bicara mereka sebagaimana komunikasi kepada orang yang tidak syak lagi tentangNya, dan tidak pantas untuk terjadinya keraguan padaNya. يَدْعُوكُمْ “Dia menyeru kamu”, kepada beragam kemanfaat-an dan kemaslahatan bagi kalian لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى “untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan me-nangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan”, maksudnya agar Allah memberikan pahala yang bersifat segera dan yang ter-tunda atas sambutan kalian terhadap seruanNya. Allah menyeru kalian bukan untuk (kepentingan) mencari manfaat dari ibadah kalian, justru nilai manfaatnya berbalik kembali kepada kalian. Maka mereka membantah para rasul dengan bantahan yang biasa dilon-tarkan orang-orang bodoh lagi tidak berakal, قالوا “mereka berkata” kepada para rasul, قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga”, maksudnya bagaimana bisa, kalian mengungguli kami dengan nubuwwat (kenabian) dan risalah (kerasulan)? تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا “Kamu menghendaki untuk meng-halang-halangi (membelokkan) kami dari sesuatu yang selalu disembah nenek moyang kami”, bagaimana mungkin kami bisa meninggalkan ideologi nenek moyang kami dan sejarah mereka karena jalan pi-kiran nalarmu? Bagaimana kami menaatimu padahal kamu itu ma-nusia juga seperti kami? فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ “Karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata”, yaitu dengan hujah yang terang lagi jelas. Yang dimaksud dengan bukti adalah bukti yang mereka minta. Kalau tidak demikian yang dimaksud, maka seperti sudah dikemu-kakan, bahwa para rasul telah membawa bukti-bukti kebenaran kepada mereka.
Menanggapi jawaban kaumnya, rasul-rasul mereka berkata, apakah ada keraguan dari siapa pun yang berakal terhadap wujud dan keesaan Allah, pencipta langit dan bumi dalam keseimbangan yang begitu sempurna’ dia menyeru kamu agar bertauhid dan beribadah hanya kepadanya untuk kepentinganmu sendiri, yakni agar dia mengampuni sebagian dosa-dosamu yang sengaja maupun tidak, dan menangguhkan siksaan-Mu sampai waktu yang ditentukan oleh-Nya. Mendengar nasihat para rasul itu, mereka berkata, kamu hanyalah manusia biasa seperti kami juga. Tidak ada keistimewaan apa pun dalam diri kamu yang memantaskan kamu untuk menjadi pembimbing kami. Kamu mengaku sebagai rasul hanya karena ingin menghalangi kami menyembah apa yang dari dahulu telah diyakini dan disembah oleh nenek moyang kami, lalu kamu mengajak kami menyembah tuhanmu. Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata bahwa kamu benar utusan Allah sehingga kami tidak lagi dapat membantahnya. Pandangan orang kafir itu sangat keliru. Mereka seolah ingin memaksakan kehendak bahwa para rasul haruslah bukan manusia biasa. Untuk mematahkan logika ini, rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, wahai kaum kami, kami memang hanyalah manusia biasa seperti kamu, tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kami adalah beberapa orang di antara mereka yang Allah beri karunia itu. Ketahuilah, tidak pantas bagi kami untuk mendatangkan suatu bukti kepada kamu atas kuasa kami sendiri, melainkan semuanya haruslah dengan izin Allah. Dan oleh sebab itu, hanya kepada Allah saja hendaknya orang yang beriman bertawakal dan berserah diri.
Ibrahim Ayat 10 Arab-Latin, Terjemah Arti Ibrahim Ayat 10, Makna Ibrahim Ayat 10, Terjemahan Tafsir Ibrahim Ayat 10, Ibrahim Ayat 10 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ibrahim Ayat 10
Tafsir Surat Ibrahim Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)