{14} Ibrahim / ابراهيم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النحل / An-Nahl {16} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hijr الحجر (Al Hijr (Nama Gunung)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 15 Tafsir ayat Ke 87.
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ ﴿٨٧﴾
wa laqad ātaināka sab’am minal-maṡānī wal-qur`ānal-‘aẓīm
QS. Al-Hijr [15] : 87
Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu, wahai nabi, pembukaan Al Qur’an (Fatihah Al Qur’an), yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dalam setiap shalat, dan Kami memberikan kepadamu Al Qur’an yang agung.
Artinya, bersikap rendah dirilah kamu kepada mereka, sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At Taubah:128)
Sehubungan dengan makna as-sab’ul masani, para ulama berbeda pendapat mengenainya.
Ibnu Mas’ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sab’ul masani ialah tujuh surat Al-Qur’an yang panjang-panjang, yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, An Nisa, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf, dan surat Yunus.
Ibnu Abbas dan Sa’id ibnu Jubair me-nas-kan hal ini.
Sa’id mengatakan bahwa di dalam surat-surat tersebut dijelaskan hal-hal yang fardu, hukum-hukum had, hukum-hukum qisas, dan hukum-hukum lainnya. Ibnu Abbas mengatakan, di dalamnya dijelaskan misal-misal, berita-berita, dan pelajaran-pelajaran.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Umar yang mengatakan bahwa Sufyan pernah mengatakan, “Al-masani ialah surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf, Al-Anf’al, dan surat Al-Bara-ah (At-Taubah) adalah satu surat.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada seorang pun yang dianugerahi surat-surat tersebut selain Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, dan Musa hanya diberi dua surat darinya. Demikianlah menurut riwayat Hasyim, dari Al-Hajjaj, dari Al-Walid ibnul Aizar, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Muslim Al-Batin, dari Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dianugerahi tujuh surat yang panjang-panjang, sedangkan Musa dianugerahi enam buah. Setelah Musa melemparkan luh-luh-nya, kedua surat hilang, dan yang tertinggal hanyalah empat surat.
Mujahid mengatakan bahwa sab’ul masani ialah tujuh surat yang panjang-panjang, dikatakan pula Al-Qur’an yang agung.
Khasif telah meriwayatkan dari Ziyad ibnu Abu Maryam sehubungan dengan makna firman-Nya, “Sab’ul Masani” ini. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Aku berikan kepadamu (Muhammad) tujuh bagian, yaitu perintah, larangan, berita gembira, peringatan, perumpamaan-perumpamaan, dan bilangan nikmat-nikmat, serta Aku beritakan kepadamu berita Al-Qur’an.” Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa yang dimaksud dengan as-sab’ul masani ialah surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat.
Pendapat ini diriwayatkan dari Ali, Umar, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas mengatakan bahwa basmalah termasuk salah satu ayat dari surat Al-Fatihah, Allah telah mengkhususkan ini bagi kalian. Pendapat inilah yang dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i, Abdullah ibnu Ubaid, Ibnu Umair, Ibnu Abu Mulaikah, Syahr ibnu Hausyab, Al-Hasan Al-Basri, dan Mujahid.
Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa yang dimaksud dengan sab’ul masani ialah fatihatul kitab, dan bahwa surat Al-Fatihah ini dibaca berulang-ulang pada setiap rakaat salat fardu maupun salat sunat. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia memilih pendapat ini dengan berdasarkan hadis-hadis yang menerangkan tentang hal ini. Hadis-hadis tersebut telah kami terangkan di dalam keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah pada permulaan kitab tafsir ini. Sehubungan dengan masalah ini Imam Bukhari telah mengetengahkan dua buah hadis.
Pada hadis pertama Imam Bukhari mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Gundar, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Habib ibnu Abdur Rahman, dari Hafs ibnu Asim, dari Abu Sa’id ibnul Ma’la yang menceritakan, “Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melewatiku saat aku sedang salat, lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memanggilku, tetapi aku tidak mendatanginya hingga aku menyelesaikan salatku. Setelah aku selesaikan salatku, maka aku menghadap kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, ‘Apakah yang menghalang-halangimu sehingga tidak datang kepadaku (saat kupanggil)?’ Aku menjawab, ‘Aku sedang mengerjakan salat.’ Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Bukankah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian. (Al Anfaal:24).’ Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, ‘Maukah aku ajarkan kamu tentang surat yang paling besar di dalam Al-Qur’an sebelum aku keluar dari masjid ini?’ Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hendak keluar dari masjid, maka aku mengingatkannya (akan janjinya itu), lalu beliau bersabda: ‘Al Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamin (surat Al-Fatihah) adalah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang, dan Al-Qur’anul ‘Azim yang diberikan kepadaku’.”
Hadis kedua: Imam Bukhari mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi-b, telah menceritakan kepada kami Al-Maqbari, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ummul Qur’an ialah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’anul ‘Azim.
Inilah bunyi nas yang menyatakan bahwa surat Al-Fatihah-adalah sab’ul masani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’anul ‘Azim (yakni di dalamnya terkandung semua isi Al-Qur’an secara garis besarnya). Akan tetapi, tidaklah bertentangan jika surat lainnya—yaitu tujuh surat yang panjang-panjang— dinamakan pula dengan sebutan ini, mengingat di dalam surat-surat tersebut terkandung pula sifat-sifatnya. Sebagaimana tidak bertentangan pula bila Al-Qur’an seluruhnya disebut dengan sebutan ini, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az Zumar:23)
Fatihah dipandang dari satu segi disebut masani (yang dibaca berulang-ulang), dan dari segi lain serupa (mutu ayat-ayatnya), surat Al-Fatihah ini dinamakan pula dengan sebutan ‘ Al-Qur’an’. Perihalnya sama dengan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika ditanya tentang masjid yang dibangun di atas landasan takwa, maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengisyaratkan kepada masjidnya (di Madinah), sedangkan ayat itu diturunkan berkenaan dengan Masjid Quba. Tidak ada pertentangan dalam hal ini, karena sesungguhnya menyebutkan sesuatu bukan berarti menafikan sebutan yang lainnya bilamana keduanya mempunyai sifat dan latar belakang yang sama.
Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan kenikmatanNya yang tercurah-kan kepada RasulNya, {وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي} “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang”, yang dimaksud dengan tujuh ini menurut pendapat yang shahih adalah tujuh surat yang terpanjang yaitu surat al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa`, al-Ma`idah, al-An’am, al-A’raf, al-Anfal dan at-Taubah. Atau maksudnya surat al-Fatihah, karena berjumlah tujuh ayat. Maka, kata penghubung pada القرآن العظيم”dan al-Qur`an yang agung”, termasuk kategori pengaitan lafazh yang umum (al-Qur`an) pada kata yang lebih khusus, lantaran di dalam “Tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang” terdapat banyak muatan tauhid, ilmu-ilmu ghaib dan hukum-hukum yang agung serta pengulangan-pengulangannya. Sedangkan menurut pendapat yang mengatakan bahwa surat al-Fatihah itulah sab’u al-matsani, maka maknanya ia berjumlah tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dalam setiap rakaat.
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah mengisahkan hinaan kaum pendurhaka kepada para rasul Allah dan siksaan yang ditimpakannya kepada mereka, dalam ayat ini Allah menjelaskan anugerah yang diberikan-Nya kepada nabi Muhammad. Allah berfirman, dan sungguh, kami telah memberikan kepadamu, wahai nabi Muhammad, tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dalam salat, yaitu surah al-fa’tihah dan ayat-ayat lain dari Al-Qur’an yang agung. Anugerah Allah kepada nabi Muhammad dan kaum mukmin berupa surah al-fa’tihah jauh lebih berharga daripada kenikmatan duniawi yang Allah berikan kepada kaum kafir. Allah mengingatkan nabi Muhammad akan hal tersebut dengan firman-Nya, wahai nabi Muhammad, jangan sekali-kali engkau tujukan pandanganmu sehingga tergiur kepada kenikmatan hidup dan kemewahan duniawi yang fana dan sesaat yang telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, yakni kaum kafir, dan jangan pula engkau bersedih hati terhadap mereka karena keengganan mereka menerima dakwahmu menuju iman. Dan berendah hatilah engkau terhadap orang-orang yang beriman serta jagalah hubungan baikmu dengan mereka.
Al-Hijr Ayat 87 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hijr Ayat 87, Makna Al-Hijr Ayat 87, Terjemahan Tafsir Al-Hijr Ayat 87, Al-Hijr Ayat 87 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hijr Ayat 87
Tafsir Surat Al-Hijr Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)