{15} Al-Hijr / الحجر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإسراء / Al-Isra {17} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl النحل (Lebah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 16 Tafsir ayat Ke 35.
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ ﴿٣٥﴾
wa qālallażīna asyrakụ lau syā`allāhu mā ‘abadnā min dụnihī min syai`in naḥnu wa lā ābā`unā wa lā ḥarramnā min dụnihī min syaī`, każālika fa’alallażīna ming qablihim, fa hal ‘alar-rusuli illal-balāgul-mubīn
QS. An-Nahl [16] : 35
Dan orang musyrik berkata, “Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak (pula) kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya.” Demikianlah yang diperbuat oleh orang sebelum mereka. Bukankah kewajiban para rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan jelas.
Orang-orang musyrik berkata: Jika Allah menghendaki, niscaya kami akan menyembah-Nya semata, dan kami tidak akan menyembah apapun selain-Nya, baik kami maupun nenek moyang kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun yang tidak diharamkan-Nya. Dengan alasan batil semacam inilah orang-orang kafir terdahulu berasalan, sedangkan mereka berdusta; karena Allah telah memerintah dan melarang mereka, memberikan kemampuan kepada mereka untuk sanggup melakukan apa yang dibebankan kepada mereka, dan memberikan kepada mereka kekuatan dan kehendak yang darinyalah muncul perbuatan-perbuatan mereka. Jadi, alasan mereka dengan qadha dan qadar adalah kebatilan yang paling batil setelah para Rasul memberikan peringatan kepada mereka. Maka, tidak ada kewajiban atas para Rasul pemberi peringatan selain menyampaikan dengan jelas tentang apa yang dibebankan kepada mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan tentang teperdayanya orang-orang musyrik oleh kemusyrikan mereka dan alasan mereka yang berpegang kepada takdir, yang hal ini terungkapkan melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:
Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah suatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya.
seperti mengharamkan hewan ternak bahirah, saibah, wasilah, dan lain sebagainya yang mereka buat-buat sendiri tanpa ada keterangan dari Allah yang menjelaskannya.
Dengan kata lain. perkataan mereka mengandung kesimpulan bahwa seandainya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak suka dengan apa yang mereka perbuat, tentulah Allah mengingkari perbuatan itu dengan menurunkan hukuman, dan tentulah Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى membantah alasan mereka yang keliru itu melalui firman-Nya:
…maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Yakni duduk perkaranya tidaklah seperti yang kalian duga, bahwa Allah tidak mengingkari perbuatan kalian itu. Sesungguhnya Allah telah mengingkari perbuatan kalian dengan pengingkaran yang keras, dan Dia telah melarang kalian melakukannya dengan larangan yang kuat. Dia telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat, yakni kepada setiap generasi dan sejumlah manusia. Semua rasul menyeru mereka untuk menyembah Allah dan melarang mereka menyembah selain-Nya:
Kaum musyrikin membela diri atas tindakan syirik mereka dengan (dalih) masyi`atullah (kehendak Allah). Bahwa, se-kiranya Allah tidak menghendaki, niscaya mereka tidak akan ber-buat syirik dan tidak mengharamkan sesuatu apa pun dari binatang-binatang ternak yang Allah halalkan. Seperti mengharamkan bahi-rah (Unta betina yang telah beranak lima kali, dan anak yang kelima berkelamin jantan. Lalu unta betina itu dibelah telinganya, lantas dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya. Pent.), washilah (Seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala. Pent.), ham (Unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah berhasil menghamili unta betina sepuluh kali. Pent.) dan binatang lain bukan karena Allah. Ini me-rupakan argumentasi yang batil. Sekiranya pembelaan jenis ini tepat, niscaya Allah tidak akan menghukum orang-orang sebelum mereka yang telah menyekutukan suatu obyek denganNya. Allah meng-hukum mereka dengan siksa yang sangat berat. Seandainya Allah menyukai praktik itu, maka Dia tidak menyiksa mereka.
Tidaklah maksud mereka dengan ungkapan itu melainkan untuk menampik kebenaran yang dibawa oleh para rasul. Kalau tidak untuk tujuan demikian, sebetulnya mereka itu mengetahui bahwa tidak ada hujjah (pembelaan diri) bagi mereka untuk meng-gugat Allah. Allah sudah memerintahkan dan melarang mereka, serta memudahkan mereka untuk menjalankan beban yang mesti mereka pikul. Dia telah menciptakan kekuatan dan kehendak bagi mereka yang menjadi sumber perbuatan mereka. Gugatan mereka dengan menggunakan (dalih) ketentuan qadha dan qadar adalah termasuk kebatilan yang fatal. Demikianlah, dengan inderanya, se-tiap orang mengetahui kemampuan orang lain untuk mengerjakan sebuah perbuatan yang ia inginkan tanpa ada pihak yang mengham-batnya. Maka, mereka telah menggabungkan antara sikap pendus-taan kepada Allah dan pendustaan terhadap para rasul dan pen-dustaan terhadap perkara-perkara yang dapat dicerna oleh akal dan indera.
{فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ} “Maka tidaklah kewajiban atas para rasul, melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang,” yaitu yang jelas lagi tampak yang sampai menembus ke dalam hati, dan yang tidak menyisakan alasan bagi seseorang di hadapan Allah. Apabila para rasul telah menyampaikan kepada mereka perintah dan lara-ngan yang berasal dari Rabb mereka, -sementara mereka mengelak di hadapan para rasul dengan argumentasi bahwa takdir telah ter-tuliskan– maka tidak ada wewenang bagi para rasul sedikit pun. Perhitungan tentang mereka di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ.
Dan betapa buruk ucapan orang musyrik itu. Mereka berkata, jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain dia. Baik kami maupun bapak-bapak kami tidak akan melakukan hal itu jika memang Allah menghendakinya. Dan jika Allah menghendaki, tidak pula kami akan mengharamkan sesuatu pun yang telah dihalalkan oleh-Nya tanpa izin dan kehendak-Nya. Ucapan, sikap, dan perbuatan kaum musyrik itu bukanlah hal baru, karena demikian pula-lah yang telah diperbuat oleh orang kafir sebelum mereka. Mereka selalu mencaricari alasan untuk menolak tuntunan Allah yang disampaikan oleh para rasul. Bukankah kewajiban para rasul itu hanya menyampaikan amanat dan tuntunan Allah dengan jelas kepada kaumnya’Allah menegaskan bahwa dia selalu mengirim utusan kepada setiap kaum untuk menjelaskan kebenaran. Allah berfirman, dan sungguh, kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat sebelum kamu, wahai nabi Muhammad, untuk menuntun dan menyeru kaum masing-masing, ‘sembahlah Allah dengan penuh taat dan patuh dan jangan kamu menyekutukan-Nya dengan apa pun. Jauhilah ta’gut, yakni perbuatan maksiat yang melampaui batas, sesuatu atau benda yang dijadikan sembahan, dan apa saja yang memalingkan kamu dari kebenaran. Kemudian di antara mereka yang menerima pesan itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah sehingga mereka beriman dan taat, dan ada pula yang keras kepala dan tetap dalam kesesatan karena keingkaran dan kesombongan mereka. Maka untuk membuktikan apa yang telah Allah timpakan kepada mereka, berjalanlah kamu di bumi, wahai umat nabi Muhammad, dan perhatikanlah sekelilingmu serta renungkanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan para rasul itu.
An-Nahl Ayat 35 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nahl Ayat 35, Makna An-Nahl Ayat 35, Terjemahan Tafsir An-Nahl Ayat 35, An-Nahl Ayat 35 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nahl Ayat 35
Tafsir Surat An-Nahl Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)