{15} Al-Hijr / الحجر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإسراء / Al-Isra {17} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl النحل (Lebah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 16 Tafsir ayat Ke 69.
ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٦٩﴾
ṡumma kulī ming kulliṡ-ṡamarāti faslukī subula rabbiki żululā, yakhruju mim buṭụnihā syarābum mukhtalifun alwānuhụ fīhi syifā`ul lin-nās, inna fī żālika la`āyatal liqaumiy yatafakkarụn
QS. An-Nahl [16] : 69
kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.
Kemudian makanlah dari setiap buah-buahan yang kamu sukai, dan tempuhlah jalan-jalan Rabb-mu yang ditundukkan untukmu, untuk mencari rizki di perbukitan dan sela-sela pepohonan. Sesungguhnya Dia telah menjadikan hal itu mudah bagimu. Kamu tidak akan tersesat untuk kembali ke sarangmu, walaupun jauh. Dari perut lebah keluarlah madu yang beraneka warna: putih,kuning, merah dan selainnya. Di dalam madu terkandung obat bagi manusia dari berbagai macam penyakit. Sesungguhnya pada apa yang dilakukan lebah itu benar-benar terdapat tanda yang kuat atas kekuasaan Penciptanya bagi orang-orang yang berpikir, lalu mereka mengambil pelajaran darinya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menganugerahkan insting kepada lebah untuk makan dari sari buah-buahan dan menempuh jalan-jalan yang telah dimudahkan oleh Allah baginya, sehingga lebah dapat menempuh jalan udara yang luas, padang sahara yang membentang luas, lembah-lembah, dan gunung-gunung yang tinggi menurut apa yang disukainya. Lalu masing-masing lebah dapat kembali ke sarangnya tanpa menyimpang ke arah kanan atau ke arah kiri, melainkan langsung menuju sarangnya, tempat ia meletakkan telur-telurnya dan madu yang dibuatnya. Lebah membangun lilin untuk sarangnya dengan kedua sayapnya, dan dari mulutnya ia memuntahkan madu, sedangkan lebah betina mengeluarkan telur dari duburnya, kemudian menetas dan terbang ke tempat kehidupannya.
Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Yakni dengan penuh ketaatan.
Qatadah dan Abdur Rahman menjadikan lafaz zululan sebagai hal (keterangan keadaan) dari lafaz fasluki, yakni ‘dan tempuhlah jalan Tuhanmu dengan penuh ketaatan’.
Makna ayat menurut Ibnu Zaid mirip dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. (Yaa Siin:72)
Ibnu Zaid mengatakan, tidakkah kamu lihat bahwa orang-orang memindahkan lebah-lebah itu berikut sarangnya dari suatu negeri ke negeri yang-lain, sedangkan lebah-lebah itu selalu mengikuti mereka.
Akan tetapi, pendapat yang pertama adalah pendapat yang paling kuat, yaitu yang mengatakan bahwa lafaz zululan menjadi hal dari lafaz subul (jalan). Dengan kata lain, tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Demikianlah menurut apa yang telah dinaskan oleh Mujahid. Ibnu Jarir mengatakan bahwa kedua pendapat tersebut benar.
Sehubungan dengan hal ini Abu Ya’la Al-Mausuli mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Makin ibnu Abdul Aziz, dari ayahnya, dari sahabat Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Usia serangga empat puluh hari, dan semua jenis serangga dimasukkan ke dalam neraka kecuali lebah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Maksudnya, dengan berbagai macam warnanya, ada yang putih, kuning, merah, dan warna-warna lainnya yang indah sesuai dengan tempat peternakan dan makanannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Di dalam madu terdapat obat penawar yang mujarab bagi manusia untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit yang dialami mereka.
Salah seorang ulama yang membicarakan tentang pengobatan cara Nabi mengatakan bahwa seandainya ayat ini menyebutkan Asy-syifa-u lin nas, tentulah madu dapat dijadikan sebagai obat untuk segala macam penyakit. Akan tetapi, disebutkan syifa-un lin rias, yakni obat penyembuh bagi manusia dari penyakit-penyakit yang disebabkan kedinginan, karena sesungguhnya madu itu panas, dan sesuatu itu diobati dengan lawannya.
Mujahid dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An Nahl:69) Bahwa damir yang ada pada fihi kembali kepada Al-Qur’an.
Pendapat ini jika terpisah dari konteks dapat dibenarkan, tetapi bila dikaitkan dengan kontek kalimat, jelas bukan makna yang dimaksud, mengingat konteknya menyebutkan tentang masalah madu (bukan Al-Qur’an).
Pendapat Mujahid dalam ayat ini tidak dapat diikuti, dan sesungguhnya apa yang dimaksudkan oleh Mujahid hanyalah disebutkan oleh para ulama sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al Israa’:82)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus:57)
Dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. (An Nahl:69) adalah madu yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui riwayat Qatadah:
dari Abul Mutawakkil Ali ibnu Daud An-Naji, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang menceritakan bahwa pernah seorang lelaki datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu berkata, “Sesungguhnya saudara laki-lakiku terkena penyakit buang air.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Berilah minum madu.” Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya. Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya telah memberinya minum madu, tetapi tiada membawa kebaikan melainkan bertambah parah buang airnya.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Pergilah dan berilah dia minum madu.” Lelaki itu pulang dan memberi minum madu kepada saudaranya yang sakit itu. Tetapi dia kembali lagi dan berkata, “Wahai Rasulullah, tiada kemajuan, melainkan makin parah.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Mahabenar Allah dan dustalah perut saudaramu itu. Pulanglah dan berilah dia minum madu lagi!” Maka lelaki itu pergi dan memberi minum madu saudaranya, maka sembuhlah saudaranya itu.
Salah seorang ahli ketabiban memberikan analisisnya tentang hadis ini, bahwa lelaki yang dimaksud (si penderita) menderita sakit buang air. Setelah diberi minum madu, sedangkan madu itu panas, maka penyakitnya menjadi teruraikan, sehingga cepat keluar dan mencretnya makin bertambah. Akan tetapi, orang Badui itu mempunyai pengertian lain, bahwa madu membahayakan kesehatan saudaranya, padahal kenyataannya bermanfaat bagi saudaranya.
Kemudian ia memberi saudaranya minum madu sekali lagi, tetapi mencret saudaranya itu kian bertambah, lalu diberinya minum madu sekali lagi. Dan setelah semua endapan yang merusak kesehatan dalam perutnya keluar, barulah perutnya sehat, ia tidak mulas lagi, dan semua penyakit hilang berkat petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dari Tuhannya.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. yang telah mengatakan:
Bahwa sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ suka makanan yang manis dan madu.
Demikianlah menurut lafaz yang ada pada Imam Bukhari. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan pula sebuah hadis melalui Salim Al-Aftas, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Penyembuhan itu dengan tiga macam cara, yaitu melalui sayatan bekam, atau minuman madu, atau setrika dengan api, tetapi Aku larang umatku berobat memakai cara setrika.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnul Gasil, dari Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jikalau pada sesuatu dari cara pengobatan kalian mengandung kebaikan, atau bila nanti ada kebaikan dalam salah satu cara pengobatan kalian, maka adanya pada sayatan bekam, atau minuman madu, atau sengatan api yang disesuaikan dengan jenis penyakit, tetapi saya tidak suka dengan cara setrika.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, dari Jabir, dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid, dari Abul Khair, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhani yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ada tiga cara: Jika pada salah satunya terdapat kesembuhan, yaitu sayatan bekam, atau minuman madu, atau setrikaan pada anggota yang terkena sakit, tetapi aku benci dan tidak suka pengobatan cara setrika.
Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini dari Harun ibnu Salul Al-Masri, dari Abu Abdur Rahman Al-Muqri, dari Abdullah ibnul Walid dengan sanad yang sama. Lafaznya berbunyi seperti berikut:
Jikalau ada kesembuhan pada cara pengobatan, maka adanya pada sayatan bekam.
Hadis ini disebutkan hingga selesai. Sanad hadis berpredikat sahih, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Imam Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah Al-Qazwaini mengatakan di dalam kitab sunnahnya bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Salamah At-Tagallubi, telahmenceritakan kepada kami Zaid ibnu Hubab, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Gunakanlah oleh kalian dua penawar, yaitu madu dan Al-Qur’an.
Sanad hadis ini berpredikat jayyid, Ibnu Majah mengetengahkannya secara munfarid dengan predikat marfu’. Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Sufyan ibnu Waki’, dari ayahnya, dari Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama secara mauquf dan riwayat inilah yang lebih mendekati kebenaran.
Telah diriwayatkan pula kepada kami melalui Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib r.a., bahwa ia pernah mengatakan, “Apabila seseorang di antara kalian menghendaki kesembuhan, hendaklah menulis sebuah ayat dari Kitabullah (Al-Qur’an) pada selembar kertas, lalu cucilah kertas itu dengan air dari langit (air hujan). Kemudian hendaklah ia meminta uang satu dirham dari istrinya secara suka rela, lalu uang itu dibelikan madu, dan madu itu diminum, karena madu itu mengandung kesembuhan pula,” yakni penyembuh dari berbagai macam penyakit.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Al Israa’:82)
Dan Kami turunkan air dari langit yang banyak manfaatnya. (Qaaf:9)
Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (An Nisaa:4)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam masalah madu, yaitu:
…di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Ibnu Majah mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf ibnu Sarh Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Bakr As-Saksaki, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Ablah, ia pernah mendengar Abu Ubay ibnu Ummu Haram yang pernah salat menghadap ke arah dua kiblat, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Berobatlah kalian dengan biji as-sana dan biji as-sanut, karena sesungguhnya pada keduanya terdapat penyembuh dari berbagai macam penyakit, kecuali Sam. Ketika ditanyakan, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan sam?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab bahwa sam adalah maut.
Amr berkata bahwa Abu Ablah mengatakan, “As-sanut adalah biji pohon syabat.” Menurut ulama lain, sanut adalah madu yang disimpan di dalam wadah minyak samin, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair mereka, yaitu: “Mereka menyukai samin dan madu yang tidak mereka campurkan, dan mereka selalu melindungi tetangganya, tidak pernah berbuat aniaya kepadanya.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.
Yakni sesungguhnya ilham dari Allah kepada serangga yang lemah ini —yang memerintahkan kepadanya agar menempuh jalan yang telah ditetapkan untuknya seraya memikul tugas mengisap sari buah-buahan, lalu mengumpulkannya dan memprosesnya secara alami menjadi lilin dan madu— benar-benar terdapat tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan keagungan Penciptanya yang telah-mengaturnya, menundukkannya, dan yang memperjalankannya, pada akhirnya mereka mengambil kesimpulan dari fenomena ini bahwa Allah adalah Yang Menciptakan itu, Dia Mahakuasa, Mahabijaksana, Maha Mengetahui, Mahamulia, dan Maha Pengasih.
68-69. pada penciptaan binatang lebah yang mungil ini, yang Allah berikan petunjuk kepadanya dengan petunjuk yang mengagumkan, dan Dia memudahkan habitat makanannya, lantas kembali ke sarang sarangnya yang ia renovasi berdasarkan arahan dan petunjuk dari Allah kepadanya, kemudian mengeluarkan dari perut perutnya madu lezat yang beraneka warna, sesuai dengan latar belakang tanah dan habitatnya, yang mana pada madu itu terdapat penyembuh bagi umat manusia dari banyak penyakit, maka semua ini menjadi bukti kesempurnaan perhatian Allah dan kesempurnaan sifat kelembutanNya kepada para hambaNya, dan bahwa Dialah Dzat yang tidak patut ada pihak selainNya yang dicinta dan diseru dalam doa.
Melanjutkan ilhamnya kepada lebah, Allah berfirman, kemudian makanlah, yakni isaplah, dari segala macam bunga dari buah-buahan pada pepohonan yang besar maupun kecil, lalu tempuhlah jalan yang telah ditentukan oleh tuhan pencipta dan pemelihara-Mu, yang telah dimudahkan bagimu. Dengan izin dan kekuasaan Allah, dari perut lebah itu keluar sejenis minuman yang amat lezat berupa madu yang bermacammacam warna dan rasa-Nya. Di dalamnya terdapat kandungan yang bermanfaat bagi daya tahan tubuh dan obat yang dapat menyembuhkan bagi beberapa penyakit manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang berpikir. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah bahwa dia telah menciptakan kamu, wahai manusia, dari sumber yang satu yaitu tanah sehingga kamu ada dan dapat hidup di dunia ini. Kemudian dengan kekuasaan-Nya pula dia mewafatkanmu dengan berbagai cara dan dalam usia yang berbeda sesuai waktu yang telah ditentukan-Nya. Di antara kamu ada yang dimatikan pada usia muda dan ada pula yang dikembalikan kepada usia yang tua renta, pikun, dan lemah kembali bagaikan bayi, sehingga pada usia itu dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang dulu pernah diketahuinya. Sungguh, Allah maha mengetahui segala sesuatu dan rahasia dari ciptaan-Nya, mahakuasa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya.
An-Nahl Ayat 69 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nahl Ayat 69, Makna An-Nahl Ayat 69, Terjemahan Tafsir An-Nahl Ayat 69, An-Nahl Ayat 69 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nahl Ayat 69
Tafsir Surat An-Nahl Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)