{15} Al-Hijr / الحجر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الإسراء / Al-Isra {17} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nahl النحل (Lebah) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 16 Tafsir ayat Ke 112.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ ﴿١١٢﴾
wa ḍaraballāhu maṡalang qaryatang kānat āminatam muṭma`innatay ya`tīhā rizquhā ragadam ming kulli makānin fa kafarat bi`an’umillāhi fa ażāqahallāhu libāsal-jụ’i wal-khaufi bimā kānụ yaṣna’ụn
QS. An-Nahl [16] : 112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.
Allah membuat perumpamaan dengan negeri Makkah yang dahulunya aman dari kezaliman, dan tenteram dari kesempitan hidup. Rizkinya datang kepadanya dengan mudah dari segala arah, lalu penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, mempersekutukan yang lain dengan-Nya, dan tidak bersyukur kepada-Nya. Karena itu, Allah mengazab mereka dengan kelaparan, dan takut terhadap pasukan gerilya dan tentara Rasulullah yang selalu menggentarkan mereka. Hal itu disebabkan kekafiran mereka dan perbuatan mereka yang batil.
Apa yang disebutkan oleh kedua ayat di atas merupakan suatu perumpamaan yang menggambarkan keadaan penduduk Mekah. Karena sesungguhnya Mekah adalah kota yang aman, tenteram, dan tenang, sedangkan orang-orang yang tinggal di sekitarnya tinggal dalam keadaan tidak aman. Barang siapa yang memasuki kota Mekah, amanlah dia dan tidak takut lagi, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (Tanah Suci) yang aman. yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagi kalian) dari Kami? (Al Qashash:57)
Hal yang sama disebutkan pula dalam ayat berikut ini melalui firman-Nya:
…rezekinya datang kepadanya melimpah ruah.
Yakni enak dan mudah.
…dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah.
Artinya, mereka mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada padanya, dan yang paling besar ialah diutus-NyaNabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada mereka.
Di dalam ayat lain disebutkan:
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahanam, mereka masuk ke dalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. (Ibrahim:28-29)
Karena itulah maka Allah mengganti kedua keadaan yang mereka peroleh itu dengan dua keadaan yang kebalikannya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
…karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan.
Yakni merasakan dan menimpakan secara menyeluruh kepada mereka kelaparan, padahal sebelumnya didatangkan kepada mereka segala macam buah-buahan, dan rezekinya datang kepadanya dengan melimpah ruah dari segenap tempat.
Demikian itu karena mereka durhaka kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan selalu menentangnya. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa memohon kepada Allah semoga Dia menimpakan musim paceklik kepada mereka, seperti musim paceklik yang dialami oleh Nabi Yusuf. Maka mereka tertimpa paceklik yang menghabiskan segala sesuatu milik mefeka, sehingga mereka terpaksa memakan bulu unta yang dicampur dengan darahnya bilamana mereka menyembelihnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan ketakutan.
Demikian itu karena mereka mengganti keamanan mereka dengan rasa takut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan para sahabatnya setelah beliau dan para sahabatnya hijrah ke Madinah. Yakni orang-orang kafir Mekah selalu dicekam oleh rasa takut terhadap, pembalasan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan pasukan kaum muslim. Dan mereka membuat semua yang merekamiliki menjadi hancur dan rendah, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya atas kota Mekah.
Demikian itu terjadi disebabkan perbuatan mereka (orang-orang kafir Mekah) sendiri, kelaliman serta kedustaan mereka terhadap Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang diutus oleh Allah kepada mereka dari kalangan mereka sendiri. Padahal kerasulan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang diangkat dari kalangan mereka merupakan suatu anugerah yang diberikan kepada mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri. (Ali Imran:164), hingga akhir ayat.
maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepada kalian, (dan mengutus) seorang rasul. (Ath Thalaaq:10-11), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah. (Al Baqarah:151)
sampai dengan firman-Nya:
dan janganlah kalian mengingkari (nikmat). (Al Baqarah:152)
Sebagaimana keadaan orang-orang kafir terbalik, dari aman menjadi takut, dan dari hidup makmur menjadi kelaparan, maka Allah mengganti keadaan orang-orang mukmin sesudah mereka hidup dalam ketakutan, kini mereka hidup aman. Allah memberi mereka rezeki yang berlimpah sesudah mereka hidup miskin. Allah juga menjadikan mereka para raja, para penguasa, para pemimpin, para panglima, dan para imam.
Apa yang kami katakan, bahwa makna ayat ini adalah perumpamaan yang menggambarkan tentang penduduk Mekah, menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Pendapat yang sama dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Malik meriwayatkannya dari Az-Zuhri.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abdur Rahim Al-Barqi, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Nafi’ ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Syuraih, bahwa Abdul Karim ibnul Haris Al-Hadrami pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah mendengar Masyrah ibnu Ha’an mengatakan, “Aku pernah mendengar Sulaim ibnu Namir mengatakan bahwa kami pulang dari melakukan ibadah haji bersama Siti Hafsah, istri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sedangkan Khalifah Usman dalam keadaan terkepung di Madinah.” Siti Hafsah selalu menanyakan tentang apa yang dilakukan oleh Usman r.a. hingga ia bersua dengan dua orang pengendara (musafir yang berlawanan arah dengannya). Maka ia mengutus kurirnya untuk menanyakan perihal Usman kepada kedua musafir tersebut Kedua orang pengendara itu menjawab bahwa khalifah Usman telah gugur. Siti Hafsah berkata, “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya yang dimaksud dengan kampung itu adalah Madinah.” Yakni kampung yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah.
Ibnu Syuraih mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ubaidillah ibnul Mugirah, dari seseorang yang menceritakan kepadanya bahwa orang tersebut mengatakan, “Yang dimaksud dengan kampung dalam ayat ini ialah Madinah.”
Negeri yang dimaksud ini adalah Makkah al-Mu-karramah, yang sebelumnya diliputi rasa aman dan ketentraman, tidak ada seorang pun terusik di tempat itu. Bangsa Jahiliyah yang berkubang dalam kebodohan pun menghormatinya. Bahkan (peng-hormatan mereka sampai pada level bila) salah seorang dari mereka menjumpai pembunuh ayah atau pembunuh saudaranya, maka ia tidak akan mengusiknya, kendatipun patriotisme mereka begitu dahsyat dan sikap arogansi Arab masih ada. Maka tumbuhlah rasa aman yang sempurna di sana yang tidak terjadi di tempat lain. Be-gitu pula rizki yang melimpah. Sebelumnya, Makkah merupakan kota tanpa tanaman, atau pepohonan. Akan tetapi, Allah memudah-kan rizki datang kepadanya dari setiap penjuru. Lantas, datang seorang rasul kepada mereka dari kalangan mereka sendiri, yang mereka ketahui sifat amanah dan kejujurannya, mengajak mereka kepada perkara yang paling sempurna, melarang dari hal-hal yang buruk. Tetapi, mereka mendustakannya dan mengingkari kenik-matan Allah atas mereka. Akibatnya, Allah menimpakan pada mereka keadaan yang berlawanan dengan keadaan sebelumnya, dan Allah merasakan kepada mereka لِبَاسَ الْجُوعِ “pakaian kelaparan,” yang berlawanan dengan kehidupan yang enak وَالْخَوْفِ “dan ke-takutan,” yang berlawanan dengan stabilitas keamanan. Demikian itu, karena ulah dan kekufuran mereka serta sikap mereka yang tidak mensyukuri (nikmat Allah). Allah tidak menganiaya mereka. Akan tetapi, mereka itulah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Jika ayat sebelumnya menjelaskan hukuman bagi orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di alam, maka pada ayat berikut Allah menyebut balasan bagi orang yang mengingkari nikmat-Nya. Allah berfirman, dan Allah telah membuat suatu perumpamaan berupa sebuah negeri yang dahulu penduduk-Nya merasa aman dari segala ancaman lagi tenteram dengan segala kesenangan hidup di dalamnya; rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat dengan berbagai cara, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, yakni tidak menggunakannya sesuai tuntunan Allah. Karena kedurhakaan itu, Allah mengubah kondisi mereka dengan menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat. Dan Allah tidak menimpakan azab itu secara tiba-tiba tanpa memberi peringatan sebelumnya. Allah menegaskan, sungguh, telah datang kepada mereka seorang rasul yang berasal dari kalangan mereka sendiri untuk mengingatkan mereka. Mereka mengenalnya dengan baik; bagaimana asal-usulnya dan kepribadiannya yang mulia, tetapi mereka mendustakan, mengingkari, dan menolak peringatan yang disampaikan-Nya sebagaimana kalian, wahai kaum musyrik mekah, melakukan hal yang sama. Karena kedurhakaan itu mereka ditimpa azab, dan mereka adalah orang yang zalim kepada diri mereka sendiri.
An-Nahl Ayat 112 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nahl Ayat 112, Makna An-Nahl Ayat 112, Terjemahan Tafsir An-Nahl Ayat 112, An-Nahl Ayat 112 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nahl Ayat 112
Tafsir Surat An-Nahl Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)