{16} An-Nahl / النحل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الكهف / Al-Kahfi {18} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra الإسراء (Memperjalankan Di Waktu Malam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 17 Tafsir ayat Ke 16.
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا ﴿١٦﴾
wa iżā aradnā an nuhlika qaryatan amarnā mutrafīhā fa fasaqụ fīhā fa ḥaqqa ‘alaihal-qaulu fa dammarnāhā tadmīrā
QS. Al-Isra [17] : 16
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).
Jika Kami bermaksud membinasakan penduduk suatu negeri karena kezaliman mereka, maka Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di antara mereka supaya menaati Allah dan mentauhidkan-Nya serta membenarkan Rasul-rasul-Nya, sedangkan selain mereka adalah pengikut mereka. Tetapi mereka mendurhakai perintah Rabb mereka dan mendustakan para Rasul-Nya, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka ketetapan azab yang tidak bisa ditolak, lalu Kami hancurkan mereka dengan kebinasaan yang sempurna.
Ulama ahli qiraat berbeda pendapat sehubungan dengan bacaan lafaz amarna. Menurut qiraat yang terkenal dibaca takhfif (bukan ammarna). Dan kalangan ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut salah satu pendapat, makna yang dimaksud ialah Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu dengan perintah takdir. Seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang. (Yunus:24)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji. (Al A’raf:28)
Mereka yang berpendapat demikian mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Allah menundukkan mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan fahisyah, karenanya mereka berhak menerima azab-Nya.
Menurut pendapat lain, Kami perintahkan mereka untuk mengerjakan ketaatan, tetapi sebaliknya mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji, karenanya mereka berhak mendapat hukuman. Demikianlah menurut riwayat ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, dan pendapat yang sama dikatakan pula oleh Sa’id ibnu Jubair.
Ibnu Jarir mengatakan, barangkali makna yang dimaksud ialah bahwa Allah menjadikan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu sebagai pemimpin mereka. Menurut kami, pendapat ini tiada lain berdasarkan qiraat yang membaca ayat ini dengan bacaan ammarna mittrafiha (maka Kami jadikan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu sebagai pemimpin-pemimpinnya).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. (Al Israa’:16) Bahwa Kami jadikan orang-orang jahat mereka berkuasa, lalu mereka melakukan kedurhakaan dan kerusakan di dalamnya. Bilamana mereka melakukan hal tersebut, Allah membinasakan mereka dengan azab-Nya. Tafsir ini semakna dengan firman-Nya:
Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat. (Al An’am:123), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Mujahid, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. (Al Israa’:16) Yakni Kami perbanyak bilangan mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Al-Hasan, Ad-Dahhak, dan Qatadah.
Diriwayatkan dari Malik, dari Az-Zuhri sehubungan dengan makna firman-Nya:
Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu.
Maksudnya, Kami perbanyak bilangan mereka.
Sebagian dari mereka berdalilkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang mengatakan,
telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im Al-Adawi, dari Muslim ibnu Badil, dari Iyas ibnu Zuhair, dari Suwaid ibnu Hubairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sebaik-baik harta seseorang buat dirinya sendiri ialah kuda, dan ternak yang berkembang biak atau kebun karma cangkokan.
Imam Abu Ubaid Al-Qasim ibnu Salam di dalam kitabnya Al-Garib mengatakan bahwa al-ma’murah artinya yang banyak anaknya, sedangkan as-sikkah artinya deretan pohon-pohon kurma yang ditanam rapi secara berbaris. Al-ma’burah berasal dari ta’bir, artinya cangkokan. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa sesungguhnya hal ini dikemukakan secara tanasub (bersesuaian), sama seperti pengertian yang terdapat di dalam sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan,
“Yang dibiarkan rimbun dan tidak dipangkas.”
(16) Allah جَلَّ جَلالُهُ memberitahukan bahwasanya apabila Dia ingin menghancurkan salah satu negeri yang berbuat sewenang-wenang dan meluluhlantakkannya dengan azab sampai tak tersisa, maka Dia akan memberikan perintah kepada orang-orang kala-ngan mewah mereka dalam bentuk ketetapan takdir (untuk menaati Allah). Lalu mereka berbuat kefasikan sampai tindakan melampaui batas mereka sudah parah فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ “maka sudah sepantasnya ber-laku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),” yaitu ketentuan azab (Kami), yang mana tidak ada (seorang pun) yang sanggup menolak-nya فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا “kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-han-curnya.”
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, yang durhaka sesuai ketetapan kami, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu agar menaati Allah, tetapi mereka tidak mau menaati-Nya, bahkan mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu dengan melakukan penganiayaan dan pengrusakan, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan, yakni ketentuan kami, kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya, sehingga mereka tidak dapat bangkit lagi. Dan sesuai dengan ketetapan itu dinyatakan, berapa banyaknya kaum setelah kebinasaan kaum nuh, telah kami binasakan disebabkan oleh kedurhakaan mereka. Dan cukuplah tuhanmu yang maha mengetahui, maha melihat dosa hamba-hamba-Nya. Tidak ada yang tersembunyi dan terluput dari pembalasan-Nya.
Al-Isra Ayat 16 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Isra Ayat 16, Makna Al-Isra Ayat 16, Terjemahan Tafsir Al-Isra Ayat 16, Al-Isra Ayat 16 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Isra Ayat 16
Tafsir Surat Al-Isra Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)