{16} An-Nahl / النحل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الكهف / Al-Kahfi {18} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra الإسراء (Memperjalankan Di Waktu Malam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 17 Tafsir ayat Ke 43.
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا ﴿٤٣﴾
sub-ḥānahụ wa ta’ālā ‘ammā yaqụlụna ‘uluwwang kabīrā
QS. Al-Isra [17] : 43
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan, luhur dan agung (tidak ada bandingannya).
Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dengan kesucian yang sebesar-besarnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Tujuh langit dan bumi bertasbih menyucikan Allah. dan semua yang ada di dalamnya.
Yakni semua makhluk yang ada di langit dan di bumi menyucikan Allah, mengagungkan, memuliakan, dan membesarkan-Nya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik itu. Dan semuanya mempersaksikan keesaan Allah sebagai Rabb dan Tuhan mereka.
Dalam segala sesuatu terdapat tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan bahwa Dia adalah Maha Esa.
Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya:
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam:90-91)
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Maimun (Juru azan Masjid Ramlah), telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Ruwayyim, dari Abdur Rahman ibnu Qart, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika akan menjalani Isra-Nya ke Masjidil Aqsa sedang berada di antara Maqam Ibrahim dan sumur Zamzam. Malaikat Jibril berada di sebelah kanan, dan Malaikat Mikail berada di sebelah kirinya. Lalu keduanya membawa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ terbang sampai ke langit yang ketujuh. Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali (ke bumi), beliau bersabda: Saya mendengar suara bacaan tasbih di langit yang tertinggi bersamaan dengan suara tasbih (para malaikat) yang sangat banyak. Semua penduduk langit tertinggi bertasbih menyucikan nama Tuhan Yang memiliki pengaruh karena takut kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan Yang Mahatinggi, Mahasuci Tuhan Yang Mahatinggi, Mahasuci Dia dan Mahatinggi.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya.
Maksudnya, tiada suatu makhluk pun melainkan bertasbih dengan memuji nama Allah.
…tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka,
Yakni kalian, hai manusia, tidak mengerti tasbih mereka, karena mereka mempunyai bahasa yang berbeda dengan bahasa kalian. Pengertian ayat ini mencakup keseluruhan makhluk, termasuk hewan, benda-benda padat, dan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah menurut pendapat yang terkenal di antara dua pendapat yang ada. Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Ibnu Mas’ud yang mengatakan, “Kami mendengar tasbih makanan ketika sedang disantap.”
Di dalam hadis Abu Zar r.a. disebutkan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah mengambil beberapa batu kerikil dan dipegangnya, maka beliau mendengar suara tasbih batu-batu kerikil itu mirip dengan suara rintihan pohon kurma. Hal yang sama pernah terjadi di tangan Abu Bakar, Umar, dan Usman —semoga Allah melimpahkan rida-Nya pada mereka— seperti yang telah disebutkan di dalam hadis masyhur di dalam kitab-kitab Musnad.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Zaban, dari Sahl ibnu Mu’az, dari Ibnu Anas dari ayahnya r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjumpai suatu kaum, saat itu mereka sedang duduk bertengger di atas hewan-hewan kendaraan mereka (dalam keadaan berhenti sambil mengobrol dengan temannya masing-masing). Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka: Kendarailah kendaraan kalian dengan baik-baik, dan lepaskanlah (istirahatkanlah) kendaraan kalian dengan baik-baik, dan janganlah kalian menjadikan kendaraan kalian sebagai kursi bagi obrolan kalian di jalan-jalan dan pasar-pasar, karena banyak kendaraan yang lebih baik daripada pengendaranya dan lebih banyak berzikir kepada Allah daripadanya.
Di dalam kitab Sunnah Imam Nasai disebutkan melalui Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melarang membunuh katak, lalu beliau bersabda:
Suara katak adalah tasbihnya.
Qatadah telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Ubay, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa apabila seseorang mengucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah,” maka hal ini merupakan kalimat ikhlas yang Allah tidak akan menerima amal seseorang sebelum ia mengucapkannya. Dan apabila seseorang mengucapkan, “Segala puji bagi Allah,” maka hal ini merupakan kalimat syukur yang sama sekali Allah tidak membalas pahala hamba-Nya sebelum si hamba mengucapkannya. Dan apabila seseorang mengucapkan, “Allah Maha Besar,” maka kalimat ini memenuhi segala sesuatu yang ada di antara langit dan bumi. Dan apabila ia mengucapkan, “Mahasuci Allah,” maka hal ini merupakan doa semua makhluk, yang tidak sekali-kali seseorang dari makhluk Allah mendoa dengannya melainkan Allah mengakuinya sebagai doa dan tasbih. Dan apabila seseorang mengucapkan, “Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah,” maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hamba-Ku telah Islam dan berserah diri.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Jarir, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar Mus’ab ibnu Zuhair menceritakan hadis berikut dari Zaid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan bahwa seorang Badui datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan memakai jubah yang diberi hiasan dengan kain sutera atau pinggirannya dihiasi dengan kain sutera. Lalu lelaki Badui itu berkata, “Sesungguhnya teman kalian ini (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bermaksud akan mengangkat martabat semua penggembala anak penggembala dan merendahkan semua pemimpin anak pemimpin.” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bangkit menuju ke tempat lelaki Badui itu dan memegang jubahnya, lalu menariknya seraya bersabda, “Saya melihatmu memakai pakaian orang yang tidak berakal.” Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kembali ke tempat duduknya dan duduk lagi, lalu bersabda: Sesungguhnya Nuh a.s. ketika menjelang ajalnya memanggil kedua putranya, lalu berwasiat, “Sesungguhnya aku akan mengutarakan kepadamu wasiat berikut: Aku perintahkan kamu berdua untuk mengerjakan dua perkara dan aku larang kamu melakukan dua perkara lainnya. Aku larang kalian mempersekutukan Allah dan takabur (sombong). Dan aku perintahkan kamu berdua membaca kalimah ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’. Karena sesungguhnya langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya, jikalau diletakkan pada salah satu sisi timbangan, lalu di sisi lainnya diletakkan kalimah ‘Tidak ada Tuhan selain Allah’, tentulah kalimah itu lebih berat. Dan seandainya langit dan bumi kedua-duanya dijadikan satu, lalu diletakkan padanya kalimah “Tidak ada Tuhan selain Allah’, niscaya kalimah itu akan memotongnya atau membuatnya terbelah. Dan aku perintahkan kamu berdua untuk membaca ‘Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya’, karena sesungguhnya kalimah ini merupakan doa semua makhluk, dan karenanya segala sesuatu (semua makhluk) mendapat rezekinya.”
Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Sulaiman ibnu Harb, dari Ham-madah ibnu Zaid, dari Mus’ab ibnu Zuhair dengan sanad yang sama, tetapi lafaznya lebih panjang daripada lafaz di atas. Imain Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya.
bahwa tiang bertasbih dan pohon-pohonan bertasbih.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa deritan pintu adalah tasbihnya, dan gemerciknya suara air adalah tasbihnya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Ibrahim, bahwa makanan pun bertasbih. Pendapat ini berpegang kepada sebuah ayat sajdah yang ada di dalam surat Al-Hajj.
Ulama lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya tasbih itu hanya dilakukan oleh makhluk yang bernyawa, yakni termasuk pula hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya. (Al Israa’:44) Segala sesuatu yang hidup bertasbih, termasuk tumbuh-tumbuhan dan lain-lainnya yang hidup.
Al-Hasan dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya.
Keduanya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah segala sesuatu yang bernyawa.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih dan Zaid ibnu Hubab, keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Jarir Abul Khattab yang mengatakan bahwa ketika kami sedang bersama Yazid Ar-Raqqasyi —yang saat itu ditemani oleh Al-Hasan dalam suatu jamuan makan— lalu mereka menghidangkan piring besar (yang terbuat dari kayu). Maka Yazid Ar-Raqqasyi berkata, “Hai Abu Sa’d, apakah piring ini bertasbih?” Maka Al-Hasan menjawab, “Ia pernah bertasbih sekali.” Seakan-akan Al-Hasan berpendapat bahwa ketika kayu itu masih dalam bentuk pohon dan hidup, ia bertasbih. Tetapi setelah dipotong sehingga menjadi kayu dan mati, maka tasbihnya berhenti.
Barangkali pendapat ini merujuk kepada suatu hadis yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda:
Sesungguhnya keduanya sedang disiksa dan bukanlah keduanya disiksa karena dosa besar. Salah seorang di antara keduanya tidak pernah membersihkan diri setelah buang air kecil, sedangkan yang lainnya gemar mengadu domba. Setelah itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengambil sebuah pelepah kurma, lalu membelahnya menjadi dua, kemudian menanamkannya pada masing-masing dari dua kuburan tersebut. Dan setelah itu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Mudah-mudahan siksaan diringankan dari keduanya selagi kedua pelepah kurma ini belum kering.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing. Sebagian ulama yang membahas hadis ini mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan, “Selagi kedua pelepah kurma ini belum kering,” karena keduanya tetap bertasbih selagi masih hijau warnanya, dan apabila telah kering, maka berhentilah tasbihnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Dengan kata lain, sesungguhnya Allah tidak menyegerakan hukumanNya terhadap orang yang durhaka kepada-Nya, melainkan menangguhkannya dan memberinya kesempatan untuk bertobat. Apabila ternyata orang yang bersangkutan masih tetap pada kekafirannya dan tetap ingkar, maka barulah Allah menghukumnya sebagai pembalasan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Di dalam kitab Sahihain disebutkan oleh salah satu hadisnya bahwa:
Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan masa tangguh kepada orang yang zalim, sehingga manakala Allah mengazab-nya, Allah tidak membiarkannya luput (dari azab-Nya). Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. (Huud:102), hingga akhir ayat.
Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan azab-(Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim. (Al Hajj:48), hingga akhir ayat.
Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim. (Al Hajj:45)
Dan barang siapa yang menghentikan perbuatan kufur dan maksiatnya, lalu ia kembali kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, maka Allah pun akan menerima tobatnya. Seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya’ dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah. (An Nisaa:110), hingga akhir ayat.
Dan dalam ayat surat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Dalam surat Fafir disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap, dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Faathir’:41)
sampai dengan firman-Nya:
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia. (Faathir’:45), hingga akhir surat.
(43) سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى “Mahasuci dan Mahatinggi Dia,” maksudnya Allah Mahasuci, murni dan tinggi sifat-sifatNya عَمَّا يَقُوْلُوْنَ “dari apa yang mereka katakan,” berupa kesyirikan dan pendaulatan tandingan-tandingan bagi Allah عُلُوًّا كَبِيْرًا “dengan ketinggian yang sebesar-besar-nya.” Sungguh tinggi dan agung kedudukanNya, besar kesombo-nganNya, yang tidak bisa diperbandingkan kebersamaan wujud sesembahan denganNya. Sungguh telah tersesat orang yang menga-takan itu dengan kesesatan yang nyata, dan telah berbuat kezhalim-an dengan kezhaliman yang besar.
Sungguh makhluk-makhluk Allah yang besar itu merunduk di hadapan keagungan Allah. Langit yang tujuh beserta penghuni-nya dan bumi yang tujuh beserta penghuninya terlampau kecil di hadapan kesombongan Allah. Seluruh bumi ini kelak pada Hari Kiamat akan berada dalam genggamanNya dan langit-langit digu-lung dengan Tangan kananNya. Semua alam (ciptaan selain Allah) yang berada di atas dan di bawah sangat membutuhkanNya di se-tiap waktu, (dalam rupa kekurangan) pada dzat mereka yang tidak mungkin terlepas (dari rasa butuh) meski hanya sekejap. Aspek kebutuhan (kepada Allah) ini adalah dari segala sisinya. Kebutuhan dari sudut penciptaan, rizki, dan pengaturan. Kebutuhan (kepada Allah) dari sisi keharusan memposisikan Allah sebagai sesembah-an dan Dzat yang dicintai yang mana kepadaNya mereka mendekat-kan diri dan tempat untuk mengeluh dalam setiap keadaan.
Mahasuci dan mahatinggi dia dari apa yang mereka katakan, bahwa ada tuhan-tuhan selain dia, pemilik ‘arasy yang agung. Apa yang mereka katakan adalah dusta. Sungguh, dia mahatinggi, dengan ketinggian yang sebesar-besarnya, jauh sekali dari apa yang mereka katakan. Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya yakni para malaikat, manusia, jin, dan makhluk lainnya baik yang berakal maupun yang tidak berakal senantiasa dan terus-menerus bertasbih kepada Allah dengan ucapan maupun keadaan yang menunjukkan kepatuhan dan ketundukan kepada hukum Allah. Dan tidak ada sesuatu pun dari mereka yang ada di langit dan di bumi melainkan bertasbih dengan memujinya, dengan caranya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, dia maha penyantun, maha pengampun kepada hamba-Nya yang berbuat dosa dan mau bertobat kepada-Nya.
Al-Isra Ayat 43 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Isra Ayat 43, Makna Al-Isra Ayat 43, Terjemahan Tafsir Al-Isra Ayat 43, Al-Isra Ayat 43 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Isra Ayat 43
Tafsir Surat Al-Isra Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)