{16} An-Nahl / النحل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الكهف / Al-Kahfi {18} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra الإسراء (Memperjalankan Di Waktu Malam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 17 Tafsir ayat Ke 85.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
wa yas`alụnaka ‘anir-rụḥ, qulir-rụḥu min amri rabbī wa mā ụtītum minal-‘ilmi illā qalīlā
QS. Al-Isra [17] : 85
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”
Orang-orang kafir bertanya kepadamu tentang hakikat ruh, sebagai bentuk penentangan, maka jawablah bahwa hakikat dan keadaan (ihwal) ruh itu termasuk urusan yang hanya Allah semata yang mengetahuinya. Kalian dan semua manusia tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berjalan mengiringi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di sebuah lahan pertanian di Madinah —yang saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berjalan dengan memakai pelepah kurma sebagai tongkatnya — maka bersualah beliau dengan sejumlah orang dari kalangan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, “Tanyailah dia oleh kalian tentang roh.” Sedangkan sebagian lainnya mengatakan, “Janganlah kalian bertanya kepadanya.” Akhirnya mereka bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang roh. Untuk itu mereka berkata, “Hai Muhammad, apakah roh itu?” saat itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ masih tetap bertopang pada pelepah kurmanya seraya berdiri. Ibnu Mas’ud merasa yakin bahwa saat itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang menerima wahyu. Setelah itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakan firman yang baru diturunkan itu, yakni:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
Maka berkatalah sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain, “Telah kami katakan kepada kalian, janganlah kalian bertanya kepadanya.”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Al-A’masy dengan sanad yang sama.
Menurut lafaz Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a., disebutkan bahwa ketika kami sedang berjalan bersama dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di sebuah lahan pertanian — saat itu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berjalan dengan memegang pelepah kurma sebagai tongkatnya maka bersualah beliau dengan orang-orang Yahudi. Sebagian dari mereka mengatakan kepada sebagian yang lain, “Tanyailah dia tentang roh.” Salah seorang dari mereka berkata, “Apa perlunya kalian dengan dia?” Sebagian yang lainnya mengatakan, “Jangan sampai dia menghadapi kalian dengan sesuatu yang kalian tidak menyukainya.” Mereka berkata, “Tanyailah dia tentang roh.” Akhirnya mereka menanyai Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang roh. Tetapi Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diam, tidak menjawab sepatah kata pun terhadap mereka. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Saya menyadari bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang menerima wahyu, maka saya diam di tempat.” Setelah wahyu selesai, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacakannya, yaitu firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku.”, hingga akhir ayat.
Konteks ayat ini jelas menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan di Madinah, diturunkan ketika orang-orang Yahudi menanyakan kepadanya tentang roh, sekalipun surat ini adalah surat Makiyyah.
Sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa barangkali ayat ini diturunkan di Madinah untuk yang kedua kalinya, sebelumnya memang ayat ini pernah diturunkan di Mekah. Atau barangkali makna yang dimaksud dari hadis di atas bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab pertanyaan mereka dengan membacakan ayat ini yang telah diturunkan sebelumnya, yaitu firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh., hingga akhir ayat.
Dan yang menunjukkan bahwa ayat tersebut diturunkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Mekah, ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam salah satu hadis yang diketengahkannya.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria, dari Daud, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah mengatakan kepada orang-orang Yahudi, “Berikanlah kepada kami sesuatu pertanyaan yang akan kami ajukan kepada lelaki ini.” Orang-orang Yahudi menjawab, “Tanyailah dia tentang roh.” Lalu orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang masalah roh. Maka turunlah firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan, melainkan sedikit.”
Orang-orang Yahudi berkata, “Kami telah diberi pengetahuan yang banyak, kami telah diberi kitab Taurat, dan barang siapa yang diberi kitab Taurat, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Katakanlah, “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu. (Al Kahfi:109), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Muhammad ibnul Musanna, dari Abdul A’la, dari Daud, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ahli Kitab pernah bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang roh, maka Allah menurunkan firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh., hingga akhir ayat.
Mereka mengatakan, “Kamu menduga bahwa tidaklah kami diberi pengetahuan kecuali sedikit, padahal kami telah diberi kitab Taurat, dan kitab Taurat itu adalah hikmah.” Mereka bermaksud seperti apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. (Al Baqarah:269) Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta) ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi). (Luqman:27), hingga akhir ayat. Selanjutnya Ikrimah mengatakan bahwa pengetahuan yang telah diberikan kepada kalian yang membuat kalian diselamatkan oleh Allah dari neraka berkat pengetahuan itu. Maka hal itu adalah pemberian yang banyak lagi baik, tetapi hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit.
Muhammad Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang temannya, dari Ata ibnu Yasar yang mengatakan bahwa ayat berikut ini diturunkan di Mekah, yaitu firman-Nya: dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Al- Isra: 85) Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hijrah ke Madinah, orang-orang alim Yahudi datang kepadanya dan bertanya, “Hai Muhammad, telah sampai kepada kami berita yang mengatakan bahwa engkau telah mengatakan:
…dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.’
Apakah yang engkau maksudkan adalah kami, ataukah kaummu sendiri?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Saya bermaksud kepada semuanya.” Mereka berkata, “Sesungguhnya engkau telah membaca tentang kami, bahwa kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hal itu menurut pengetahuan Allah dianggap sedikit, dan sesungguhnya Allah telah mendatangkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian mengamalkannya, tentulah kalian beroleh manfaat (yang banyak). Dan Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman:27)
Para ulama berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini, seperti keterangan berikut:
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan roh ialah arwah Bani Adam.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. , hingga akhir ayat.
Demikian itu terjadi ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang roh. Mereka mengatakan, “Ceritakanlah kepada kami tentang roh. Bagaimanakah roh yang ada di dalam jasad disiksa, padahal sesungguhnya roh itu berasal dari Allah?” Saat itu belum pernah ada suatu wahyu pun yang diturunkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengenainya, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak menjawab sepatah kata pun. Kemudian datanglah Malaikat Jibril dan menyampaikan wahyu kepadanya, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Kemudian Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyampaikan wahyu itu kepada mereka (orang-orang Yahudi), dan mereka mengatakan, “Siapakah yang menyampaikan hal itu kepadamu?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Jibril telah datang kepadaku menyampaikannya dari sisi Tuhanku.” Mereka menjawab Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Demi Allah, tiada yang mengatakannya kepadamu melainkan musuh kami.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: Katakanlah, “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya. (Al Baqarah:97)
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah Malaikat Jibril. Demikianlah menurut Qatadah, dan Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Abbas menyembunyikan makna yang dimaksud dari ayat ini.
Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat yang sangat besar, yang besarnya sama dengan semua makhluk Allah.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
bahwa yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah malaikat.
Abu Ja’far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ali, telah menceritakan kepadaku Abdullah, telah menceritakan kepadaku Abu Marwan Yazid ibnu Samurah, dari orang yang menceritakan kepadanya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Ali r.a. mengatakan bahwa roh adalah malaikat yang mempunyai tujuh puluh ribu muka, tiap-tiap muka mempunyai tujuh puluh ribu lisan, dan tiap-tiap lisan dapat mengucapkan seribu bahasa, Ia bertasbih kepada Allah dengan memakai semua bahasa itu. Allah menciptakan seorang malaikat dari tiap tasbih yang diucapkannya, lalu malaikat itu terbang bersama malaikat lainnya hingga hari kiamat. Asar ini garib lagi aneh.
As-Suhaili mengatakan, telah diriwayatkan dari Ali bahwa ia pernah mengatakan, “Roh adalah malaikat yang mempunyai seratus ribu kepala, tiap kepala mempunyai seratus ribu wajah, tiap wajah mempunyai seratus ribu mulut, dan setiap mulut mempunyai seratus ribu lisan, semuanya bertasbih menyucikan Allah dengan berbagai macam bahasa.
As- Suhaili mengatakan bahwa menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan roh ialah segolongan malaikat yang rupanya seperti manusia. Menurut pendapat lainnya lagi, roh adalah segolongan malaikat yang dapat melihat malaikat lainnya, tetapi para malaikat tidak dapat melihat mereka. Mereka sama halnya dengan malaikat bagi manusia (yakni tidak terlihat).
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku.”
Artinya, hanya Allah sajalah yang mengetahuinya, dan hal itu termasuk sesuatu yang sengaja hanya diketahui oleh-Nya, tidak untuk kalian. Untuk itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
…dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.
Yakni apa yang diperlihatkan-Nya kepada kalian dari pengetahuan-Nya tiada lain hanyalah sedikit saja, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menguasai sesuatu dari pengetahuan-Nya melainkan menurut apa yang dikehendaki-Nya. Mahasuci lagi Mahatinggi Dia. Makna yang dimaksud ialah sesungguhnya pengetahuan kalian amatlah sedikit bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah. Dan apa yang kalian tanyakan tentang roh, hal ini merupakan suatu perkara yang hanya diketahui oleh-Nya. Dia tidak memperlihatkannya kepada kalian, sebagaimana Dia tidak memperlihatkan kepada kalian dari sebagian pengetahuannya melainkan hanya sedikit saja.
Dalam kisah Musa dan Khidir akan disebutkan bahwa Khidir memandang ke arah seekor burung pipit yang hinggap di pinggir perahu yang dinaiki keduanya, lalu burung pipit itu minum seteguk air dari sungai (laut) itu dengan paruhnya. Maka Khidir berkata, “Hai Musa, tiadalah pengetahuanku dan pengetahuanmu serta pengetahuan semua makhluk bila dibandingkan dengan pengetahuan Allah, melainkan sama halnya dengan apa yang diambil oleh burung pipit ini dari laut itu dengan laut itu sendiri.” Atau hal lainnya yang semakna. Karena itulah disebutkan pada akhir ayat ini oleh firman-Nya:
…dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.
As-Suhaili mengatakan, sebagian ulama mengatakan bahwa Allah tidak menjawab pertanyaan mereka karena mereka mengajukan pertanyaannya dengan nada ingkar. Menurut pendapat yang lainnya lagi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawabnya.
As-Suhaili mengemukakan alasannya, bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Al Israa’:85) Yakni termasuk sebagian dari syariat-Nya. Dengan kata lain, masuklah kalian ke dalam agama-Nya, karena sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa tiada jalan untuk mengetahui masalah ini melalui keahlian ataupun filsafat. Sesungguhnya pengetahuan mengenainya hanya dapat diperoleh melalui syariat-Nya. Akan tetapi, alasan yang dikemukakan oleh As-Suhaili dan pandangannya ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Kemudian As- suhaili mengatakan bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama terjadi pula sehubungan dengan definisi roh. Ada yang mengatakan bahwa roh itu adalah jiwa, ada pula yang mengatakan selain itu. Hanya As-Suhaili pada akhirnya menyimpulkan bahwa roh itu adalah suatu zat yang lembut seperti udara, ia beredar di seluruh tubuh bagaikan aliran air di dalam akar-akar pohon.
As-Suhaili menyimpulkan pula bahwa roh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam janin adalah jiwa, tetapi dengan syarat bahwa penggabungan roh tersebut dengan tubuh menimbulkan reaksi munculnya sifat-sifat yang terpuji atau sifat-sifat yang tercela. Oleh karena itu, jiwa itu ada yang diberi nama jiwa yang tenang (baik) atau jiwa yang labil yang selalu memerintahkan kepada keburukan.
As-Suhaili melanjutkan analisisnya, bahwa hal itu terjadi seperti halnya air yang menjadi kehidupan bagi pohon, kemudian setelah air itu menyatu dengan pohon, maka menghasilkan nama (istilah) tersendiri. Dengan kata lain, apabila air berada di dalam buah anggur, lalu diperas, maka air yang dihasilkan darinya dinamakan minuman perasan anggur atau dapat pula dijadikan sebagai khamr. Dalam keadaan seperti itu ia tidak dapat dikatakan sebagai air, melainkan dalam ungkapan kiasan.
Jiwa tidak dapat pula dikatakan sebagai roh, melainkan melalui ungkapan kiasan, sebagaimana tidak dapat pula dikatakan bahwa roh adalah jiwa, melainkan berdasarkan pertimbangan kausalitasnya.
Kesimpulan dari apa yang telah kami kemukakan ialah bahwa sesungguhnya roh itu adalah asal-usul jiwa. Jiwa adalah terbentuk akibat menyatunya roh dengan tubuh. Dengan demikian, istilah roh hanyalah dipandang dari salah satu aspeknya saja, bukan dari semua aspeknya.
Hal ini merupakan pendapat yang cukup baik.
Menurut kami, banyak kalangan ulama yang membahas masalah roh, yakni tentang hakikat roh dan ciri-ciri khasnya. Mereka menulis kitab-kitab yang menerangkan tentang masalah ini, diantaranya tulisan yang terbaik mengenai masalah ini dibuat oleh Al-Hafiz ibnu Mandah di dalam kitabnya yang berjudul Sami’nahu fir Ruhi.
(85) Ayat ini mengandung cara untuk membungkam orang-orang yang suka bertanya-tanya tentang permasalahan yang tidak dimaksudkan melainkan untuk menentang dan melumpuhkan, tidak menanyakan permasalahan yang penting. Mereka menanya-kan tentang ruh yang merupakan perkara yang tersembunyi yang tidak setiap orang mengetahuinya secara baik mengenai sifat dan keadaannya. Padahal mereka itu adalah orang yang dangkal ter-hadap ilmu yang dibutuhkan seorang hamba.
Oleh karenanya, Allah memerintahkan RasulNya untuk men-jawab pertanyaan mereka dengan FirmanNya, قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ “Ka-takanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku’,” maksudnya termasuk dari ciptaanNya yang (jika) Allah perintahkan untuk menjadi ber-wujud maka jadilah ia. Pertanyaan tentang ruh tidak terlalu ber-faidah, lantaran kalian tidak mengetahui ilmu lainnya (yang harus diketahui).
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwasanya apabila seseorang itu ditanya tentang suatu perkara, padahal ada hal yang lebih pen-ting untuk diketahui si penanya, maka hendaklah dia mengalihkan jawabannya, menunjukkannya dengan hal yang lebih dibutuhkan oleh si penanya dan mengarahkannya pada hal yang bermanfaat baginya.
Dan mereka, yakni orang-orang kafir mekah bertanya kepadamu wahai nabi Muhammad tentang roh, apakah hakikat roh itu. Katakanlah, roh itu termasuk urusan tuhanku, hanya dia yang mengetahui hakikat roh itu dan tidaklah kamu wahai manusia diberi pengetahuan kecuali sedikit dibandingkan dengan keluasan objek yang diketahui atau dibandingkan dengan ilmu Allah. Dan sesungguhnya jika kami menghendaki, niscaya kami lenyapkan, kami hapus dari hatimu apa yang telah kami wahyukan kepadamu, wahai nabi Muhammad, dan engkau tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap keputusan kami, melenyapkan apa yang kami wahyukan kepadamu. Tetapi pelenyapan itu tidak akan terjadi, dan yang demikian itu tidak lain, .
Al-Isra Ayat 85 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Isra Ayat 85, Makna Al-Isra Ayat 85, Terjemahan Tafsir Al-Isra Ayat 85, Al-Isra Ayat 85 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Isra Ayat 85
Tafsir Surat Al-Isra Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)