{16} An-Nahl / النحل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الكهف / Al-Kahfi {18} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Isra الإسراء (Memperjalankan Di Waktu Malam) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 17 Tafsir ayat Ke 110.
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَـٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١١٠﴾
qulid’ullāha awid’ur-raḥmān, ayyam mā tad’ụ fa lahul-asmā`ul-ḥusnā, wa lā taj-har biṣalātika wa lā tukhāfit bihā wabtagi baina żālika sabīlā
QS. Al-Isra [17] : 110
Katakanlah (Muhammad), “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma‘ul husna) dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam shalat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu.”
Katakanlah, wahai Rasul, kepada orang-orang musyrik kaummu yang mengingkari doa yang kamu panjatkan, dengan mengucapkan, ya Allah, ya Rahman. Berdoalah kepada Allah, atau berdoalah kepada ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja dari nama-nama-Nya yang kalian seru, maka sesungguhnya kalian berseru kepada satu Rabb: karena semua nama-Nya adalah husna (mahaindah). Jangan mengeraskan bacaan dalam shalatmu, sehingga orang-orang musyrik mendengarnya, dan janganlah pula merendahkannya, sehingga para sahabatmu tidak mendengarnya. Hendaklah kamu bersikap pertengahan antara jahar (keras) dan berbisik.
Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.
Lalu lelaki musyrik itu berkata bahwa sesungguhnya dia menduga dirinya menyeru Tuhan yang satu, padahal dia menyeru dua Tuhan. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan ayat ini.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Kedua riwayat tersebut diketengahkan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. , hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa ayat berikut ini diturunkan saat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sedang bersembunyi di Mekah, yaitu firman-Nya:
…dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan jangan pula merendahkannya.
Bahwa apabila Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ salat dengan sahabat-sahabatnya, maka beliau mengeraskan bacaan Al-Qur’annya, dan manakala kaum musyrik mendengar bacaannya itu, mereka mencaci Al-Qur’an dan mencaci Tuhan yang menurunkannya serta malaikat yang menyampaikannya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada Nabi-Nya:
…dan janganlah kamu mengeraskan suaramu.
Maksudnya, janganlah kamu mengeraskan bacaan Al-Qur’anmu, nanti orang-orang musyrik akan mendengarnya dan mereka akan mencaci Al-Qur’an karenanya.
…dan janganlah pula kamu merendahkannya.
Yakni memelankan bacaanmu dari sahabat-sahabatmu, sehingga mereka tidak dapat mendengarkan bacaan Al-Qur’anmu, padahal mereka menerimanya dari bacaanmu.
…dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Abu Bisyr Ja’far ibnu Iyas dengan sanad yang sama.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas, yang di dalam riwayatnya disebutkan tambahan, yaitu bahwa setelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hijrah ke Madinah, maka gugurlah perintah tersebut. Dengan kata lain, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ boleh melakukannya bila menghendaki.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Daud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pada mulanya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selalu membaca Al-Qur’an dalam salatnya dengan bacaan yang keras, dan orang-orang meninggalkannya serta tidak mau mendengarkan bacaannya. Dan bilamana seseorang hendak mendengarkan bacaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam salatnya, maka ia terpaksa harus mencuri-curi dengar karena takut kepada orang-orang musyrik. Apabila orang-orang musyrik mengetahui bahwa dia mendengar bacaan Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka dia pergi karena takut disakiti oleh mereka dan tidak mau mendengarkannya lagi. Dan apabila Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ merendahkan bacaannya, maka orang-orang yang mendengarkan bacaannya tidak dapat mengambil suatu manfaat pun dari bacaannya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
…dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu.
yang menyebabkan orang-orang kafir yang simpati kepadamu bubar meninggalkanmu. dan janganlah pula merendahkannya.
sehingga orang-orang yang mencuri dengar dari bacaanmu dari kalangan mereka tidak dapat mendengarnya, karena barangkali sebagian dari mereka memperhatikan sebagian dari apa yang didengarnya darimu dan beroleh manfaat darinya.
…dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, dan Qatadah, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan masalah bacaan dalam salat.
Syu’bah telah meriwayatkan dari Asy’as ibnu Salim, dari Al-Aswad ibnu Hilal, dari Ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna firman-Nya:
…dan janganlah pula merendahkannya.
terhadap orang yang membuka telinganya lebar-lebar untuk mendengarkannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, dari Salamah ibnu Alqamah, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar berita bahwa sahabat Abu Bakar apabila salat merendahkan bacaan Al-Qur’annya, sedangkan sahabat Umar mengeraskan bacaan Al-Qur’annya. Maka dikatakan kepada Abu Bakar, “Mengapa engkau lakukan hal itu?” Abu Bakar menjawab, “Saya sedang bermunajat kepada Tuhanku, dan Dia mengetahui keperluanku.” Lalu dikatakan kepadanya, “Engkau baik.” Dan dikatakan kepada Umar, “Mengapa engkau lakukan hal itu?” Umar menjawab, “Saya sedang mengusir setan dan melenyapkan rasa kantuk.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau baik.” Dan ketika firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى diturunkan, yaitu: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu, dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Al Israa’:110) maka dikatakan kepada Abu Bakar, “Angkatlah sedikit suara bacaanmu.” Dan dikatakan kepada Umar, “Rendahkanlah sedikit suara bacaanmu.”
Asy’as ibnu Siwar telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan berdoa.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Sauri dan Malik, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a., bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan doa. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Abu Iyad, Makhul, dan Urwah ibnuz Zubair.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Ibnu Ayyasy Al-Amiri, dari Abdullah ibnu Syaddad yang menceritakan bahwa pernah ada seorang Badui dari kalangan Bani Tamim apabila mengucapkan salam kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ lalu ia mengiringinya dengan doa, “Ya Allah, berilah saya rezeki berupa ternak unta dan anak.” Maka turunlah ayat ini: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya. (Al Israa’:110)
Pendapat lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Gayyas, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan bacaan tasyahhud, yaitu firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya. (Al Israa’:110)
Pendapat lain. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya. (Al Israa’:110) Maksudnya, janganlah kamu salat karena ingin dilihat oleh orang-orang, janganlah pula kamu meninggalkannya karena takut terhadap orang-orang kafir.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula kamu merendahkannya. (Al Israa’:110) Bahwa janganlah kamu melakukannya dengan baik secara terang-terangan, lalu melakukannya dengan buruk di kala sendirian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama. Hisyam telah meriwayatkannya dari Auf, dari Al-Hasan dengan sanad yang sama, dan Sa’id meriwayatkannya dari Qatadah, dari Al-Hasan dengan sanad’yang sama pula.
Pendapat lain. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan carilah jalan tengah di antara kedua itu. (Al Israa’:110) Bahwa orang-orang Ahli Kitab itu selalu merendahkan bacaan kitab mereka bilamana ada seseorang dari mereka mengeraskan bacaan suatu kalimat dari kitabnya dengan suara yang keras, maka orang-orang yang mengikutinya membacanya dengan keras pula di belakangnya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melarang Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengeraskan suara dalam bacaannya seperti yang dilakukan orang-orang ahli kitab, dan melarang pula merendahkannya seperti yang dilakukan mereka. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberinya jalan pertengahan di antara keduanya, yang hal ini dicontohkan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ oleh Malaikat Jibril a.s. dalam salatnya.
(110) Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman kepada para hambaNya, قُلِ ادْعُوا اللّٰهَ اَوِ ادْعُوا الرَّحْمٰنَۗ “Serulah Allah atau serulah ar-Rahman,” maksudnya nama mana saja yang kamu kehendaki اَيًّا مَّا تَدْعُوْا فَلَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۚ “dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).” Allah tidak mempunyai nama yang tidak baik sehingga Dia (perlu) melarang berdoa dengan nama itu. [Bahkan], nama-nama Allah mana saja yang kamu gunakan untuk menyeru-Nya, niscaya tujuannya akan tercapai. Dan seyogyanya, apabila berdoa, hendaklah disebutkan dalam setiap permintaan dengan permohonan yang sesuai dengan nama-nama itu.
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu,” maksudnya bacaanmu, وَلَا تُخَافِتْ بِهَا “dan janganlah pula merendahkannya,” masing-masing dua perkara ini mengandung unsur yang terlarang. Adapun bacaan yang keras, maka apabila orang-orang musyrik yang ingkar itu mendengarnya, tentu mereka akan mencelanya dan mencela orang yang membacanya. Sedangkan bacaan yang pelan, maka orang-orang yang ingin mendengarkan-nya (secara diam-diam) tidak akan bisa merealisasikan maksud-nya. وَابْتَغِ بَيْنَ ذٰلِكَ “Dan carilah di antara kedua itu,” yaitu antara menge-raskan bacaan dan memelankannya, سَبِيْلًا “jalan,” yaitu jalan te-ngah di antara keduanya.
Katakanlah wahai nabi Muhammad kepada orang-orang musyrik mekah, serulah Allah atau serulah ar-rahma’n, dia yang maha pengasih. Jangan ragu engkau menyeru dengan kedua nama itu, sebab keduanya adalah nama tuhan. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena dia mempunyai nama-nama yang terbaik, yakni asma’ul-a’usna’, sebutlah salah satu dari nama itu atau semuanya tidaklah berarti engkau mengakui berbilangnya zat tuhan, sebab berbilangnya nama tidak berarti berbilangnya zat tuhan, dan selanjutnya katakanlah kepada mereka janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat, agar orangorang musyrik mekah tidak menyakitimu dan menghina agamamu, dan janganlah pula merendahkannya sehingga tidak terdengar suaramu sama sekali, dan usahakan jalan tengah di antara kedua itu, yakni tidak mengeraskan suara dalam salat dan tidak pula merendahkan suaranya. Dan katakanlah wahai nabi Muhammad, segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak, sebagaimana dikatakan orang-orang yahudi bahwa malaikat adalah anak-anak Allah, dan demikian pula dipercaya oleh orang-orang nasrani bahwa nabi isa adalah anak Allah, dan tidak pula mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya, sebagaimana dipercaya oleh kaum musyrik yang percaya kepada tuhan-tuhan selain Allah, dan dengan demikian, dia tidak memerlukan penolong dari kehinaan yang dilontarkan oleh siapa pun yang menghina-Nya. Hanya dia saja yang mahaagung dan oleh karena itu agungkanlah dia seagung-agungnya.
Al-Isra Ayat 110 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Isra Ayat 110, Makna Al-Isra Ayat 110, Terjemahan Tafsir Al-Isra Ayat 110, Al-Isra Ayat 110 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Isra Ayat 110
Tafsir Surat Al-Isra Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111