{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 6.
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَـٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا ﴿٦﴾
fa la’allaka bākhi’un nafsaka ‘alā āṡārihim il lam yu`minụ bihāżal-ḥadīṡi asafā
QS. Al-Kahfi [18] : 6
Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).
Mungkin kamu, wahai Rasul, akan membinasakan dirimu karena bersedih terhadap pengaruh kaummu yang berpaling darimu, ketika mereka tidak membenarkan dan mengamalkan al-Qur’an ini.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menghibur hati Rasul-Nya dalam kesedihannya menghadapi sikap kaum musyrik, karena mereka tidak mau beriman dan menjauhinya, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. (Faathir’:8)
dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka. (An Nahl:127)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman. (Asy Syu’ara:3)
Bakhi’un, membinasakan diri sendiri, karena sedih melihat mereka tidak mau beriman.
Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an). (Al Kahfi:6)
Yang dimaksud dengan keterangan adalah Al-Qur’an. Asafan artinya kecewa, yakni janganlah kamu membinasakan (merusak) dirimu sendiri karena kecewa.
Qatadah mengatakan, yang dimaksud dengan asafab ialah membunuh diri sendiri karena marah dan bersedih hati terhadap mereka yang tidak mau beriman.
Mujahid mengatakan, maknanya ialah kecewa.
Pada garis besarnya semua makna yang telah disebutkan di atas mirip pengertiannya, yang kesimpulannya dapat dikatakan sebagai berikut: “Janganlah kamu buat dirimu kecewa terhadap mereka yang tidak mau beriman kepadamu, melainkan sampaikanlah risalah Allah. Barang siapa yang mau menerimanya sebagai petunjuk, maka manfaatnya buat dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat dari mereka, maka sesungguhnya dia menyesatkan dirinya sendiri. Janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.”
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa Dia telah menjadikan dunia ini kampung yang fana yang dihiasi dengan perluasan yang fana pula pada akhirnya. Dan sesungguhnya dunia berikut kegerlapannya ini hanya dijadikan oleh Allah sebagai kampung ujian, bukan kampung menetap.
(6) Ketika Rasulullah mempunyai animo tinggi untuk mem-berikan hidayah kepada manusia, berupaya sekuat tenaga untuk mencapainya, maka beliau bergembira dan bersuka cita dengan ter-capainya kesadaran hidayah pada orang-orang, dan (sebaliknya) bersedih hati serta berduka cita terhadap orang-orang yang men-dustakan lagi sesat karena rasa iba dan kasihan beliau kepada me-reka, maka Allah membimbing beliau supaya tidak menyibukkan dirinya dengan rasa iba kepada orang-orang yang tidak beriman terhadap al-Qur`an ini. Sebagaimana Allah berfirman dalam [ayat] yang lain,
لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ
“Boleh jadi engkau (Muhammad) akan membinasakan dirimu (de-ngan kesedihan) karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman.” (Asy-Syu’ara`: 3).
Dan Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ
“Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” (Fathir: 8).
Di sini Allah berfirman, فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ “maka (apakah) barang-kali kamu akan membunuh dirimu,” maksudnya membinasakan diri-mu disebabkan kegalauan hati dan rasa prihatin kepada mereka. Padahal pahalamu sudah pasti ditanggung oleh Allah, sedangkan mereka itu, seandainya Allah mengetahui ada kebaikan pada diri mereka, niscaya Allah akan memberi mereka petunjuk. Akan tetapi, Allah mengetahui bahwa mereka tidak pantas kecuali untuk api neraka saja. Oleh karena itu, Allah menelantarkan mereka, tidak memberikan hidayah kepada mereka. Maka, perhatianmu (yang menyita) dirimu lantaran kepedihan hati dan keprihatinan kepada mereka tidak ada gunanya bagimu.
Dalam ayat ini dan ayat yang semisalnya terdapat pelajaran, bahwa orang yang diperintahkan menyeru manusia ke jalan Allah, wajib baginya menyampaikan dan berupaya menempuh segala cara yang dapat mengantarkan menuju jalan hidayah, menutup semua jalan kesesatan dan kebinasaan dengan kemampuan maksi-malnya, dilandasi dengan bertawakal kepada Allah. Jika mereka mendapatkan petunjuk, maka alangkah indahnya kenikmatan hi-dayah itu. Kalau tidak, maka tidak perlu bersedih dan berduka cita. Sebab, perasaan itu dapat melemahkan jiwa dan menghancurkan kekuatan. Tidak ada faidahnya. Justru, (sebaiknya) tetap menerus-kan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dan berjalan ke arah sana. Adapun selain itu, maka di luar batas kemampuannya. Jika Nabi Muhammad saja diberi Firman oleh Allah,
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi….” (Al-Qashash: 56),
dan Musa ‘alaihissalam berkata,
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ لَآ اَمْلِكُ اِلَّا نَفْسِيْ وَاَخِيْ
“Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudara-ku….” (Al-Ma`idah: 25), maka orang-orang selain mereka termasuk yang lebih utama (untuk memahami hal itu). Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ * لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (Al-Ghasyiyah: 21-22).
Maka akibat ucapan dan perbuatan kaum musyrikin itu, barangkali engkau wahai nabi Muhammad akan membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati dan sangat kecewa setelah mereka berpaling dari dirimu dan menolak tuntunan yang engkau sampaikan, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini, yakni Al-Qur’an. Wahai nabi Muhammad, janganlah bersedih hati karena perkataan dan perbuatan mereka. Engkau hanya diutus menyampaikan wahyu kepada mereka, dan tidak dibebankan kepadamu menjadikan mereka beriman. Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi, yakni beraneka macam hewan, tumbuh-tumbuhan dan kekayaan alam yang tersimpan di dalamnya sebagai perhiasan baginya, yakni bagi bumi dan indah dipandang oleh manusia, untuk kami menguji mereka, di dalam menyikapi keindahan bumi dengan segala isinya. Dengan demikian, kami mengetahui secara nyata siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya, dan siapa yang jahat dan durhaka kepada tuhannya.
Al-Kahfi Ayat 6 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 6, Makna Al-Kahfi Ayat 6, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 6, Al-Kahfi Ayat 6 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 6
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)