{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 14.
وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَـٰهًا ۖ لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا ﴿١٤﴾
wa rabaṭnā ‘alā qulụbihim iż qāmụ fa qālụ rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan nad’uwa min dụnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭā
QS. Al-Kahfi [18] : 14
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.”
Kami kuatkan hati mereka dengan iman, dan Kami teguhkan tekad mereka dengannya, ketika mereka berdiri di hadapan raja kafir (Kaisar Hadrianus dan Raja Dikyanus), saat dia mencela mereka karena meninggalkan penyembahan terhadap berhala, lalu berkata kepadanya: Rabb kami yang kami sembah adalah Rabb langit dan bumi. Kami tidak akan menyembah sembahan-sembahan selain-Nya. Seandainya kami mengatakan selain ini, berarti kami telah mengucapkan perkataan yang zalim lagi sangat jauh dari kebenaran.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi.”
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang mereka, “Kami buat mereka dapat bertahan dalam menentang kaumnya dan seluruh penduduk kota tempat tinggal mereka, serta Kami jadikan mereka dapat bersabar dan rela meninggalkan kehidupan makmur dan mewah yang bergelimang dengan kenikmatan di kalangan kaumnya.”
Kalangan Mufassirin —baik dari golongan ulama Salaf maupun Khalaf, bukan hanya seorang dari mereka— mengatakan bahwa mereka (yakni para pemuda itu) terdiri atas kalangan anak-anak para pembesar Kerajaan Romawi dan pemimpinnya. Disebutkan pula bahwa pada suatu hari mereka keluar menuju tempat perayaan kaumnya, setiap tahun kaumnya selalu mengadakan perayaan di suatu tempat yang terletak di luar kota mereka.
Mereka adalah para penyembah berhala dan Tagut, dan selalu mengadakan kurban penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka. Raja mereka saat itu adalah seorang yang diktator lagi keras kepala, bernama Dekianus. Ia menganjurkan rakyatnya untuk melakukan hai tersebut, menyeru serta memerintah mereka Untuk menyembah berhala dan berkurban untuk berhala.
Ketika orang-orang keluar menuju tempat pertemuan mereka dalam hari raya itu, para pemuda tersebut ikut keluar bersama bapak-bapak mereka dan kaumnya untuk menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaumnya dengan mata kepala sendiri.
Setelah menyaksikan perayaan itu, mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya —yaitu bersujud kepada berhala dan berkurban untuknya— tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Maka para pemuda itu meloloskan diri masing-masing dari kaumnya dan memisahkan diri di tempat yang terpisah jauh dari mereka. Pada mulanya seseorang dari mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain ikut duduk bergabung dengannya. Kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal di antara sesama mereka.
Sesungguhnya motivasi yang mendorong mereka berkumpul di tempat itu tiada lain dorongan hati mereka yang beriman, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta’liq, melalui hadis Yahya ibnu Sa’id, dari Amrah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Roh-roh itu bagaikan tentara yang terlatih, maka yang mana di antaranya yang kenal akan menjadi rukun, dan yang mana di antaranya yang tidak kenal akan bertentangan.
Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui riwayat Suhail, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan orang-orang mengatakan bahwa kebangsaan adalah motivasi persatuan.
Masing-masing dari mereka menutup diri dari yang lainnya karena takut pribadinya terbuka, sedangkan dia tidak mengetahui apakah temannya itu seakidah dengannya ataukah tidak? Akhirnya salah seorang dari mereka memberanikan diri mengatakan, “Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya masing-masing.”
Seseorang dari mereka menjawab, “Sesungguhnya saya, demi Allah, setelah melihat apa yang dilakukan oleh kaum saya menyimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan itu batil. Karena sesungguhnya yang berhak disembah semata dan tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu hanyalah Allah, Yang telah menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya.”
Yang lainnya mengatakan, “Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang dia katakan,” dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka semua sepakat dalam suatu kalimat dan ternyata mereka senasib dan sepenanggungan, mereka menjadi bersaudara yang sebenarnya dalam ikatan iman. Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah.
Tetapi kaum mereka mengetahuinya dan melaporkan keadaan mereka kepada raja mereka. Raja memanggil mereka, lalu menanyai urusan mereka dan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk menyembah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena itulah dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
…dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia.”
Kata lan menunjukkan makna negatif untuk selamanya, yakni kami sama sekali tidak akan melakukan penyembahan kepada selain-Nya untuk selama-lamanya. Karena sesungguhnya jika kami berbuat demikian, tentulah apa yang kami lakukan itu adalah hal yang batil. Maka pada akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
“Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.”
Yakni batil, dusta, dan bohong.
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka).” (Al Kahfi:15)
Dengan kata lain, tidaklah mereka mengemukakan alasan yang jelas dan benar untuk membuktikan kebenaran pendapat mereka yang demikian itu.
(14) وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ “Dan Kami telah meneguhkan hati mereka,” maksudnya Kami mencurahkan kesabaran pada mereka dan mene-guhkan mereka, serta menjadikan hati mereka tentram dalam kon-disi yang mencemaskan itu. Ini merupakan (cermin) sifat kelembut-an dan kebaikan Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada mereka, dalam bentuk memberi-kan taufik kepada mereka menuju keimanan, petunjuk, kesabaran, keteguhan, dan ketenangan. اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ “Di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, ‘Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi,” maksudnya yang telah menciptakan kami, memberi kami rizki, yang mengatur dan mendidik kami, Dia-lah Sang Pencipta langit dan bumi, Yang Mahatunggal dengan penciptaan makhluk-makhluk yang sangat besar ini. Bukan berhala-berhala dan patung-patung itu, yang tidak bisa menciptakan, memberi rizki, memiliki manfaat dan mudharat, mematikan dan menghidupkan, dan tidak pula dapat membangkitkan. Mereka (para pemuda itu) mengguna-kan dalil tentang tauhid rububiyyah untuk menunjukkan kepada tauhid uluhiyyah. Oleh karena itu, mereka mengatakan, نْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا “Kami sekali-kali tidak menyeru tuhan selain Dia,” yaitu dari seluruh makhluk. لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا “Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan,” maksudnya jika kami menyeru sesembahan bersama-Nya setelah kami mengetahui bahwa Dia adalah Rabb, sesembahan, yang ibadah tidak boleh dan tidak layak kecuali (hanya) bagiNya شَطَطًا “perkataan yang amat jauh dari kebenaran,” yaitu penyim-pangan yang sangat besar dari al-Haq dan jalan yang sangat jauh dari kebenaran. Mereka telah memadukan antara pengakuan ter-hadap tauhid rububiyyah dengan tauhid uluhiyyah dan konsisten dengannya disertai dengan penjelasan bahwa Allah-lah Dzat Yang Haq, sedangkan selainNya merupakan kebatilan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengenal Rabb mereka dan adanya tambahan hidayah pada mereka.
Dan kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri tampil di hadapan kaumnya atau di hadapan penguasa yang menindas dan memaksa agar mereka menyekutukan Allah, akan tetapi mereka menolaknya lalu mereka berkata, menyatakan keteguhan hatinya, tuhan kami adalah tuhan pencipta dan pemelihara langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain dia dan tidak menyembah-Nya. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, yakni kalau kami menyeru dan menyembah tuhan selain Allah, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran. Lalu mereka menunjukkan kepada kaumnya bahwa mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan (untuk disembah) selain dia. Mereka menyekutukan Allah tanpa suatu bukti dan alasan yang jelas. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas tentang kepercayaan mereka, sebagaimana kami tunjukkan bukti-bukti yang nyata tentang kekuasaan Allah, tuhan kami’ maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah’ sungguh, mereka itulah orang-orang yang zalim karena mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Al-Kahfi Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 14, Makna Al-Kahfi Ayat 14, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 14, Al-Kahfi Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 14
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)