{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 22.
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ ۖ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا ﴿٢٢﴾
sayaqụlụna ṡalāṡatur rābi’uhum kalbuhum, wa yaqụlụna khamsatun sādisuhum kalbuhum rajmam bil-gaīb, wa yaqụlụna sab’atuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur rabbī a’lamu bi’iddatihim mā ya’lamuhum illā qalīl, fa lā tumāri fīhim illā mirā`an ẓāhiraw wa lā tastafti fīhim min-hum aḥadā
QS. Al-Kahfi [18] : 22
Nanti (ada orang yang akan) mengatakan, ”(Jumlah mereka) tiga (orang), yang ke empat adalah anjingnya,” dan (yang lain) mengatakan, “(Jumlah mereka) lima (orang), yang ke enam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan, “(Jumlah mereka) tujuh (orang), yang ke delapan adalah anjingnya.” Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” Karena itu janganlah engkau (Muhammad) berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja dan jangan engkau menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada siapa pun.
Kelak sebagian orang yang larut dalam pembicaraan tentang perihal mereka, yaitu Ahli Kitab, akan mengatakan: Mereka berjumlah tiga orang, yang keempat dari mereka adalah anjing mereka. Golongan yang lain mengatakan: Mereka berjumlah lima orang, yang keenam dari mereka adalah anjing mereka. Perkataan kedua golongan itu hanyalah terkaan tanpa bukti. Golongan yang ketiga mengatakan: Mereka berjumlah tujuh orang, dan yang kedelapan dari mereka adalah anjing mereka. Katakanlah wahai Rasul: Rabbbkulah yang lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada orang yang mengetahui jumlah mereka kecuali sedikit dari makhluk-Nya. Karena itu, janganlah kamu berbantah-bantahan dengan Ahli Kitab tentang jumlah mereka, kecuali pembantahan secara lahiriahnya saja, bukan secara mendalam, dengan menceritakan kepada mereka wahyu yang telah disampaikan kepadamu itu saja. Jangan bertanya kepada mereka tentang jumlah mereka dan ihwal mereka, karena mereka tidak mengetahui hal itu.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menceritakan tentang perselisihan pendapat di kalangan orang-orang sehubungan dengan kisah para peronda penghuni gua itu. Pendapat mereka ada tiga, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pendapat yang keempat, dan bahwa pendapat yang pertama dan yang kedua adalah lemah, sebab disebutkan oleh firman-Nya:
…sebagai terkaan terhadap barang yang gaib.
Yakni pendapat yang tidak berlandaskan kepada pengetahuan. Perihalnya sama dengan seseorang yang membidikkan anak panahnya ke arah yang tidak diketahuinya, maka sesungguhnya lemparan panahnya itu tidak akan mengenai sasaran, dan jika mengenai sasaran, maka hanya karena kebetulan.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan pendapat yang ketiga, lalu tidak memberi komentar terhadapnya atau secara tidak langsung sebagai pengakuan akan kebenarannya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
…yang kedelapan adalah anjingnya.
Hal ini menunjukkan kebenaran pendapat yang ketiga, dan bahwa memang itulah kenyataannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka.
Suatu petunjuk yang menyatakan bahwa hal yang terbaik dalam menghadapi masalah seperti ini ialah mengembalikan pengetahuan tentangnya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, karena tidak perlu kita mendalami hal seperti ini tanpa pengetahuan. Tetapi jika Allah memberitahukan kepada kita suatu pengetahuan mengenainya, maka kita mengatakannya, jika tidak, kita hentikan langkah sampai di situ.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…tidak ada yang mengetahui jumlah (bilangan) mereka kecuali sedikit.
Artinya, hanya sedikit orang yang mengetahui bilangan mereka yang sebenarnya.
Qatadah mengatakan, Ibnu Abbas pernah berkata bahwa dirinya termasuk golongan orang yang sedikit itu yang dikecualikan oleh Allah dalam ayat ini, jumlah mereka adalah tujuh orang.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, “Saya termasuk orang yang dikecualikan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa jumlah mereka ada tujuh orang.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
…tidak ada yang mengetahui jumlah (bilangan) mereka kecuali sedikit.
Ibnu Abbas mengatakan, “Saya termasuk sedikit orang itu, jumlah mereka ada tujuh orang.”
Semua riwayat ini disandarkan kepada Ibnu Abbas secara sahih, bahwa jumlah mereka ada tujuh orang (yakni para pemuda penghuni gua itu). Pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas ini sesuai dengan apa yang telah kita sebutkan di atas.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid yang mengatakan, “Sesungguhnya saya telah mendapat kisah bahwa di antara para pemuda penghuni gua itu terdapat orang yang masih muda sekali usianya.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa sepanjang siang dan malam mereka selalu menyembah Allah seraya menangis, dan memohon pertolongan kepada Allah. Jumlah mereka ada delapan orang. Orang yang tertua di antara mereka bernama Makslimina, dialah yang diajak bicara oleh raja. Lalu Yamlikha, Martunus, Kastunus, Bairunus, Danimus, Yatbunus, dan Qalusy. Demikianlah menurut yang terdapat di dalam riwayat Ibnu Ishaq, dan pendapat ini mempunyai takwil bahwa ini adalah perkataan Ibnu Ishaq dan orang-orang yang ada antara dia dan Ibnu Abbas. Karena sesungguhnya pendapat yang benar dari Ibnu Abbas ialah yang mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh orang. Hal inilah yang sesuai dengan makna lahiriah ayat.
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan dari Sya’b Al-Juba-i bahwa nama anjing mereka adalah Hamran. Sehubungan dengan penyebutan nama mereka dengan nama-nama tersebut, juga nama anjing mereka, kebenarannya masih perlu dipertimbangkan. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. Karena sesungguhnya sumber berita mengenai hal ini kebanyakan berasal dari kaum Ahli Kitab. Sedangkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Karena itu, janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja.
Maksudnya, debatlah mereka dengan debat yang ringan dan mudah, karena sesungguhnya mengetahui hal tersebut dengan pengetahuan yang sebenarnya tidak banyak mengandung manfaat.
…dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorang pun di antara mereka.
Karena sesungguhnya pada hakikatnya mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang hal tersebut kecuali apa yang mereka katakan dari diri mereka sendiri, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib, yakni tanpa bersandarkan kepada pendapat orang yang dipelihara dari kesalahan. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu Muhammad, berita yang hak yang tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Maka itulah yang harus engkau pegang dan engkau prioritaskan daripada pendapat yang dikatakan oleh kitab-kitab terdahulu dan pendapat orang-orangnya.
(22) Allah جَلَّ جَلالُهُ menceritakan tentang perselisihan Ahli kitab mengenai jumlah Ashhabul Kahfi. Sebuah perselisihan yang bertolak dari terkaan mereka terhadap perkara ghaib dan omongan mereka yang mengada-ada terhadap peristiwa yang tidak mereka ketahui, dan bahwasanya, mereka terbagi menjadi tiga pendapat: Sebagian mereka mengatakan, ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ “(Jumlah mereka) tiga orang, yang keempat adalah anjingnya.’ Sebagian lain mengatakan, خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ “(Jumlah mereka) lima orang, yang keenam adalah anjing-nya.” Dua pendapat ini, Allah sebutkan setelahnya sebagai bentuk terkaan dari mereka tentang perkara ghaib. Maka Allah menunjuk-kan kebatilan dua pernyataan itu. Di antara mereka ada yang me-ngatakan, سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ “(Jumlah mereka) tujuh orang, yang ke-delapan adalah anjingnya.” Perkataan ini –wallahu ‘alam- merupakan pendapat yang benar, karena Allah menggugurkan dua pendapat pertama dan tidak mempermasalahkan perkataan berikutnya.
Ini berarti menunjukkan kebenarannya. Perselisihan ini ter-masuk perbedaan pendapat yang tidak mengandung manfaat apa pun, dan pengetahuan tentang jumlah mereka tidak menghasilkan kemaslahatan bagi manusia, baik secara agama ataupun dunia. Oleh karena itu, Allah berfirman, قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ “Katakanlah, ‘Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada orang yang mengetahui bilangan mereka kecuali sedikit’.” Mereka itulah orang-orang yang selaras dengan kebenaran, dan mengetahui kebenaran pendapat mereka. فَلَا تُمَارِ “Karena itu janganlah kamu (Muhammad) berbantah,” berdebat dan beradu argumentasi, فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا “tentang hal mereka, kecuali perbantahan lahir saja,” yang berdasarkan ilmu dan keyakinan, dan juga mengandung faidah.
Adapun perbantahan berdasarkan kebodohan dan terkaan terhadap hal yang ghaib atau yang tidak ada faidahnya; baik pihak lawan sosok yang suka menentang atau permasalahan tersebut tidak penting dan tidak menghasilkan manfaat secara agama dengan mengetahuinya, seperti (mengetahui) jumlah para penghuni gua dan perkara serupa lainnya, maka sesungguhnya banyak diskusi dan pembahasan yang berlarut-larut tentang masalah itu hanya menyia-nyiakan waktu dan menggerogoti kecintaan hati (kepada orang lain) tanpa manfaat.
وَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ “Dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu),” maksudnya tentang perkara Ashhabul Kahfi ﮋ مِّنْهُمْ اَحَدًا “kepada seorang pun dari mereka,” yaitu Ahli Kitab. Demi-kian itu karena landasan perkataan mereka tentang para penghuni gua adalah terkaan dan prasangka yang tidak berpengaruh terhadap kebenaran sedikit pun. Di dalamnya, terdapat dalil larangan me-minta fatwa kepada orang yang tidak layak untuk berfatwa, baik lantaran kedangkalan ilmunya dalam perkara yang ditanyakan atau karena dia tidak peduli dengan apa yang telah dia ucapkan, tidak memiliki sifat wara’ yang mengekangnya. Jika meminta fatwa kepada orang semacam ini dilarang, maka larangan terhadap diri-nya untuk memberikan fatwa lebih ditekankan lagi.
Pada ayat ini juga terkandung dalil bahwasanya seseorang tidak boleh dimintai fatwa dalam perkara tertentu tanpa (menutup kesempatan) pada masalah yang lain. Ia boleh diminta berfatwa dalam masalah yang ia kuasai, berbeda dengan masalah lainnya. Karena Allah tidak melarang meminta fatwa kepada mereka secara mutlak. Tetapi, Allah melarang meminta fatwa kepada mereka ten-tang kisah Ashhabul Kahfi dan kejadian yang serupa dengannya.
Setelah menjelaskan perbedaan pendapat penduduk negeri tentang penghuni gua itu, ayat selanjutnya menguraikan perbedaan pendapat orang-orang yang datang kemudian, termasuk kaum musyrik mekah, kaum yahudi dan nasrani pada masa nabi Muhammad. Nanti ada orang yang memperbincangkan berapa jumlah penghuni gua itu. Mereka mengatakan, jumlah mereka itu tiga orang, yang keempat adalah anjingnya, dan yang lain mengatakan, jumlah mereka lima orang, yang ke enam adalah anjingnya, perkataan itu mereka ucapkan sebagai terkaan terhadap sesuatu yang gaib tanpa dasar atau alasan apa pun; dan yang lain lagi mengatakan, jumlah mereka tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya. Katakanlah wahai nabi Muhammad, terhadap mereka yang mengatakan itu, tuhanku yang memelihara dan membimbingku lebih mengetahui dari siapa pun jumlah mereka secara pasti; tidak ada yang mengetahui bilangan mereka kecuali yang diberitahu oleh Allah, dan mereka yang diberi tahu oleh Allah itu sedikit. Karena itu janganlah engkau wahai nabi Muhammad dan wahai kaum muslim berbantah tentang hal mereka, yakni ashhabul-kahf kecuali perbantahan lahir saja yang disertai bukti-bukti yang jelas dan jangan engkau menanyakan tentang mereka pemuda-pemuda ashhabul-kahf itu kepada siapa pun, setelah datang berita yang pasti dari tuhanmu. Beberapa orang quraisy bertanya kepada nabi tentang roh, kisah penghuni gua dan kisah zulkarnain. Nabi Muhammad menyuruh mereka datang besok pagi dan beliau menjanjikan akan menceritakan kepada meraka peristiwa ini. Allah memberi pelajaran dalam ayat ini, dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, yakni menjanjikan akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau melakukan sesuatu dengan berkata aku pasti melakukan itu besok pagi, .
Al-Kahfi Ayat 22 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 22, Makna Al-Kahfi Ayat 22, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 22, Al-Kahfi Ayat 22 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 22
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)