{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 24.
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًا ﴿٢٤﴾
illā ay yasyā`allāhu ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbī li`aqraba min hāżā rasyadā
QS. Al-Kahfi [18] : 24
kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”
Kecuali bila kamu menggantungkan ucapanmu dengan masyi’ah,yaitu dengan mengucapkan Insya Allah. Ingatlah Rabb-mu, ketika lupa mengucapkan Insya Allah setiap kali kamu lupa, maka ingatlah Allah Karena mengingat Allah akan menghilangkan kelupaan, dan katakanlah: Mudah-mudahan Rabb-ku akan memberiku petunjuk kepada jalan paling dekat yang mengantarkan kepada kebenaran dan petunjuk.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah apabila kamu lupa mengucapkan pengecualian (Insya Allah), maka sebutkanlah pengecualian itu saat kamu ingat kepadanya. Demikianlah menurut Abul Aliyah dan Al-Hasan Al-Basri.
Hasyim telah meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan seorang lelaki yang bersumpah bahwa ia boleh mengucapkan Insya Allah sekalipun dalam jarak satu tahun lamanya, dan ia mengucapkan firman-Nya:
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
Maksudnya, mengucapkan kata Insya Allah itu. Dikatakan kepada Al-A’masy, “Apakah engkau mendengarnya dari Mujahid?” Al-A’masy menjawab bahwa telah menceritakan kepadanya Lais ibnu Abu Sulaim, dan mengatakan bahwa Kisai mempunyai pendapat yang sama dengan ini.
Imam Tabrani telah meriwayatkannya melalui hadis Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy dengan sanad yang sama.
Pada garis besarnya pendapat Ibnu Abbas mengatakan bahwa seseorang masih boleh mengucapkan Insya Allah, sekalipun lamanya satu tahun dari sumpahnya itu. Dengan kata lain, apabila ia bersumpah, lalu berlalu satu tahun dan ia baru teringat bahwa ketika bersumpah ia belum menyebut kalimat Insya Allah, maka hendaklah ia menyebutkannya saat ingat.
Menurut tuntunan sunnah, hendaknya orang yang bersangkutan mengucapkan Insya Allah agar ia beroleh pahala karena mengerjakan anjuran sunah, sekalipun hal ini dilakukannya sesudah sumpahnya dilanggar. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir rahimahullah. Dan ia memberikan ulasan dalam nasnya, bahwa kalimat Insya Allah itu bukan dimaksud untuk menghapus sangsi kifarat sumpah yang dilanggarnya. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini merupakan takwil yang benar terhadap pendapat Ibnu Abbas.
Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
Bahwa makna yang dimaksud dengan iza nasita ialah bila kamu marah.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Haris Al-Jabali, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Abdul Aziz ibnu Husain, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’.
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
Yaitu dengan cara menyebut kalimat Insya Allah
Imam Tabrani telah meriwayatkan pula melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa.
Maksudnya, jika kamu lupa mengucapkan kalimat Insya Allah, maka sebutkanlah kalimat itu jika kamu ingat. Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa hal ini hanya khusus bagi Rasulullah Saw, tidak diperbolehkan bagi seorang pun dari kita mengucapkan kalimat istisna (Insya Allah) ini kecuali bila berhubungan langsung dengan sumpahnya (yakni tidak ada jarak pemisah). Imam Tabrani mengatakan bahwa hal ini diriwayatkan secara munfarid oleh Al-Walid, dari Abdul Aziz ibnul Husain.
Makna ayat mengandung takwil lain, yaitu bahwa melalui ayat ini Allah memberikan petunjuk kepada seseorang yang lupa akan sesuatu dalam pembicaraannya, agar ia mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى karena sesungguhnya lupa itu bersumber dari setan. Seperti yang disebutkan oleh pemuda yang menemani Musa, yang perkataannya disitir oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan. (Al Kahfi:63)
Sedangkan mengingat Allah itu dapat mengusir setan. Apabila setan telah pergi, maka lenyaplah lupa itu. Zikrullah atau mengingat Allah adalah penyebab bagi sadarnya ingatan dari keterlupaannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Dan ingatlah Tuhanmu jika kamu lupa.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.”
Artinya, apabila kamu ditanya tentang sesuatu yang tidak kamu ketahui, maka mintalah kepada Allah tentang jawabannya, dan mohonlah kepada-Nya dengan segenap jiwa ragamu agar Dia memberimu taufik ke jalan yang benar dan diberi petunjuk jawabannya. Menurut pendapat yang lain, menafsirkan ayat dengan tafsiran yang lain daripada ini.
(24) Ketika seorang hamba itu adalah manusia yang pasti mengalami kelupaan untuk mengingat kehendak Allah, maka Dia memerintahkannya untuk mengecualikannya setelah itu bila ingat, agar terwujudkan apa yang diinginkan dan tertampik bahaya dari-nya. Keterangan ini terambil dari keumuman FirmanNya, وَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ “Dan ingatlah kepada Rabbmu jika kamu lupa.” Perintah mengingat Allah ketika lupa, karena dapat menghilangkan dan mengingatkan seseorang apa yang dia lupakan. Begitu juga, orang alpa lagi lupa (mengingat Allah) diperintahkan supaya menyebut nama Rabbnya agar tidak menjadi orang yang benar-benar lalai.
Tatkala seorang hamba membutuhkan taufik Allah agar dapat meraih kebenaran dan tidak mengalami kesalahan dalam perkataan dan perbuatannya, maka Allah memerintahkannya agar mengucap-kan, عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا “Mudah-mudahan Rabbku akan mem-beriku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” Allah memerintahkannya agar berdoa dan mengharapNya serta percaya kepada Allah bahwa Dia akan menunjukkan kepadanya jalan paling pintas yang mengantarkan kepada kebenaran. Seharusnya seorang hamba keadaannya seperti ini, lalu dia mencurahkan segenap ke-sungguhannya dan mengerahkan kemampuannya dalam mencari petunjuk dan kebenaran supaya dia diberi taufik untuk tujuan itu, dan agar pertolongan datang dari Rabbnya kepada dirinya dan meluruskan seluruh perkaranya.
Kecuali engkau janjikan hal itu dengan mengatakan insya Allah, yakni jika dikehendaki Allah. Dan ingatlah kepada tuhanmu apabila engkau lupa mengaitkan janjimu dengan kehendak Allah, begitu engkau ingat, kaitkanlah janjimu itu dengan mengatakan insya Allah dan katakanlah wahai nabi Muhammad, mudah-Mudahan tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku untuk menjelaskan sesuatu kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini, yakni dari kisah penghuni gua dalam memberi petunjuk kepada kenabianku. Setelah memberikan tuntunan kepada nabi Muhammad, ayat ini meneruskan kembali kisah penghuni gua. Dan mereka tinggal dalam gua dalam keadaan tertidur di dalamnya selama tiga ratus tahun menurut perhitungan tahun syamsiah yang digunakan kaum yahudi dan nasrani dan ditambah sembilan tahun jika dihitung menurut perhitungan tahun qamariah yang digunakan oleh penduduk negeri mekah saat itu.
Al-Kahfi Ayat 24 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 24, Makna Al-Kahfi Ayat 24, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 24, Al-Kahfi Ayat 24 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 24
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)