{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 28.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴿٢٨﴾
waṣbir nafsaka ma’allażīna yad’ụna rabbahum bil-gadāti wal-‘asyiyyi yurīdụna waj-hahụ wa lā ta’du ‘aināka ‘an-hum, turīdu zīnatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā tuṭi’ man agfalnā qalbahụ ‘an żikrinā wattaba’a hawāhu wa kāna amruhụ furuṭā
QS. Al-Kahfi [18] : 28
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.
Sabarkanlah dirimu, wahai Nabi, bersama para shahabatmu dari kalangan orang-orang mukmin yang fakir yang senantiasa menyembah Rabb mereka semata dan berdoa kepada-Nya di pagi dan petang karena mengharapkan wajah-Nya. Duduklah bersama mereka dan bergaulah dengan mereka. Jangan palingkan pandanganmu dari mereka kepada selain mereka, yaitu orang-orang kafir, karena ingin menikmati perhiasan kehidupan dunia. Janganlah pula menuruti orang yang Kami jadikan hatinya lalai dari mengingat Kami, dan lebih mementingkan hawa nafsunya daripada menaati Rabb-nya, lalu urusannya dalam semua perbuatannya menjadi sia-sia dan hancur.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya.
Yakni duduklah kamu bersama orang-orang yang mengingat Allah seraya mengagungkan, memuji, menyucikan, dan membesarkan-Nya serta memohon kepada-Nya di setiap pagi dan petang hari dari kalangan hamba-hamba-Nya, baik mereka itu orang-orang fakir ataupun orang-orang kaya, orang-orang kuat ataupun orang-orang lemah.
Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang terhormat dari kalangan kabilah Quraisy saat mereka meminta Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ agar duduk bersama mereka secara terpisah dan mereka meminta agar mereka tidak dikumpulkan bersama orang-orang yang lemah dari kalangan sahabat-sahabatnya, seperti sahabat Bilal, sahabat Ammar, sahabat Suhaib, sahabat Khabbab, dan sahabat Ibnu Mas’ud. Maka masing-masing dari kedua kelompok itu dikumpulkan secara terpisah, lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَىmelarang Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan hal tersebut. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari. (Al An’am:52), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memerintahkan kepada Nabi-Nya agar tetap bertahan duduk bersama mereka. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari., hingga akhir ayat.
Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Asadi, dari Israil, dari Al-Miqdam ibnu Syuraih, dari ayahnya, dari Sa’d ibnu Abu Waqas yang menceritakan, “Kami berenam selalu bersama-sama Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Kemudian orang-orang musyrik mengatakan (kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), ‘Usirlah mereka, agar mereka tidak berbuat kurang ajar kepada kami’.” Sa’d ibnu Abu Waqas mengatakan bahwa keenam orang itu adalah dia sendiri, Ibnu Mas’ud, seorang lelaki dari kalangan Bani Huzail, Bilal, dan dua orang lelaki lainnya yang ia lupa namanya. Maka setelah mendapat sambutan mereka yang demikian itu, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berfikir sejenak mempertimbangkannya. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya. (Al An’am:52)
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Muslim tanpa Imam Bukhari.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abut Tayyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abul Ja’d menceritakan hadis berikut dari Abu Umamah: Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar untuk mendengarkan seorang juru dongeng, lalu tukang dongeng itu menghentikan dongengannya (ketika melihat Rasul صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang), maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Lanjutkanlah kisahmu, sesungguhnya aku duduk di suatu pagi hingga matahari terbit (untuk mendengarkan dongeng ini) lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang budak.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Abdul Malik, ibnu Maisarah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Kardus ibnu Qais (seorang tukang dongeng di Kufah) mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan ahli Badar, ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sungguh aku duduk dalam keadaan seperti majelis ini lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang budak. Syu’bah mengatakan, lalu aku bertanya “Majelis yang mana?” Abu Um-mah menjawab, “Majelis tukang dongeng.”
Abu Daud Ath-Thayalisi dalam Musnadnya mengatakan:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Aban, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sungguh aku duduk bersama-sama dengan suatu kaum yang sedang berzikir mengingat Allah setelah usai dari salat Subuh sampai matahari terbit lebih aku sukai daripada segala sesuatu yang matahari terbit menyinarinya. Dan sungguh aku berzikir mengingat Allah sesudah salat Asar hingga matahari tenggelam lebih aku sukai daripada memerdekakan delapan orang budak dari kalangan keturunan Nabi Ismail yang diat tiap-tiap orang dari mereka adalah dua belas ribu. Maka kami menghitung-hitung jumlah diat mereka seluruhnya, saat itu kami berada di majelis sahabat Anas, ternyata jumlah keseluruhannya adalah sembilan puluh enam ribu. Dan di tempat itu ada yang mengatakan empat orang dari keturunan Nabi Ismail. Demi Allah, dia tidak mengatakan kecuali delapan orang yang diat masing-masingnya adalah dua belas ribu.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq Al-Ahwazi, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sabit, dari Ali ibnul Aqmar, dari Al-Agar Abu Muslim Al-Kufi, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan seorang lelaki yang sedang membaca surat Al-Kahfi. Ketika orang tersebut melihat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ia menghentikan bacaannya. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Majelis inilah yang aku diperintahkan agar tetap bersabar duduk bersama dengan mereka (orang-orang yang menghadirinya).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Ahmad, dari Amr ibnu Sabit, dari Ali ibnul Aqmar, dari Al-Agar secara mursal.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Ma’la, dari Mansur, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Silt, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Sabit, dari Ali ibnul Aqmar, dari Al-Agar Abu Muslim, dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id, keduanya telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ datang saat seseorang sedang membaca surat Al-Hajj atau surat Al-Kahfi, lalu si pembaca diam. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Majelis inilah yang aku diperintahkan agar tetap bersabar duduk bersama dengan mereka (orang-orang yang menghadirinya).
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Maimun Al-Mar-i, telah menceritakan kepada kami Maimun ibnu Sayah, dari Anas ibnu Malik r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Tidak sekali-kali suatu kaum berkumpul seraya mengingat Allah tanpa ada niat lain kecuali mengharapkan keridaah-Nya, melainkan mereka diseru oleh juru penyeru dari langit seraya mengatakan, “Bangkitlah kalian dalam keadaan diberikan ampunan bagi kalian, semua keburukan kalian telah diganti dengan kebaikdn-kebaikan.”
Hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Ahmad. ,
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Usamah ibnu Zaid, dari Abu Hazm, dari Abdur Rahman ibnu Sahl ibnu Hanif yang mengatakan bahwa diturunkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ayat berikut saat beliau berada di rumahnya, yaitu firman-Nya: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan-Nya di pagi dan senja hari. (Al Kahfi:28), hingga akhir ayat. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar dari rumahnya mencari mereka, dan beliau menjumpai suatu kaum yang sedang berzikir mengingat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, di antara mereka terdapat orang-orang yang berpenampilan lusuh dengan rambut yang acak-acakan, berkulit kasar lagi hanya mempunyai selapis pakaian (yakni orang-orang miskin). Setelah melihat mereka, maka beliau duduk bersama-sama mereka dan bersabda: Segala puji bagi Allah Yang telah menjadikan di kalangan umatku orang-orang yang aku diperintahkan agar bersabar duduk bersama mereka.
Abdur Rahman yang disebutkan dalam sanad hadis ini dikatakan oleh Abu Bakar ibnu Abu Daud sebagai seorang sahabat, sedangkan ayahnya termasuk salah seorang sahabat yang terkemuka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa janganlah kamu melewati mereka dengan memilih selain mereka, yakni menggantikan mereka dengan orang-orang yang berkedudukan dan yang berharta.
…dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami.
Yakni orang-orang yang menyibukkan dirinya dengan dunia, melupakan agama dan menyembah Tuhannya.
…dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Maksudnya, semua amal dan perbuatannya hura-hura, berlebih-lebihan, dan sia-sia. Janganlah kamu mengikuti kemauan mereka, jangan menyukai cara mereka, jangan pula kamu menginginkannya. Makna ayat sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaahaa:131)
(28) Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan NabiNya, Muhammad, se-dangkan orang lain mengikutinya sebagai teladan dalam perintah dan larangan, supaya bersabar bersama orang-orang beriman, ahli ibadah yang selalu kembali kepada Allah. دْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ “Orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari,” yaitu pada permulaan pagi dan sore hari. Mereka menginginkan Wajah Allah dengan hal itu. Allah menyebutkan karakter mereka dengan ibadah dan keikhlasan dalam melaksanakannya. Jadi, di dalamnya terdapat perintah supaya bersahabat dengan orang baik dan berusaha keras untuk berkumpul dengan mereka, sekali pun mereka itu orang-orang fakir. Karena berhubungan erat dengan mereka memberikan manfaat-manfaat yang tidak terhitung.
وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ “Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka,” maksudnya pandanganmu janganlah melampaui mereka dan mengangkat penglihatanmu dari mereka رِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ “(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini,” sebab ia meru-pakan bahaya, tidak bermanfaat, penghancur kemaslahatan agama dan menjadikan hati bergantung dengan dunia. Akibatnya, pikiran dan angan-angan terfokuskan padanya. Kecintaan di hati terhadap akhirat sirna. Sesungguhnya perhiasan dunia begitu memikat orang yang melihatnya dan menyihir hati, sehingga hati itu lalai untuk mengingat Allah dan lebih menatap aneka kelezatan dan godaan syahwat. Waktunya pun sia-sia dan urusannya menjadi tidak ka-ruan. Kemudian dia menjadi orang yang merugi dan menyesal selama-lamanya.
Oleh karena itu, Allah berfirman, وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami.” Dia lalai mengingat Allah, maka Allah menghukum-nya dengan menjadikannya lalai untuk mengingatNya, ﮋ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ “serta menuruti hawa nafsunya,” maksudnya dia menjadi orang yang memperturutkan hawa nafsunya. Apa saja yang disukai oleh nafsu-nya, niscaya dia lakukan dan berusaha mendapatkannya sekalipun akan membinasakan dan merugikannya. Dia telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan, seperti Firman Allah,
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa naf-sunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya…” (Al-Jatsiyah: 23).
وَكَانَ اَمْرُهٗ “Dan keadaannya itu,” maksudnya kemaslahatan agama dan duniawinya فُرُطًا “melampaui batas,” maksudnya lenyap sia-sia lagi tidak terwujudkan. Allah melarang menaati orang seperti ini, karena ketaatan kepadanya akan mengajaknya untuk mengikutinya. Pasalnya, dia tidak menyeru kecuali kepada orang yang memiliki sifat sepertinya.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang seharusnya ditaati dan menjadi imam bagi orang-orang adalah orang yang hatinya penuh dengan kecintaan kepada Allah dan mencurahkannya pada lisannya, lalu dia tekun berdzikir kepada Allah, mengikuti semua keridhaanNya, lebih mendahulukannya daripada bisikan hawa nafsunya. Maka dengan itu, dia berhasil menjaga waktunya, kon-disinya membaik dan tindak-tanduknya lurus, mengajak manusia kepada kenikmatan yang Allah berikan kepadanya, maka pantaslah dia diikuti dan dijadikan sebagai imam.
Sabar yang disebutkan dalam ayat ini adalah bersabar dalam ketaatan kepada Allah yang mana ia merupakan jenis kesabaran yang paling tinggi. Kesempurnaan bentuk kesabaran ini, akan me-nyempurnakan jenis-jenis kesabaran lainnya.
Dalam ayat ini terdapat kandungan mengenai disunnahkan-nya berdzikir, berdoa, dan beribadah pada dua penghujung siang, karena Allah memuji mereka atas perbuatan itu. Setiap perbuatan yang Allah memuji pelakunya, berarti menunjukkan bahwa Allah mencintai perbuatan itu. Dan jika Allah mencintainya, maka Dia memerintahkan dan menganjurkan orang untuk melakukannya.
Dan bersabarlah engkau wahai nabi Muhammad bersama orang-orang yang beriman yang menyeru tuhannya pada pagi dan senja hari dengan berzikir dan berdoadengan mengharap keridaan-Nya, bukan karena mengharap kesenangan duniawi; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka walaupun mereka miskin, lalu mengarah perhatianmu kepada orang-orang kafir karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami, sebab keengganannya mengikuti tuntunan yang kami wahyukan serta menuruti keinginannya yang teperdaya oleh kesenangan duniawi dan keadaannya yang demikian itu sudah melewati batas. Dan katakanlah wahai nabi Muhammad, kepada siapa saja bahwa kebenaran, yakni Al-Qur’an yang kusampaikan kepadamu itu datangnya dari tuhanmu; maka barangsiapa di antara kamu yang ingin beriman kepada wahyu yang kusampaikan hendaklah dia beriman, keuntungan dan manfaatnya akan kembali kepada diri mereka sendiri, dan barang siapa di antara kamu yang ingin kafir, menolak kebenaran itu, biarlah dia kafir, kerugian dan mudaratnya akan kembali kepada diri mereka sendiri. Allah menerangkan kerugian yang akan menimpa mereka dengan menyatakan, sesungguhnya kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yakni mereka yang angkuh dan menolak kebenaran yang kusampaikan, yang gejolaknya mengepung mereka dari segala penjuru. Jika mereka meminta pertolongan dari panasnya api neraka itu, mereka akan diberi minum dengan air seperti cairan besi atau minyak yang keruh yang mendidih yang panasnya menghanguskan wajah bila didekatkan kepadanya. Itulah minuman yang paling buruk dan neraka tempat dihidangkan minuman itu adalah tempat istirahat yang paling jelek.
Al-Kahfi Ayat 28 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 28, Makna Al-Kahfi Ayat 28, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 28, Al-Kahfi Ayat 28 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 28
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)