{17} Al-Isra / الإسراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | مريم / Maryam {19} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Kahfi الكهف (Penghuni-Penghuni Gua) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 18 Tafsir ayat Ke 35.
وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَـٰذِهِ أَبَدًا ﴿٣٥﴾
wa dakhala jannatahụ wa huwa ẓālimul linafsih, qāla mā aẓunnu an tabīda hāżihī abadā
QS. Al-Kahfi [18] : 35
Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh dan kafir); dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
Ia memasuki kebunnya, sedang ia menzalimi dirinya sendiri dengan mengingkari hari kebangkitan dan meragukan kedatangan Hari Kiamat, lalu ia terpesona dengan buah-buahannya seraya berkata: Aku tidak yakin kebun ini akan binasa sepanjang hidup,
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan dia memasuki kebunnya, sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri.
Yaitu dengan kekafiran, pembangkangan, kesombongan, keangkaramurkaan, dan keingkarannya terhadap hari kembali (hari kiamat).
“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.”
Ia teperdaya ketika melihat kesuburan tanam-tanamannya, buah-buahan, dan pepohonannya, serta sungai-sungai yang mengalir di dalam kebun-kebunnya itu, hingga ia menduga bahwa kebun-kebunnya itu tidak akan lenyap, tidak akan habis, tidak akan rusak, dan tidak akan binasa. Demikian itu karena kedangkalan akalnya, kelemahan keyakinannya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, kekagumannya kepada kehidupan dunia dan perhiasannya, serta keingkarannya terhadap kehidupan di akhirat
(35-36) Lalu rasa bangga di hadapan temannya itu tidak cukup sampai di situ, sampai akhirnya dia menetapkan dengan kejahilan dan kebodohannya dan menyangka tatkala masuk ke dalam kebunnya قَالَ مَآ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ “Ia berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa ‘,” yaitu terputus dan sirna اَبَدًاۙ “selama-lama-nya.” Dia merasa tenang dan ridha dengan dunia serta mengingkari Hari Kebangkitan.
Dia berkata, وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ اِلٰى رَبِّيْ “Dan aku tidak mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembali-kan kepada Rabbku,” sebagai prediksinya لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا “pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu,” maksudnya Dia akan memberikan kepadaku yang lebih baik daripada kedua kebun ini! Perkataan ini tidak lepas dari dua per-kara, boleh jadi dia mengetahui kepastian keadaan, jadi perkataan-nya ini ditujukan untuk mengejek dan mengolok-olok, sehingga menjadi bentuk tambahan kekufuran kepada kekufuran (sebelum-nya), atau, perkataannya itu adalah benar-benar prasangka murni terhadap sebuah kepastian.
Maka, jadilah dia orang yang paling bodoh, lagi pincang akal-nya. Apakah terdapat korelasi antara kenikmatan dunia dengan kenikmatan akhirat, hingga dia menyangka dengan kebodohan-nya, barangsiapa diberi kenikmatan di dunia, pasti akan diberi kenikmatan pula di akhirat?! Bahkan pada umumnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menjauhkan dunia dari wali-wali dan orang-orang pilihanNya, lalu memudahkannya bagi musuh-musuhNya yang tidak memiliki apa-apa di akhirat.
Secara tekstual, dia mengetahui kepastian keadaan. Akan te-tapi, dia mengatakan perkataan ini dalam rangka melontarkan ejekan dan olokan dengan dalil Fiman Allah, وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ “Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zhalim terhadap dirinya sendiri.” Penetapan bahwa dia bersifat zhalim ketika memasukinya, yang kemudian muncul ucapannya yang telah terjadi itu, menunjukkan kesombongan dan kecongkakannya.
Dan dia memasuki salah satu dari dua kebunnya mengajak temannya yang mukmin untuk melihat sambil membanggakan kekayaannya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri karena keangkuhan dan kekufurannya atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya; ia berkata kepada temannya dengan penuh keangkuhan, aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, ia terus membuahkan hasilnya sepanjang masa tidak putus-putusnya, dan aku tidak mengira bahwa hari kiamat itu akan datang dan tidak percaya kepada kebangkitan, dan sekiranya hari kiamat dan kebangkitan itu benar-benar datang seperti yang engkau katakan, lalu aku dikembalikan kepada tuhanku pada hari kebangkitan, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada ini, yakni lebih baik daripada keadaanku di dunia pada saat ini.
Al-Kahfi Ayat 35 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Kahfi Ayat 35, Makna Al-Kahfi Ayat 35, Terjemahan Tafsir Al-Kahfi Ayat 35, Al-Kahfi Ayat 35 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Kahfi Ayat 35
Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)