{18} Al-Kahfi / الكهف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | طه / Thaha {20} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Maryam مريم (Maryam (Maria)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 19 Tafsir ayat Ke 5.
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا ﴿٥﴾
wa innī khiftul-mawāliya miw war&`ī wa kānatimra`atī ‘āqiran fa hab lī mil ladungka waliyyā
QS. Maryam [19] : 5
Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu,
Sesungguhnya aku khawatir terhadap kaum kerabat dan keluargaku sepeninggalku bila mereka tidak menegakkan agama-Mu sepenuhnya, dan tidak mengajak para hamba-Mu kepada-Mu, sedang istriku adalah seorang yang mandul yang tidak bisa melahirkan anak, maka anugerahkanlah kepadaku dari sisi-Mu seorang putra pewaris lagi pembela.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku.
Kebanyakan ulama qiraat membacanya dengan mawaliya karena dianggap sebagai maf’ul. Tetapi menurut suatu riwayat yang bersumber dari Kisai, ia membacanya mawali dengan huruf ya yang di-sukun-kan.
Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mawali ialah para ‘asabah atau ahli waris laki-laki.
Abu Saleh mengatakan bahwa mawali ialah kalalah atau ahli waris perempuan .
Menurut riwayat yang bersumber dari Amirul Mu-Minin ‘Usman ibnu Affan r.a., ia membaca ayat ini dengan men-tasydid-kan huruf fa dari lafaz khiftu, sehingga bacaannya menjadi khaffat, artinya kekurangan, yakni tiada pewaris laki-laki sesudahku.
Berdasarkan qiraat pertama, alasan ketakutan Zakaria ialah bahwa dia merasa khawatir bila orang-orang yang akan menggantikannya nanti akan berlaku buruk terhadap manusia. Maka ia memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi nabi sesudahnya, untuk memimpin mereka dengan wahyu yang diturunkan kepadanya. Sesungguhnya dalam hal ini Zakaria tidak mengkhawatirkan siapa yang bakal mewarisi harta peninggalannya, karena kenabian merupakan kedudukan yang paling besar dan paling mulia tingkatannya dibandingkan dengan kekhawatirannya akan pewaris dari darah dagingnya terhadap harta peninggalannya. Dan ia berkeinginan agar kenabiannya itu diwarisi oleh ahli waris ‘asabah-nya; untuk itu ia memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang putra yang kelak akan mewarisi kenabiannya.
Tiada suatu kisah pun yang menyebutkan bahwa Zakaria mempunyai harta, bahkan dia adalah seorang tukang kayu, yang makan dari hasil keringatnya sendiri. Orang yang bermatapencaharian seperti itu tidaklah banyak memiliki harta, terlebih lagi seorang nabi, karena sesungguhnya para nabi adalah orang yang paling berzuhud terhadap duniawi.
Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan melalui berbagai jalur, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Kami tidak diwaris, semua yang kami tinggalkan adalah sedekah.
Menurut suatu riwayat yang ada pada Imam Turmuzi dengan sanad yang sahih disebutkan seperti berikut:
Kami para nabi tidaklah diwaris.
Dengan demikian, berarti makna firman-Nya:
…maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang mewarisi aku.
Tafsir Ayat:
وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي “Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku,” maksudnya saya mengkhawatirkan orang yang mengendalikan urusan pada Bani Isra`il setelah kematianku, mereka tidak menjalankan agamaMu dengan sebaik-baiknya dan tidak mendakwahi hamba-hambaMu (agar beribadah) kepadaMu. Secara eksplisit, perkataan beliau ini menunjukkan bahwa beliau belum mendapatkan salah seorang dari mereka yang mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin agama. Dalam ungkapan ini terdapat bukti kasih sayang Nabi Zakaria ‘alaihissalam dan ketulusan hatinya, dan bahwa permintaannya agar diberi anak, bukan seperti permintaan orang lain, yang tujuannya semata-mata kemaslahatan duniawi. Tujuan Nabi Zakaria adalah kemaslahatan agama dan kekhawatiran agama ini lenyap. Beliau memandang orang lain tidak pantas untuk itu. Dan keluarga Nabi Zakaria termasuk keluarga- keluarga yang terkenal dalam masalah agama, sumber risalah dan tempat mencari kebaikan. Maka beliau berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak yang akan menegakkan agama sepeninggalnya. Beliau mengadukan bahwa istrinya mandul, maksudnya tidak bisa melahirkan sama sekali, sementara beliau sendiri sudah mencapai usia tua. Maknanya, sudah mencapai batas usia yang jarang memiliki gejolak syahwat (kepada wanita) dan (memperoleh) anak. فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا “Maka anugerahilah aku seorang wali (putra) dari sisiMu.”
Dan sungguh, di masa tuaku ini aku selalu merasa khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku kelak bila engkau memanggilku, padahal istriku seorang yang mandul sejak masa mudanya, maka anugerahilah aku dengan rahmat dan kasih sayang-Mu seorang anak dari sisi-Mu yang akan melanjutkan keturunanku dan menggantikanku menyebarkan hukum dan ajaran-Mu. 6. Ya tuhanku, aku berharap anak itu kelak menjadi penerusku yang akan mewarisi aku dalam tugas-tugasku sebagai penyeru umat dan mewarisi dari keluarga yakub yang melanjutkan tradisi dan agama nabi ibrahim. Kabulkanlah doaku dan jadikanlah dia, ya tuhanku, seorang yang selalu diridai dan dirahmati. ‘.
Maryam Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti Maryam Ayat 5, Makna Maryam Ayat 5, Terjemahan Tafsir Maryam Ayat 5, Maryam Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Maryam Ayat 5
Tafsir Surat Maryam Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)