{18} Al-Kahfi / الكهف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | طه / Thaha {20} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Maryam مريم (Maryam (Maria)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 19 Tafsir ayat Ke 54.
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا ﴿٥٤﴾
ważkur fil-kitābi ismā’īla innahụ kāna ṣādiqal-wa’di wa kāna rasụlan nabiyyā
QS. Maryam [19] : 54
Dan ceritakanlah (Muhammad), kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur’an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.
Sebutkanlah, wahai Rasul, berita Ismail dalam al-Qur’an ini. Seungguhnya ia adalah seorang yang jujur dalam janjinya. Ia tidak berjanji sedikit pun melainkan ia akan menepatinya, dan ia adalah seorang Rasul sekaligus Nabi.
Melalui ayat ini Allah memuji Ismail ibnu Ibrahim a.s. Ismail adalah bapak moyang orang-orang Arab Hijaz, bahwa dia adalah seorang yang benar janjinya. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tidak sekali-kali Ismail berjanji kepada Tuhannya sesuatu hal, melainkan dia melaksanakannya. Dengan kata lain, tidak sekali-kali dia menetapkan suatu nazar akan mengerjakan suatu ibadah kepada Tuhannya, melainkan ia pasti menunaikannya dan mengerjakannya dengan sempurna.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnul Haris. bahwa Sahl ibnu Aqil pernah bercerita kepadanya bahwa Ismail a.s. pernah menjanjikan kepada seseorang akan bertemu dengannya di suatu tempat. Maka Ismail a.s. datang ke tempat itu, sedangkan lelaki yang berjanji dengannya tadi lupa kepada janji Ismail. Maka Ismail tetap berada di tempat itu dan menginap hingga keesokan harinya. Maka pada keesokan harinya lelaki itu datang dan berkata kepadanya, “Tidakkah engkau tinggalkan tempat ini?” Ismail menjawab,”Tidak.” Lelaki itu berkata ‘Sesungguhnya saya lupa kepada janjimu.” Ismail berkata,”Saya tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum kamu datang kepadaku.” Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya:
…ia adalah seorang yang benar janjinya.
Sufyan As-Sauri mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail menunggu di tempat itu selama satu tahun penuh, hingga lelaki tersebut datang kepadanya. Ibnu Syauzab mengatakan, telah sampai suatu berita kepadaku bahwa Ismail a.s. membuat rumah di tempat tersebut (selama menunggu lelaki yang berjanji dengannya).
Abu Daud di dalam kitab sunannya dan Abu Bakar Muhammad ibnu Ja’far Al-Kharaiti di dalam kitabnya Makarimul Akhlak telah meriwayatkan melalui jalur Ibrahim Ibnu Tahman, dari Abdullah ibnu Maisarah, dari Abdul Karim ibnu Abdullah ibnu Syaqiq, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Abul Hamsa yang mengatakan bahwa ia pernah melakukan suatu transaksi jual beli dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sebelum beliau diangkat menjadi utusan. Kemudian masih tersisa lagi sebagian dari piutangnya padaku, maka aku berjanji akan datang kepadanya guna melunasi utangku di tempat tersebut. Akan tetapi, aku lupa akan janjiku hari itu dan keesokan harinya lagi. Pada hari yang ketiga aku teringat dan datang ke tempat tersebut, ternyata beliau masih ada di tempat itu dan bersabda kepadaku:
Hai orang muda, sesungguhnya engkau telah memberatkan diriku, saya tetap menunggumu di tempat ini sejak tiga hari yang lalu.
Lafaz hadis ini menurut Al-Khara’iti, lalu ia mengetengahkan beberapa asar yang baik mengenai masalah ini.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Mandah Abu Abdullah di dalam kitab Ma’rifatus Sahabah dengan sanadnya dari Ibrahim Ibnu Tahman, dari Badil ijbnu Maisarah, dari Abdul Karim dengan sanad yang sama.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
…orang yang benar janjinya.
Karena Nabi Ismail pernah berkata kepada ayahnya, yaitu Nabi Ibrahim:
insya Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar. (Ash Shaaffat:102)
Ismail a.s. membenarkan apa yang diucapkan itu. Memenuhi janji merupakan sifat yang terpuji, sebagaimana mengingkari janji merupakan sifat yang tercela. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman dalam ayat lain:
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash Shaff:2-3)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Pertanda orang munafik ada tiga, (yaitu): Apabila bicara, dusta, apabila berjanji, ingkar, dan apabila dipercaya, khianat.
Mengingat apa yang disebutkan di dalam hadis merupakan sifat-sifat orang munafik, maka orang yang menyandang kebalikan dari sifat-sifat tersebut adalah orang yang beriman. Karena itulah maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuji hamba dan rasul-Nya (yaitu Nabi Ismail), bahwa dia adalah orang yang benar janjinya. Demikian pula halnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, beliau adalah orang yang benar janjinya, tidak sekali-kali beliau menjanjikan sesuatu kepada seseorang, melainkan beliau menunaikannya kepada orang itu.
Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memuji sikap Abul Ash ibnur Rabi’ (suami putrinya) melalui sabdanya:
Dia berbicara kepadaku dan membenarkanku, dan dia berjanji kepadaku dan dia memenuhinya terhadapku.
Setelah Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ wafat, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq berkata, bahwa barang siapa yang mempunyai suatu janji dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atau suatu piutang baginya, hendaklah ia datang kepadaku, maka aku akan menunaikannya. Maka datanglah Jabir ibnu Abdullah dan mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah berkata kepadanya, “Seandainya telah datang harta dari Bahrain, maka aku akan memberimu sebanyak anu dan anu,” yakni sepenuh kedua telapak tangannya dalam bentuk uang logam. Ketika harta dari Bahrain tiba, maka Khalifah Abu Bakar memerintahkan kepada Jabir untuk mengambilnya. Lalu Jabir meraupkan kedua telapak tangannya, mengambil dari tumpukan harta tersebut. Kemudian Jabir menghitungnya, ternyata berjumlah lima ratus Dirham. Selanjurnya Khalifah Abu Bakar memberinya lagi dua kali lipatnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Makna ayat ini menunjukkan kemuliaan yang dimiliki oleh Ismail melebihi saudaranya Ishaq, karena Ishaq hanya diberi sifat (predikat) sebagai seorang nabi saja, sedangkan Ismail berpredikat sebagai nabi dan rasul.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak Ibrahim (Sebagai orang pilihan-Nya)
Hadis ini menunjukkan kebenaran dari pendapat yang kami kemukakan.
Tafsir Ayat:
Maksudnya, ceritakanlah kisah nabi yang agung ini dalam al-Qur`an yang mulia, yang melahirkan bangsa Arab, bangsa terbaik dan termulia, yang mana penghulu Bani Adam muncul dari mereka (nabi Muhammad). إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ “Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya,” maksudnya, dia tidak pernah berjanji melainkan pasti menepatinya. Ini meliputi janjinya yang dibuat bersama Allah atau janji kepada makhluk. Oleh karena itu, ketika berjanji kepada dirinya sendiri akan bersabar atas (rencana) penyembelihan dirinya oleh sang ayah, dia mengatakan,
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Insya Allah, kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).
Dia memenuhi janjinya, dan memberikan kemudahan kepada bapaknya untuk melakukan penyembelihan. Sebuah musibah terberat yang menimpa seseorang. Kemudian Allah memberikan sifat nubuwwah (kenabian) dan risalah (kerasulan), yang merupakan nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hambaNya dan menjadikannya sebagai insan yang berada di tingkatan tertinggi dari para makhluk.
Usai berkisah tentang nabi musa, Allah beralih menceritakan kisah nabi ismail. Wahai nabi Muhammad, dan ceritakanlah kepada umatmu kisah nabi ismail putra nabi ibrahim seperti yang diwahyukan kepadamu di dalam kitab Al-Qur’an. Terangkanlah bahwa dia betul-betul seorang yang benar perkataannya dan selalu menepati janjinya. Dia telah kami tetapkan pula sebagai seorang rasul bagi kaumnya, yaitu suku jurhum, salah satu kabilah arab yang berasal dari yaman, dan dia juga diangkat sebagai nabi yang dianugerahi kedudukan dan derajat tinggi. 55. Dengan kerasulan itu nabi ismail mengajak kaumnya mematuhi Allah dan dia selalu menyuruh keluarganya untuk melaksanakan salat sebagai ibadah dan ungkapan syukur kepada-Nya dan menunaikan zakat kepada mereka yang berhak mendapatkannya. Dengan ketulusan dan keteguhannya memegang janji, dia menjadi salah seorang yang diridai di sisi tuhannya.
Maryam Ayat 54 Arab-Latin, Terjemah Arti Maryam Ayat 54, Makna Maryam Ayat 54, Terjemahan Tafsir Maryam Ayat 54, Maryam Ayat 54 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Maryam Ayat 54
Tafsir Surat Maryam Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)