{18} Al-Kahfi / الكهف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | طه / Thaha {20} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Maryam مريم (Maryam (Maria)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 19 Tafsir ayat Ke 58.
أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَـٰنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا ۩ ﴿٥٨﴾
ul&`ikallażīna an’amallāhu ‘alaihim minan-nabiyyīna min żurriyyati ādama wa mim man ḥamalnā ma’a nụḥiw wa min żurriyyati ibrāhīma wa isr&`īla wa mim man hadainā wajtabainā, iżā tutlā ‘alaihim āyātur-raḥmāni kharrụ sujjadaw wa bukiyyā
QS. Maryam [19] : 58
Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Yakub) dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.
Orang-orang yang Aku ceritakan berita mereka kepadamu, wahai Rasul, adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dengan karunia dan taufik-Nya, lalu Dia menjadikan mereka sebagai nabi-nabi dari keturunan Adam, dari keturunan orang-orang yang Kami angkut bersama Nuh dalam perahu, dari keturunan Ibrahim, dari keturunan Ya’kub, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk kepada iman dan telah Kami pilih untuk mengemban risalah dan kenabian. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) yang berisikan tauhid dan keterangan-keterangan-Nya, maka mereka bersungkur dalam keadaan bersujud dengan tunduk dan merendahkan diri, serta mereka menangis karena takut kepada-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa para nabi itu tidak terbatas hanya nabi-nabi yang disebutkan dalam surat ini saja, melainkan semua nabi. Hal ini merupakan kebiasaan dalam bahasa Arab dengan menyebutkan beberapa orang, sedangkan makna yang dimaksud ialah predikatnya. Bahwa mereka itu:
…adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam., hingga akhir ayat.
As-Saddi mengatakan —juga Ibnu Jarir— bahwa yang dimaksud dengan keturunan Adam ialah Nabi Idris. Yang dimaksud dengan keturunan orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh adalah Nabi Ibrahim. Dan yang dimaksud dengan keturunan Ibrahim ialah Ishaq, Ya’qub, dan Ismail. Sedangkan yang dimaksud dengan keturunan Israil (Ya’qub) ialah Musa, Harun, Zakaria, Yahya, dan Isa putra Maryam.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa karena itulah maka nasab mereka dibedakan, sekalipun pada garis besarnya nasab mereka terhimpun pada Adam a.s. Karena di antara mereka terdapat orang-orang yang bukan termasuk dari keturunan orang-orang yang diangkat bersama Nuh dalam bahteranya, yaitu Idris, karena sesungguhnya Idris adalah kakek dari Nabi Nuh.
Menurut kami, pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Abu Hatim ada benarnya dan merupakan pendapat yang terkuat, sebab Nabi Idris merupakan puncak dari nasab Nabi Nuh a.s.
Dapat dikatakan pula bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan keturunan Israil ialah nabi-nabi dari keturunan Bani Israil. Hal ini tersimpul dari hadis isra yang menyebutkan bahwa Musa dalam salamnya kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengucapkan, “Selamat datang dengan nabi yang saleh, saudara yang saleh.” Ia tidak mengatakan anak yang saleh seperti yang dikatakan oleh Adam dan Ibrahim a.s.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Luhai’ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Nabi Idris lebih dahulu daripada Nabi Nuh. Allah mengutusnya kepada kaumnya. Maka Idris memerintahkan kepada mereka agar mengucapkan kalimat tauhid, yaitu: “Tidak ada Tuhan selain Allah.” Akan tetapi, kaumnya berbuat semau mereka dan tidak mau menuruti perintah Nabi Idris, akhirnya Allah membinasakan mereka.
Di antara dalil yang memperkuat bahwa makna yang dimaksud oleh ayat ini adalah jenis nabi, ialah bahwa ayat ini semakna dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di dalam surat Al-An’am, yaitu:
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk, dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Alyasa’, Yunus, dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), dan Kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Al An’am:83-87)
Sampai dengan firman-Nya:
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al An’am:90)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (Al-Mu’min: 78)
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui Mujahid, ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, “Apakah di dalam surat Shad terdapat ayat Sajdah?” Maka Ibnu Abbas menjawab, “Ya.” Kemudian Ibnu Abbas membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al An’am:90) Ibnu Abbas selanjutnya mengatakan, “Nabi kalian adalah termasuk orang yang diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa termasuk di antara mereka ialah Nabi Daud.
Di dalam ayat surat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
…Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah yang mengandung hujah-hujah-Nya, dalil-dalil-Nya, dan bukti-bukti-Nya, maka mereka bersujud kepada Tuhannya dengan penuh rendah diri dan ketenangan sebagai ungkapan puji syukur mereka atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkanNya kepada mereka.
Bukiyyun adalah bentuk jamak dari bakin, yakni menangis. Para ulama sepakat menetapkan dianjurkannya melakukan sujud setelah membaca ayat ini karena mengikuti jejak mereka dan menelusuri pekerti mereka yang disebutkan dalam ayat ini.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma’mar yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab r.a. membaca surat Maryam, (dan ketika sampai pada ayat ini) lalu ia bersujud, dan ia mengatakan, “Inilah sujud, tetapi susah melakukan tangisannya.” Dia bermaksud bahwa sulit melakukan tangisan (barangkali karena tidak adanya munasabah menangis pada ayat).
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan asar ini, tetapi dalam riwayat Ibnu Jarir tidak disebutkan Abu Ma’mar menurut penglihatan kamr (penulis), hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.
Tafsir Ayat:
Setelah menyebutkan kisah para nabi yang dimuliakan dan para rasul yang diistimewakan, Allah menyebutkan berbagai keutamaan dan derajat mereka. Allah berfirman, أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi,” maksudnya Allah memberikan karunia kepada mereka yang tidak akan dapat dipadani dan anugerah yang tak dapat dilampaui yaitu nikmat kenabian dan kerasulan. Mereka itulah orang-orang yang kita diperintahkan untuk berdoa kepada Allah supaya diberikan petunjuk ke jalan orang-orang yang telah Dia beri kenikmatan kepada mereka, dan bahwa orang-orang yang menaati Allah, maka dia,
أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ
“akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu nabi-nabi….” (QS. An-Nisa`: 69).
Dan bahwa sebagian mereka adalah مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ “dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh,” maksudnya, anak keturunannya وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ “dan dari keturunan Ibrahim dan Isra`il.” Jadi, inilah keluarga-keluarga terbaik di dunia. Allah telah menyeleksi, memilih, dan memperlakukan mereka dengan istimewa. Kondisi mereka saat membaca ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada mereka, yang berisi pemberitahuan tentang perkara-perkara ghaib, dan sifat-sifat Dzat Yang Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib, berita tentang Hari Akhir, janji dan ancaman خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا “maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis,” maksudnya, mereka tunduk kepada ayat-ayat Allah dan khusyu’ mengamatinya. Ayat-ayat ini berpengaruh dalam hati-hati mereka berupa keimanan, raghbah (cinta kepada Allah) dan ketakutan (rahbah) yang menyebabkan mereka menangis, bertaubat serta bersujud kepada Rabb mereka. Mereka bukanlah termasuk orang-orang yang jika mendengar ayat-ayat Allah, menyungkur dalam keadaan buta dan tuli.
Dalam penyandaran kata اَلْآيَاتُ (ayat-ayat) dengan nama Allah اَلرَّحْمٰنُ (Yang Maha Penyayang) terdapat bukti bahwa ayat-ayatNya termasuk rahmat dan curahan kebaikanNya kepada para hambaNya. Karena dengannya, Allah memberikan hidayah kepada mereka menuju al-Haq, membukakan mata batin mereka dari kebutaan, menyelamatkan mereka dari kesesatan dan mengajari mereka (ayat hingga terbebas) dari kubangan kebodohan.
Kisah beberapa rasul pada ayat-ayat sebelumnya disusul dengan uraian tentang sifat-sifat mereka. Mereka yang dianugerahi kedudukan yang tinggi itulah orang-orang yang telah diberi nikmat duniawi dan ukhrawi oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan nabi adam, dan dari keturunan orang-orang yang kami bawa dan selamatkan dalam kapal bersama nabi nuh ketika terjadi banjir besar, dan dari keturunan nabi ibrahim dan israil, yaitu nabi yakub, dan selain mereka ada juga di antaranya yang mendapat anugerah, yaitu dari orang yang telah kami beri petunjuk sehingga selalu menaati ajaran kami dan telah kami pilih untuk berdakwah dan mengajak umat pada kebaikan. Mereka memiliki sifatsifat terpuji. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang maha pengasih atau diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada mereka, maka mereka segera tunduk, ber-sujud, dan menangis dengan tulus dan khusyuk kepada-Nya. 59. Usai menjelaskan sifat para nabi, rasul, dan orang yang mendapat karunia Allah, pada ayat ini Allah menerangkan balasan bagi orang yang sesat dan ganjaran bagi orang yang bertobat. Kemudian datanglah setelah mereka pengganti mereka, yaitu generasi baru yang berperangai buruk. Mereka termasuk golongan yang mengabaikan salat, baik dengan meninggalkannya atau melaksanakannya secara menyimpang dari ajaran para nabi dan rasul, dan mereka selalu mengikuti keinginan hawa nafsu-Nya sehingga terjerumus ke dalam dosa. Karena perbuatan dan perilaku mereka yang buruk, maka mereka kelak di akhirat akan termasuk kelompok orang yang tersesat dan mendapat balasan neraka.
Maryam Ayat 58 Arab-Latin, Terjemah Arti Maryam Ayat 58, Makna Maryam Ayat 58, Terjemahan Tafsir Maryam Ayat 58, Maryam Ayat 58 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Maryam Ayat 58
Tafsir Surat Maryam Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)