{18} Al-Kahfi / الكهف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | طه / Thaha {20} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Maryam مريم (Maryam (Maria)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 19 Tafsir ayat Ke 61.
جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَـٰنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا ﴿٦١﴾
jannāti ‘adninillatī wa’adar-raḥmānu ‘ibādahụ bil-gaīb, innahụ kāna wa’duhụ ma`tiyyā
QS. Maryam [19] : 61
yaitu surga ‘Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak tampak. Sungguh, (janji Allah) itu pasti ditepati.
Surga keabadian yang berlangsung selama-lamanya, yaitu surga yang telah dijanjikan oleh ar-Rahman kepada hamba-hamba-Nya meskipun tidak tampak, lalu mereka beriman kepadanya sedang mereka tidak melihatnya. Sesungguhnya janji Allah kepada para hamba-Nya dengan surga ini pasti akan datang.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa surga yang kelak akan dimasuki oleh orang-orang yang bertobat dari dosa-dosanya adalah surga ‘Adn, yakni sebagai tempat tinggal mereka yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya secara gaib. Bahwa surga itu termasuk perkara gaib yang diimani oleh mereka keberadaannya, sekalipun mereka tidak melihatnya. Demikian itu karena kuatnya keyakinan dan iman mereka yang telah berakar di dalam kalbu mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.
Kalimat ayat ini menguatkan pengertian kalimat sebelumnya, bahwa hal itu pasti terjadi dan telah ditetapkan, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, tidak akan pula menggantinya. Makna ayat ini sama dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:
Adalah janji Allah itu pasti terlaksana. (Al Muzammil:18)
Yakni pasti terjadi
Yang dimaksud dengan makna firman-Nya, “Ma’tiyyan” (pasti akan ditepati) ialah bahwa semua hamba akan kembali kepada-Nya dan pasti menghadap kepada-Nya. Sebagian lainnya mengartikannya sama dengan lafaz atiyan yang artinya datang (sedangkan kalau ma’tiyyan artinya didatangkan). Dikatakan demikian karena sesuatu hal yang menimpamu berarti datang kepadamu. Sama halnya dengan kata-kata orang-orang Arab, “Atat ‘alayya khamsima sematan, ” dan ‘Ataitu ‘ala khamsina sanatan, ” artinya sama saja, yakni saya telah berusia lima puluh tahun.
Tafsir Ayat:
Kemudian Allah menyebutkan bahwa surga (taman) yang dijanjikan untuk dimasuki tidaklah seperti taman-taman yang lain. Akan tetapi جَنَّاتِ عَدْنٍ “Surga ‘Adn,” yaitu surga tempat hunian tetap, tidak akan pernah ditinggalkan, tidak akan pernah diganti dan tidak akan lenyap. Hal ini disebabkan oleh luasnya surga itu serta besarnya kuantitas kenikmatan padanya, berupa kebaikankebaikan, kegembiraan, kebahagiaan, dan kesenangan, serta keceriaan, الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ “yang telah dijanjikan oleh ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) kepada hamba-hambaNya, dengan (cara) ghaib,” yaitu surga yang dijanjikan oleh ar-Rahman. Allah merangkaikan kata surga dengan namaNya, ar-Rahman, karena di dalam Surga ‘Adn itu terdapat curahan rahmat dan kebaikan yang tidak pernah terlihat mata, tidak pernah terdengar telinga dan tidak terlintas dalam benak manusia. Allah juga menamakan surga ini sebagai rahmatNya. Allah berfirman,
وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ali Imran: 107).
Begitu pula, pada penggandengan kata surga dengan nama ar-Rahman, terdapat isyarat yang menunjukkan kontinyuitas kebahagiaan di dalamnya, dan bahwa surga itu abadi dengan keabadian rahmat Allah yang merupakan pengaruh dan konsekuensi rahmat-Nya.
Kata اَلْعِبَادُ (hamba-hamba) dalam ayat ini maksudnya adalah hamba dari ketuhanannya (ilahiyah) Allah, yaitu para hamba yang senantiasa beribadah kepada Allah dan konsisten melaksanakan syariatNya. Sehingga اَلْعُبُوْدِيَّةُ (penghambaan diri kepada Allah) menjadi predikat mereka, sebagaimana Firman Allah,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
“Dan hamba-hamba dari Dzat Yang Maha Penyayang itu ….” (QS. Al-Furqan: 63),
dan ayat-ayat yang semisalnya. Berbeda dengan “para hamba Allah” dalam konteks kepemilikan semata, yang tidak pernah beribadah kepadaNya. Mereka ini meskipun sebagai hamba dari pengaturan (rububiyah) Allah karena Allah telah menciptakan mereka, memberi rizki dan mengatur mereka, namun mereka ini tidak termasuk dalam golongan hamba al-uluhiyah al-ubudiyah al-ikhtiyariyah (hamba yang beribadah karena kemauan sendiri) yang pelakunya berhak mendapatkan pujian. Mereka menghambakan diri karena terpaksa, mereka tidak berhak mendapat pujian sama sekali.
Firman Allah, بِالْغَيْبِ “dengan (cara) ghaib,” ada kemungkinan kata ini berhubungan dengan الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَنُ عِبَادَهُ “yang dijanjikan oleh Dzat Yang Maha Pemurah”. Berdasarkan ini, maka pengertiannya adalah bahwa janji Allah untuk memberikan surga kepada mereka itu merupakan janji ghaib yang belum pernah mereka saksikan dan lihat. Namun, mereka mengimaninya, meyakini ketidaktampakannya, dan mereka pun berusaha menggapainya dengan sekuat tenaga, padahal mereka belum pernah melihatnya. Lalu, bagaimanakah seandainya mereka pernah melihatnya? Sudah pasti, mereka akan lebih antusias lagi untuk mendapatkannya, lebih termotivasi lagi dan akan lebih giat lagi berusaha. Sehingga ini merupakan pujian bagi mereka dengan sebab keimanan mereka terhadap perkara yang ghaib, yang merupakan keimanan yang bermanfaat.
Ada kemungkinan juga, بِالْغَيْبِ “dengan (cara) ghaib,” berkaitan dengan kata عِبَادَهُ (para hambaNya), yakni orang-orang yang beribadah kepadaNya secara ghaib (secara tidak langsung [menghadapNya]), dan mereka tidak dapat melihatNya. Inilah ibadah mereka, padahal tidak pernah melihatNya. Seandainya mereka pernah me-lihatNya, maka pasti mereka lebih rajin untuk beribadah kepada-Nya, lebih besar taubat mereka kepadaNya, lebih agung kecintaan dan kerinduan mereka kepadaNya.
Ada kemungkinan pengertian ayat ini bahwasanya surga-surga yang dijanjikan oleh Allah kepada para hambaNya termasuk sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh imajinasi-imajinasi (manu-sia) dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Dalam cara (pengungkapan seperti) ini terdapat upaya membangkitkan kerinduan kepadanya, dan sifat (gambaran) yang masih global yang berpotensi menyulut jiwa-jiwa dan menggairahkan (jiwa yang) diam agar mencarinya. Sehingga ini sama dengan Firman Allah,
فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As- Sajdah: 17).
Semua makna ini benar, akan tetapi kemungkinan pengertian pertama lebih utama. Dalilnya adalah Firman Allah إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا “Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati,” maksudnya pasti terjadi. Sesungguhnya Allah tidak pernah mengingkari janji, dan Allah itu sebenar-benarnya Dzat yang berkata.
Kami beri mereka anugerah, yaitu surga ‘adn yang telah dijanjikan oleh tuhan yang maha pengasih kepada hamba-hamba-Nya yang taat dan melaksanakan ajaran-Nya. Mereka mengimani eksistensinya, sekalipun surga itu tidak tampak dan tidak mereka lihat di dunia. Sungguh, mereka meyakini bahwa janji Allah itu pasti ditepati. Mereka tahu Allah tidak pernah mengingkari janji. 62. Surga yang kami janjikan itu penuh kesenangan. Di dalamnya mereka tidak pernah berbicara atau mendengar perkataan yang tidak berguna, kecuali ucapan salam yang menyejukkan dan mendamaikan. Banyak nikmat Allah di dalamnya, dan di dalamnya bagi mereka ada rezeki pagi dan petang, yang telah Allah tetapkan sebagai pahala atas kebaikan mereka.
Maryam Ayat 61 Arab-Latin, Terjemah Arti Maryam Ayat 61, Makna Maryam Ayat 61, Terjemahan Tafsir Maryam Ayat 61, Maryam Ayat 61 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Maryam Ayat 61
Tafsir Surat Maryam Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)