{18} Al-Kahfi / الكهف | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | طه / Thaha {20} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Maryam مريم (Maryam (Maria)) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 19 Tafsir ayat Ke 64.
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ﴿٦٤﴾
wa mā natanazzalu illā bi`amri rabbik, lahụ mā baina aidīnā wa mā khalfanā wa mā baina żālika wa mā kāna rabbuka nasiyyā
QS. Maryam [19] : 64
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa.
Katakanlah, wahai Jibril, kepada Muhammad: Kami para malaikat tidaklah turun dari langit ke bumi kecuali dengan perintah Rabb-mu kepada kami. Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di hadapan kita, yaitu perkara akhirat di masa mendatang, dan apa yang ada di belakang kita, yaitu apa yang telah berlalu dari urusan dunia, serta apa yang ada di antara dunia dan akhirat. Kepunyaan-Nyalah segala urusan di segala waktu dan tempat, dan Rabb-mu tidak pernah melupakan suatu pun.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya’la dan waki’. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Zar, dari ayahnya, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Malaikat Jibril, “Apakah gerangan yang mencegahmu untuk tidak mengunjungiku lebih banyak lagi dari biasanya?” Maka turunlah firman-Nya:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali dengan perintah Tuhanmu., hingga akhir ayat.
Imam Bukhari mengetengahkannya secara munfarid. Di dalam kitab tafsirnya ia meriwayatkan sehubungan dengan makna ayat ini melalui Abu Na’im, dari Umar ibnu Zar dengan sanad yang sama.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Umar ibnu Zar dengan sanad yang sama, tetapi menurut riwayat keduanya di akhir hadis terdapat tambahan, yaitu bahwa jawaban tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Malaikat Jibril tidak turun kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dalam waktu yang cukup lama. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dirundung rasa sedih dan duka karenanya. Kemudian Malaikat Jibril datang dan mengatakan, “Hai Muhammad:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.., hingga akhir ayat.
Mujahid mengatakan bahwa Jibril tidak turun kepada Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ selama dua belas malam atau kurang dari itu. Ketika Jibril turun, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkata kepadanya, “Hai Jibril, sesungguhnya kamu membuat saya sedih, sehingga kaum musyrik mempunyai dugaan yang tidak-tidak kepada saya.” Maka turunlah firman-Nya:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu., hingga akhir ayat.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini sama maknanya dengan ayat yang terdapat di dalam surat Adh-Dhuha. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan tertahannya Malaikat Jibril.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Mujahid yang mengatakan bahwa utusan Allah datang lambat kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Kemudian Jibril datang, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “Apakah gerangan yang menahanmu, hai Jibril?” Maka Jibril berkata, “Bagaimana saya datang kepada kalian, sedangkan kalian tidak memotong kuku kalian, tidak membersihkan sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian, tidak mencukur kumis kalian, serta tidak bersiwak lagi?” Kemudian Jibril membacakan firman-Nya:
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu., hingga akhir ayat.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim As-Suri, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepadaku Sa’labah ibnu Muslim, dari Ubay ibnu Ka’b maula Ibnu Abbas, dari Ibnu Abbas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda bahwa Malaikat Jibril lama tidak turun kepadanya. Ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengatakan hal tersebut kepada Jibril, maka Jibril menjawab: Bagaimana saya turun, sedangkan kalian tidak lagi bersiwak, tidak memotong kuku, tidak mencukur kumis, dan tidak membersihkan sela-sela jari-jemari tangan dan kaki kalian?
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman Al-Mugirah ibnu Habib, dari Malik ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku seorang syekh dari kalangan ulama Madinah, dari Ummu Salamah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepadanya: Benahilah majelis ini untuk kami, karena sesungguhnya akan turun ke bumi seorang malaikat yang belum pernah turun sama sekali ke bumi ini.
Kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan dan apa-apa yang ada di belakang kita.
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksudkan dengan apa-apa yang ada di hadapan kita ialah perkara dunia, sedangkan apa-apa yang ada di belakang kita ialah perkara akhirat.
…dan apa-apa yang ada di antara keduanya.
Yakni apa-apa yang ada di antara dua tiupan sangkakala. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Ikrimah, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, dan Qatadah menurut suatu riwayat yang bersumber dari keduanya, juga menurut As-Saddi serta Ar-Rabi’ ibnu Anas.
Menurut pendapat yang lain, makna mabaina aidina ialah apa-apa yang bakal terjadi menyangkut urusan akhirat, sedangkan wama khalfana artinya apa-apa yang telah lalu menyangkut urusan dunia. Dan makna wama baina zalika artinya apa yang ada di antara dunia dan akhirat. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sa’id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Juraij, dan As-Sauri. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Mujahid dan As-Saddi mengatakan makna yang dimaksud ialah Tuhanmu tidak akan melupakanmu. Dalam keterangan yang terdahulu telah disebutkan bahwa makna ayat ini sama dengan firman-Nya:
Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkanmu dan tiada (pula) benci kepadamu. (Adh-Dhuha: 1-3)
Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Muhammad ibnu AbdusSamad Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Usman (yakni Abul Jamahir), telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Raja ibnu Haiwah, dari ayahnya, dari Abu Darda yang me-rafa’-kan hadis ini: Apa saja yang dihalalkan Allah di dalam Kitab-Nya, maka hal itu halal, dan apa-apa yang diharamkan oleh Allah, maka hal itu haram, dan apa saja yang Allah diam terhadapnya, maka hal itu dimaafkan. Maka terimalah kemurahan dari-Nya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah melupakan sesuatu pun. Kemudian Abu Darda membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:
…dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Tafsir Ayat:
Rasulullah pernah sekali merasakan keterlambatan Jibril ‘alaihissalam untuk mendatangi beliau (dengan wahyu), maka Rasulullah berkata kepadanya, “Seandainya engkau datang lebih sering kepadaku dari sebelumnya,” karena kerinduan beliau kepadanya dan kerisauan lantaran berpisah dengannya, supaya hati beliau menjadi tenang dengan kedatangannya. Maka lewat lisan malaikat Jibril, Allah جَلَّ جَلالُهُ menurunkan, وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Rabbmu,” maksudnya kami tidak memiliki wewenang sama sekali dalam (pengaturan) urusan-urusan. Jika Dia memerintahkan kami, pasti kami segera melaksanakan perintahNya, tidak melanggar perintahNya. Sebagaimana Allah menceritakan tentang mereka,
لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).
Kami hanyalah hamba yang diperintah. لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ “KepunyaanNyalah segala sesuatu yang ada di hadapan kita, segala sesuatu yang di belakang kita, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya,” maksudnya bagi Allah semua perkara-perkara yang telah berlalu, yang akan datang serta yang sedang terjadi, di setiap waktu dan tempat. Jika sudah (kian) jelas bahwa semua urusan adalah milik Allah, sedangkan kita adalah hamba yang diatur, maka perkara-perkara itu terpaku pada kisaran “Apakah hikmah ilahiyah menuntutnya, sehingga Dia menjalankannya, atau tidak menuntutnya, sehingga Dia menundanya? Oleh karena itu, Allah berfirman, وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا “Dan tidaklah Rabbmu lupa,” maksudnya Allah tidak pernah melupakan dan mengabaikanmu. Seperti Firman Allah,
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
“Rabbmu tidak meninggalkanmu dan tidak membencimu.” (QS. Adh- Dhuha: 3).
Bahkan Allah senantiasa memperhatikan urusanmu, merealisasikannya bagimu dengan fasilitas-fasilitasNya yang indah dan pengaturan-pengaturanNya yang elok.
Maksudnya, kedatangan kami terlambat dari waktu yang biasa, maka janganlah hal itu membuatmu sedih dan menggelayuti pikiranmu. Ketahuilah bahwa Allah-lah yang menghendaki hal itu, karena Dia memiliki hikmah dalam keputusan ini.
Keterangan tentang keadaan surga yang dijanjikan kepada hamba Allah yang bertakwa disusul dengan penjelasan bahwa turunnya jibril merupakan kehendak dan perintah Allah. Ketika rasulullah mengharapkan jibril lebih sering datang, dia menjawab, ‘wahai nabi Muhammad, tidaklah kami, para malaikat, turun kecuali atas perintah tuhanmu. Ketahuilah bahwa hanya milik-Nya segala yang ada di alam semesta, apa saja yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan ketahui pula bahwa tuhanmu tidak pernah lupa sedikit pun. 65. Dialah tuhan yang telah menciptakan segala yang ada, menguasai langit dan bumi, dan mengatur serta memelihara segala yang ada di antara keduanya. Maka, sembahlah dia karena hanya dia yang layak disembah, dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya karena hanya dia yang layak menjadi tujuan ibadah. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu di alam semesta ini yang setara atau yang sama dengan-Nya, baik sebagai pencipta maupun sebagai sembahan’.
Maryam Ayat 64 Arab-Latin, Terjemah Arti Maryam Ayat 64, Makna Maryam Ayat 64, Terjemahan Tafsir Maryam Ayat 64, Maryam Ayat 64 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Maryam Ayat 64
Tafsir Surat Maryam Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)