{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 14.
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
innanī anallāhu lā ilāha illā ana fa’budnī wa aqimiṣ-ṣalāta liżikrī
QS. Thaha [20] : 14
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat Aku.
Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada sembahan yang hak selain Aku, tidak ada sekutu bagi-Ku, maka sembahlah Aku semata, dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku di dalamnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…maka sembahlah Aku.
Maksudnya, Esakanlah Aku dan sembahlah Aku tanpa mempersekutukan Aku.
…dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah salatlah kamu untuk mengingat-Ku.
Menurut pendapat lain, maksudnya ialah dirikanlah salat bilamana kamu ingat kepada-Ku.
Makna yang kedua ini diperkuat oleh hadis yang dikemukakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna ibnu Sa’id, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Apabila seseorang di antara kalian tertidur hingga meninggalkan salatnya atau lupa kepada salatnya, hendaklah ia mengerjakannya saat mengingatnya. Karena sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman,
“Dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.”
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Barang siapa tidur meninggalkan salat (nya) atau lupa kepadanya, maka kifaratnya ialah mengerjakannya (dengan segera) manakala ingat kepadanya, tiada kifarat lain kecuali hanya itu.
Kemudian Allah menjelaskan wahyu yang disampaikan kepadanya dengan FirmanNya, إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) kecuali Aku,” maksudnya Allahlah yang berhak untuk diibadahi, dan Dzat yang melekat padaNya sifat tersebut. Sebab, Dia yang Mahasempurna dalam nama-nama dan sifat-sifatNya, Esa dengan perbuatan-perbuatanNya, tidak ada sekutu bagiNya, tidak ada bandingan, padanan, dan dzat yang sama denganNya. فَاعْبُدْنِي “Maka sembahlah Aku,” dalam segala macam ibadah, yang zahir maupun yang batin, ibadah yang prinsip ataupun yang bersifat sekunder. Selanjutnya, Allah menyebutkan shalat secara khusus, meskipun sudah termasuk dalam bingkai ibadah, karena keutamaan dan kemuliaannya serta muatannya yang mengandung penghambaan hati, lisan dan anggota tubuh lainnya.
Firman Allah, وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي “Dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu,” huruf lam berfungsi sebagai ta’lil (penyebutan sebab). Maksudnya, tegakkanlah shalat untuk tujuan mengingatKu. Sebab mengingat nama Allah merupakan tujuan yang paling agung. Dengan itulah hati menghambakan diri kepada Allah. Dengan itu pula, kebahagiaan tergapai. Hati yang kosong dari dzikir kepada Allah, niscaya akan menjadi kosong dari segala kebaikan. Ia benar-benar telah mengalami kerusakan yang parah, maka Allah menggariskan berbagai macam ibadah yang ditujukan untuk mengingatNya, terutama pada shalat. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur`an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain).” (QS. Al-Ankabut: 45),
maksudnya, kandungannya berupa dzikrullah lebih besar daripada (fungsinya) mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran. Jenis ini, disebut tauhid ilahiyah (uluhiyah) dan tauhid ibadah. Uluhiyah (hak disembah) merupakan sifat Allah جَلَّ جَلالُهُ. Sementara ubudiyah (menghambakan diri) merupakan sifat makhlukNya.
Wahai musa, ketahuilah sesungguhnya aku ini adalah Allah, tuhanmu, dan sungguh tidak ada tuhan pencipta alam raya yang layak disembah selain aku, maka berimanlah kepada-ku, sembahlah aku, dan laksanakanlah salat untuk mengingat-ku dan bersyukur kepada-ku. ‘ inilah prinsip pertama akidah, yaitu keesaan tuhan. 15. Allah lalu menyusuli dengan prinsip berikutnya, yaitu keniscayaan kiamat. “sungguh, hari kiamat itu akan datang tanpa ada keraguan sedikit pun tentangnya, namun aku merahasiakan waktu kedatangannya. Karena itu, siapkanlah dirimu untuk menghadapinya. Hari kiamat itu merupakan suatu keniscayaan agar setiap orang yang mukalaf dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan dalam kehidupannya di dunia ini. ‘.
Thaha Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 14, Makna Thaha Ayat 14, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 14, Thaha Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 14
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)