{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 44.
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾
fa qụlā lahụ qaulal layyinal la’allahụ yatażakkaru au yakhsyā
QS. Thaha [20] : 44
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.
Lalu katakanlah kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut kepada Rabb-nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.
Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.
Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:
Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?
Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, “Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya.”
Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
Yakni ucapan “Tidak ada Tuhan selain Allah”.
Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir’aun kalimat berikut, “Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka.”
Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
Bahwa yang dimaksud dengan layyinan ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang).
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan Abu Murrah.
Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar dalam dakwahnya kepada Fir’aun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan, Dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain yang mengatakan:
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An Nahl:125)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
mudah-mudahan ia ingat atau takut.
Yakni barangkali saja Fir’aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al Furqaan:62)
Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya.
Tafsir Ayat:
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,” yaitu perkataan yang enak (didengar), lunak, dengan kelembutan, persuasif, etika dalam tutur kata, tanpa ada unsur kekejian, pamer kekuatan dan kekerasan dalam perkataan, serta sikap kasar dalam tindakan. لَعَلَّهُ “Mudah-mudahan,” melalui perkataan yang lembut يَتَذَكَّرُ “dia ingat,” tentang perkara-perkara yang bermanfaat bagi dirinya hingga tergugah untuk mengerjakannya أَوْ يَخْشَى “atau takut,” akan segala sesuatu yang membahayakan dirinya sehingga meninggalkannya. Sesungguhnya tutur kata yang lembut akan mengundang perubahan itu, dan omongan yang kasar akan melahirkan antipati pada dirinya. Tutur kata yang lunak ini diperjelas dalam Firman Allah,
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى * وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ
فَتَخْشَى
“Maka katakanlah (kepada Fir’aun), ‘Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar kamu takut kepadaNya’.” (QS. An-Nazi’at: 18-19).
Sesungguhnya ungkapan di atas memuat sisi kelembutan dan kemudahan tanpa ada unsur keburukan yang sangat jelas sekali bagi orang yang merenunginya. Beliau memulai dengan kata هَلْ “Apakah,” yang menandakan tawaran dan ajakan diskusi, yang tiada seorang pun membencinya. Beliau mengajaknya untuk menyucikan dan membersihkan diri dari kotoran-kotoran (maknawi), yang intinya adalah membersihkan diri dari kesyirikan yang bisa disambut oleh setiap akal yang sehat. Beliau tidak mengatakan, “Aku akan membersihkan dirimu.” Akan tetapi berkata, أَنْ تَزَكَّى “engkau membersihkan diri,” engkaulah orang yang menjalankannya. Selanjutnya, beliau mengajaknya menuju jalan Rabbnya yang telah merawat dan mencurahkan kenikmatan padanya dengan kenikmatan lahiriah dan batiniah, yang sudah sepantasnya timbal balik-nya yaitu rasa syukur dan mengingat nikmat-nikmat itu. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى “Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar kamu takut kepadaNya.” Ketika dia tidak mau menerima perkataan yang lembut yang keindahannya sanggup memikat hati, maka dapat diketahui bahwa peringatan sudah tidak mempan lagi baginya. Allah pun menyiksanya dengan siksaan Dzat Yang Maha-perkasa lagi Mahakuasa.
43-44. Wahai nabi musa dan harun, pergilah kamu berdua kepada fir’aun yang sombong itu dengan bekal mukjizat dari-ku karena dia benar-benar telah melampaui batas dalam kedurhakannya. Begitu berhadapan dengannya, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Ajaklah dia beriman kepada Allah dan serulah pada kebenaran dengan cara yang baik. Mudah-Mudahan dengan cara demikian dia menjadi sadar atau takut pada azab Allah bila terus durhaka. ’45. Nabi musa dan harun tahu benar kekejaman dan kesombongan fir’aun. Karena itu, setelah mendengar perintah ini keduanya berkata, ‘ya tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir dia akan segera menyiksa kami sebelum kami selesai mengajaknya beriman kepada-Mu, atau dia justru akan bertambah melampaui batas, melebihi kedurhakaannya selama ini. ‘.
Thaha Ayat 44 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 44, Makna Thaha Ayat 44, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 44, Thaha Ayat 44 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 44
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)