{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 47.
فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ ۖ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَالسَّلَامُ عَلَىٰ مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَىٰ ﴿٤٧﴾
fa`tiyāhu fa qụlā innā rasụlā rabbika fa arsil ma’anā banī isrā`īla wa lā tu’ażżib-hum, qad ji`nāka bi`āyatim mir rabbik, was-salāmu ‘alā manittaba’al-hudā
QS. Thaha [20] : 47
Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
Pergilah kepadanya dan katakan kepadanya: Sesungguhnya kami adalah utusan Rabb-mu, maka bebaskanlah Bani Israil, dan jangan membebani mereka dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sanggup mereka lakukan.
Dalam hadis yang menceritakan tentang fitnah-fitnah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas telah disebutkan bahwa Musa dan Harun tinggal beberapa lama di depan pintu istana Fir’aun tanpa diberi izin untuk masuk, sesudah itu keduanya diperbolehkan masuk setelah melewati berbagai macam rintangan yang keras.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa Musa dan saudaranya Harun berangkat menemui Fir’aun, lalu keduanya berhenti di depan pintu istana Fir’aun untuk meminta izin agar keduanya diperbolehkan masuk menemuinya. Keduanya mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam, maka izinkanlah kami masuk untuk menemui Fir’aun.”
Menurut berita yang sampai kepadaku, keduanya tinggal selama dua tahun pulang dan pergi ke pintu istana tanpa diberi izin untuk masuk. Tiada seorang pun dari kalangan penjaga pintu istananya yang berani melapor kepada Fir’aun tentang kedatangan keduanya.
Sehingga akhirnya masuklah menemui Fir’aun seorang pelawak yang selalu menghiburnya dan membuatnya tertawa, lalu pelawak itu berkata kepadanya, “Wahai Raja, sesungguhnya di depan pintu istanamu terdapat seorang lelaki yang mengatakan kalimat-kalimat yang menakjubkan. Dia menduga bahwa dirinya mempunyai Tuhan selain engkau yang menyuruhnya untuk menghadap kepadamu.” Fir’aun berkata, meminta ketegasan, “Apakah benar ia telah berada di depan pintu istanaku?” Si pelawak menjawab, “Ya (tadi saya melihatnya ketika masuk).” Maka Fir’aun berkata memberikan perintah, “Izinkanlah dia masuk.”
Maka masuklah Musa bersama Harun ke dalam istana. Musa saat itu memegang tongkatnya. Setelah keduanya berdiri di hadapan Fir’aun, Musa berkata membuka pembicaraan, “Sesungguhnya aku adalah utusan Tuhan semesta alam,” maka Fir’aun mengenalinya.
As-Saddi menceritakan bahwa ketika Musa tiba di negeri Mesir, terlebih dahulu ia bertamu ke rumah ibunya dan saudaranya, sedangkan keduanya tidak mengenalinya. Hidangan makan keduanya pada malam itu adalah makanan taf’i, kemudian keduanya mengenalinya, lalu menyalaminya. Musa berkata kepada saudaranya, “Hai Harun, sesungguhnya Tuhanku telah memerintahkan kepadaku agar mendatangi Fir’aun ini, lalu menyerunya untuk menyembah Allah, dan Allah memerintahkan kepadaku agar kamu membantuku.”
Harun menjawab, “Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu.” Maka keduanya berangkat, saat itu hari telah malam, lalu Musa mengetuk pintu istana Fir’aun dengan tongkatnya, dan Fir’aun mendengarnya (karena suaranya sangat keras). Fir’aun sangat marah, lalu berkata, “Siapakah orang yang berani melakukan perbuatan yang kurang ajar ini terhadap diriku?” Maka para penjaga pintu istana melaporkan bahwa di depan pintu terdapat seorang lelaki yang gila, mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Maka Fir’aun memerintahkan agar Musa dibawa menghadap kepadanya. Setelah Musa berada di hadapan Fir’aun, maka Musa dan saudaranya (Harun) mengatakan kepada Fir’aun hal-hal yang telah disebutkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu.
Yakni bukti dan mukjizat dari Tuhanmu yang membenarkan kerasulan kami.
Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.
Maksudnya, keselamatan semoga dilimpahkan kepadamu jika kamu mengikuti petunjuk. Karena itulah ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berkirim surat kepada Heraklius (Kaisar Romawi), di permulaan suratnya beliau menyebutkan:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Heraklius (pembesar Romawi) “Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du, sesungguhnya aku mengajakmu kepada seruan Islam, masuk Islamlah, niscaya engkau selamat. Allah pasti memberimu pahala dua kali lipat.”
Begitu pula ketika Musailamah berkirim surat kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang teksnya berbunyi seperti berikut, “Dari Musailamah kepada Rasulullah, semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu. Amma Ba’du, sesungguhnya aku menyaingimu dalam urusan ini. Maka bagimu adalah daerah perkotaan, sedangkan bagiku adalah daerah perkampungan (pedalaman), tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab suratnya yang isinya seperti berikut:
Dari Muhammad, utusan Allah, ditujukan kepada Musailamah Al-Kazzab, semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du, sesungguhnya bumi itu adalah milik Allah, Dia mewariskannya (memberikannya) kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan akibat yang terpuji itu hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa.
Karena itulah Musa dan Harun berkata kepada Fir’aun, seperti yang dikisahkan oleh Firman-Nya:
Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. (Thaahaa:47-48)
Dengan kata lain, Musa bermaksud bahwa Allah telah menceritakan kepada kami di antara wahyu yang diturunkan-Nya kepada kami, bahwa azab itu akan ditimpakan khusus kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling dari ketaatan kepada-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An-Nazi’at: 37-39)
Maka Kami memperingatkan kalian dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (Al-Lail: 14-16)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Qur’an) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al Qiyaamah:31-32)
Tafsir Ayat:
Maka datanglah kalian berdua kepadanya dengan dua misi berikut: Menyerunya kepada Islam dan membebaskan bangsa mulia ini, Bani Isra`il dari jeratan dan perbudakan kepada Fir’aun. Agar mereka lepas dan dapat mengatur diri mereka sendiri, serta Musa berkesempatan menegakkan syariat Allah dan agamaNya di tengah mereka. قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ “Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami),” yang menunjukkan kebenaran kami. Maka Musa melemparkan tongkatnya. Seketika itu, berubah menjadi ular yang nyata. Beliau lantas menarik tangannya (dari kempitan ketiaknya), tiba-tiba menjadi putih cemerlang pada pandangan orang-orang… sampai akhir cerita yang disebutkan oleh Allah tentang mereka berdua. وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى “Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk,” yaitu orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus dan mendapatkan petunjuk dengan syariat yang jelas ini, maka dia mendapatkan hidayah di dunia dan akhirat.
Kamu berdua ada dalam lindungan-ku, maka janganlah takut. Pergilah kamu berdua kepadanya dan katakanlah, ‘sesungguhnya kami berdua adalah utusan tuhanmu yang telah menganugerahkan beragam nikmat kepadamu, wahai fir’aun. Dia juga tuhan kami dan bani israil. Kami mengajakmu beriman kepada-Nya, maka lepaskanlah bani israil bersama kami agar kita semua menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, dan janganlah engkau menyiksa mereka seperti yang selama ini kaulakukan. Sesungguhnya kami datang kepadamu dengan membawa bukti nyata tentang risalah kami dari tuhanmu, yakni berupa tongkat yang dapat berubah wujud menjadi ular dan tangan yang bersinar. Dan ketahuilah, wahai fir’aun, keselamatan itu akan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk Allah yang disampaikan oleh rasul-Nya. 48. Kami tidak berdusta. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa Allah itu akan ditimpakan kepada siapa pun yang tidak beriman pada-Nya, mendustakan ajaran yang kami bawa, dan berpaling darinya serta enggan melaksanakannya. ”.
Thaha Ayat 47 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 47, Makna Thaha Ayat 47, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 47, Thaha Ayat 47 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 47
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)