{19} Maryam / مريم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الأنبياء / Al-Anbiya {21} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Thaha طه (Ta Ha) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 20 Tafsir ayat Ke 108.
يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ لَا عِوَجَ لَهُ ۖ وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَـٰنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا ﴿١٠٨﴾
yauma`iżiy yattabi’ụnad-dā’iya lā ‘iwaja lah, wa khasya’atil-aṣwātu lir-raḥmāni fa lā tasma’u illā hamsā
QS. Thaha [20] : 108
Pada hari itu mereka mengikuti (panggilan) penyeru (malaikat) tanpa berbelok-belok (membantah); dan semua suara tunduk merendah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik.
Pada hari itu manusia mengikuti suara penyeru menuju pemberhentian kiamat, tidak ada yang bisa menghindar dari seruan penyeru; karena ini adalah kebenaran bagi semua makhluk. Sementara suara-suara lainnya terdiam karena tunduk kepada Yang Maha Pemurah, sehingga kamu tidak mendengar kecuali suara bisikan saja.
Yakni di hari mereka menyaksikan keadaan dan huru-hara hari kiamat ini, mereka bersegera memenuhi seruan yang memanggil mereka. Ke mana pun seruan itu memerintahkan kepada mereka, maka mereka segera menurutinya. Seandainya ketaatan seperti itu dilakukan oleh mereka ketika hidup di dunia, tentulah membawa manfaat bagi mereka. Tetapi nasi telah menjadi bubur, hal itu tiada manfaatnya bagi mereka. Hal yang sama telah disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada kami. (Maryam:38)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. (Al Qamar:8)
Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi mengatakan bahwa kelak di hari kiamat Allah menggiring manusia dalam kegelapan, langit telah digulung, bintang-bintang berhamburan, dan matahari serta rembulan telah lenyap. Lalu terdengarlah suara seruan (yang menyeru manusia), maka manusia pun mengikutinya dengan taat. Yang demikian itu disebutkan di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok, (Thaahaa:108)
Menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah mereka tidak menyimpang dari perintah seruan. Menurut Abu Saleh, tidak berbelok-belok.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa semuanya diam, tiada yang bersuara. Hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi.
…maka kamu tidak mendengar kecuali hanya bisikan saja.
Sa’id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan hams ialah suara langkah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Ad-Dahhak, Ar-Rabi’ ibnu Abas, Qatadah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
…maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
Yakni suara bisikan, dan itu adalah riwayat yang bersumber dari Ikrimah dan Ad-Dahhak.
Sa’id ibnu Jubair telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
Yakni suara bisikan dan suara langkah kaki.
Sa’id menggabungkan kedua takwil tersebut, dan itu bisa saja terjadi. Yang dimaksud dengan langkah kaki ialah suara langkah manusia ketika menuju ke Padang Mahsyar, mereka berjalan dengan tenang dan merendahkan diri. Adapun yang dimaksud dengan suara bisikan, barangkali terjadi di suatu keadaan tertentu, tidak di semua keadaan saat itu. Sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia. (Huud:105)
Oleh sebab itu, Allah berfirman, يَوْمَئِذٍ يَتَّبِعُونَ الدَّاعِيَ “Pada hari itu, manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru.” Hal itu terjadi saat umat manusia dibangkitkan dari kubur-kubur mereka dan berdiri darinya. Lalu ada penyeru yang memanggil mereka untuk datang dan berkumpul di Mahsyar. Mereka mengikutinya dengan bergegas menuju kepadanya, tidak menoleh ke arah lain dan tidak berbelok ke kanan maupun ke kiri.
Firman Allah لا عِوَجَ لَهُ “Dengan tidak berbelok-belok,” tidak memiringkan diri dari panggilan penyeru. Seruan (penyeru) itu betul-betul benar bagi seluruh makhluk, memperdengarkan (seruan) kepada semuanya dan berteriak kepada mereka semua. Mereka pun datang menuju tempat pengadilan Kiamat, dengan suara yang merendah kepada Rabb Yang Maha Pemurah.
فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا “Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja,” selain suara pijakan kaki-kaki atau bisikan-bisikan dengan lirih dengan menggerakkan dua bibirnya saja. Suasana hening, tenang, dan diam menguasai mereka untuk menunggu keputusan hukum Allah Yang Maha Pemurah bagi mereka.
Wajah-wajah mereka menunduk, maksudnya hina dan merunduk. Engkau menyaksikan di tempat pengadilan yang agung ini orang-orang kaya, orang-orang miskin, kaum lelaki, kaum wanita, orang-orang merdeka, budak-budak, raja-raja dan rakyat jelata dalam keadaan diam, tutup mulut, pandangan mereka merendah, leher-leher mereka menunduk dengan berlutut, dan wajah-wajah mereka hina. Mereka tidak mengetahui keputusan pasti yang mengenainya, tidak tahu apa yang akan diperbuat pada mereka. Setiap orang sibuk dengan diri dan urusannya sendiri, melupakan ayahnya, saudara kandungnya, kawan akrabnya, dan orang kecintaannya. Masing-masing orang memiliki urusan yang menyibukkannya. [Saat itulah] Dzat Yang Memutuskan lagi Mahaadil Yang Maha memiliki Hari Kiamat menetapkan keputusan padanya dan membalasi orang yang berbuat baik dengan curahan kebaikan dariNya, dan orang yang berbuat buruk dengan menghalangi(nya dari rahmatNya).
Harapan yang terpancang pada Rabb yang Mahamulia, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, adalah untuk memperlihatkan kepada para makhluk sebagian dari keutamaan, kebaikan, maaf, toleransi, dan ampunan yang tidak bisa diungkapkan oleh lisan-lisan dan tidak dapat diimajinasikan oleh akal pikiran. Semua makhluk ketika itu menunggu-nunggu rahmatNya, ketika menyaksikannya. Orang-orang yang beriman kepadaNya dan kepada para RasulNya mendapatkan rahmatNya secara khusus.
Jika dikatakan, “Dari manakah kalian mendapatkan harapan ini?” Jika engkau mau, katakanlah “Dari manakah pengetahuan kalian tentang ini?”
Maka kita katakan, “Karena kami mengetahuinya dari dominannya rahmat Allah daripada kemurkaanNya, dan luasnya kemurahanNya yang merata pada semua makhluk, serta melalui apa yang kami saksikan pada diri-diri kami dan orang lain, berupa kenikmatan-kenikmatan yang melimpah di dunia ini. Terutama keutamaan yang ada di Hari Kiamat. Sesungguhnya Firman Allah,
وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا * يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ
“Dan semua suara tunduk merendah kepada Rabb Yang Maha Pengasih, sehingga yang kamu dengar hanyalah bisik-bisik. Pada hari itu tidak berguna syafa’at (pertolongan) kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Rabb Yang Maha Pemurah,”
dipadukan dengan Firman Allah,
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ
“Kerajaan yang haq pada hari itu adalah kepunyaan Dzat Yang Maha Pemurah.” (QS. Al-Furqan: 26),
dipadukan dengan sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
إِنَّ لِلّٰهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ، أَنْزَلَ لِعِبَادِهِ رَحْمَةً، بِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَيَتَعَاطَفُوْنَ، حَتَّى إِنَّ الْبَهِيْمَةَ تَرْفَعُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تَطَأَهُ.
“Sesungguhnya Allah memiliki seratus buah rahmat. Dia menu-runkan satu rahmat bagi para hambaNya. Dengan itu, mereka saling menyayangi dan mengasihi. Bahkan seekor binatang mengangkat telapak kakinya dari anaknya lantaran takut akan menginjaknya” (Shahih al-Bukhari, no. 6000 dan Muslim, no. 2752)
[Maksudnya] karena sifat sayang yang diletakkan di hatinya. Di Hari Kiamat, Allah menggabungkan rahmat ini dengan sembilan puluh sembilan rahmat. Dengan itu, Allah mencurahkan kasihNya pada para hambaNya. Ditambah lagi dengan sabda Rasulullah,
لَلّٰهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنَ الْوَالِدَةِ بِوَلَدِهَا.
“Allah benar-benar lebih menyayangi para hambaNya daripada si ibu (ini) kepada anaknya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 5999; dan Muslim, no. 2754)
Maka, katakanlah terserah kamu, tentang berapa besarnya rahmat Allah. Sesungguhnya rahmatNya akan lebih besar dari apa yang engkau katakan. Dan imajinasikanlah rahmat Allah pada level yang lebih besar sekehendakmu. Sesungguhnya rahmat Allah lebih besar dari apa yang engkau sampaikan. Mahasuci Allah yang mencurahkan rahmatNya dalam sifat keadilan dan penerapan hukumanNya. Sebagaimana Dia merahmati dalam bentuk keutamaan, kebaikan dan pahalaNya. Dan Mahatinggi (Allah) Dzat yang rahmatNya melingkupi segala sesuatu, kemurahanNya merata pada setiap makhluk hidup, dan Dzat Yang Mahakaya tiada membutuhkan para hambaNya, Maha Penyayang kepada para hambaNya. Mereka itu membutuhkanNya selama-lamanya dalam seluruh kondisi mereka. Tidak mungkin mereka mengenyampingkanNya dalam sekejap mata.
FirmanNya, يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ “Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) dari orang yang (Allah) Yang Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya,” maksudnya seseorang tidak dapat memberikan syafa’at di sisiNya kecuali orang yang sudah diberi izin untuk mengeluarkan syafa’at. Dan Allah tidak mengeluarkan izin kecuali (diperuntukkan) bagi orang yang Dia ridhai ucapannya, maksudnya permohonan syafa’atnya, dari kalangan para nabi, para rasul, hamba-hambaNya yang dekat, bagi orang yang diridhai ucapan dan tindakannya. Yaitu orang Mukmin yang ikhlas. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka tidak ada cara bagi siapa pun untuk meraih syafa’at dari siapa saja.
108. Pada hari kiamat itu seluruh manusia bergerak mengikuti penyeru yang menggiring mereka ke satu arah dengan lurus, tidak berbelok-belok; semua begitu tenang dan khusyuk, dan merendahlah semua suara yang mengagungkan dan memohon kepada tuhan yang maha pemurah, maka pada saat itu kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja. 109. Pada hari itu juga tidak berguna syafaat dan pertolongan orang tua, anak, atau kerabat, kecuali syafaat dari orang yang dicintai dan telah diberi izin oleh tuhan yang maha pengasih, dan orang itu juga telah dia ridai perkataannya.
Thaha Ayat 108 Arab-Latin, Terjemah Arti Thaha Ayat 108, Makna Thaha Ayat 108, Terjemahan Tafsir Thaha Ayat 108, Thaha Ayat 108 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Thaha Ayat 108
Tafsir Surat Thaha Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)