{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 3.
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ ۗ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِينَ ظَلَمُوا هَلْ هَـٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ۖ أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ ﴿٣﴾
lāhiyatang qulụbuhum, wa asarrun-najwallażīna ẓalamụ hal hāżā illā basyarum miṡlukum, a fa ta`tụnas-siḥra wa antum tubṣirụn
QS. Al-Anbiya [21] : 3
Hati mereka dalam keadaan lalai. Dan orang-orang yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka, “(Orang) ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu. Apakah kamu menerima sihir itu padahal kamu menyaksikannya?”
Hati mereka lalai dari Al Qur’an yang mulia, sibuk dengan dunia berikut kesenangannya yang sia-sia, tidak memahami isinya. Bahkan orang-orang yang zalim dari kalangan kaum Quraisy telah bersepakat atas perkara rahasia, yaitu menyiarkan apa yang dapat menghalangi manusia dari beriman kepada Muhammad, bahwa dia adalah manusia biasa seperti mereka tanpa ada perselisihan sedikit pun dari mereka, dan bahwa apa yang dibawanya berupa Al Qur’an adalah sihir. Jadi, bagaimana mungkin kalian datang kepadanya dan mengikutinya, padahal kalian melihat sendiri bahwa ia adalah manusia biasa seperti kalian?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan mereka yang zalim itu merahasiakan pembicaraan mereka.
seraya membisikkan di antara sesama mereka dengan sembunyi-sembunyi.
Orang ini tiada lain hanyalah seorang manusia (jua) seperti kamu.
Yang mereka maksudkan adalah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Mereka tidak percaya beliau menjadi seorang nabi, mengingat beliau adalah seorang manusia sama dengan mereka, mana mungkin ia mendapat keistimewaan beroleh wahyu, sedangkan mereka tidak. Karena itu, dalam perkataan mereka selanjutnya disebutkan dalam firman-Nya:
…maka apakah kalian menerima sihir, padahal kalian menyaksikannya?
Yakni apakah kalian mau mengikutinya, sehingga akibatnya kalian sama dengan orang yang melakukan sihir, sedangkan ia mengetahui bahwa apa yang dilakukannya itu adalah ilmu sihir.
لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ “(Lagi) hati mereka dalam keadaan lalai,” maksudnya hati mereka lalai, berpaling, dan terbuai dengan orientasi-orientasi keduniaan. Fisik-fisik mereka hanya bermain-main. Mereka larut dengan pemenuhan syahwat dan praktik kebatilan, serta perkataan-perkataan yang picisan. Padahal, seyogyanya mereka tidak bersifat demikian; misalnya hati mereka menyambut perintah dan larangan Allah, mendengarkanNya dengan cara yang menjadikannya memahami maksudNya. Anggota-anggota tubuhnya bergerak untuk menjalankan ibadah yang menjadi tujuan penciptaan diri mereka. Dan sepatutnya pula, mereka menempatkan Hari Kiamat, perhitungan amalan dan pembalasannya di benak-benak mereka. Dengan itulah nanti, urusan mereka menjadi sempurna, kondisi mereka semakin lurus dan amalan mereka menjadi bersih. Tentang makna Firman Allah جَلَّ جَلالُهُ اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ “Telah dekat kepada manusia (hari) penghitungan segala amalan mereka,” (Al-Anbiya`: 1), terdapat dua pendapat:
Pendapat pertama:
Umat ini (umat Islam) merupakan umat yang paling terakhir. RasulNya pun rasul yang terakhir. Hari Kiamat akan terjadi pada umat beliau. (Karena itu), sungguh Hari Kiamat telah dekat dengan mereka dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Berdasarkan sabda Nabi,
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ.
“Saya diutus (menjadi rasul) bersamaan (datangnya) Hari Kiamat, seperti dua jari ini.”
Beliau menyandingkan jari telunjuknya dengan jari yang berada di sampingnya (jari tengah). ( Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6505; dan Muslim, no. 2951)
Pendapat kedua:
Yang dimaksud dengan dekatnya Hari Hisab (perhitungan amalan) adalah kematian. Bahwa orang yang meninggal, maka Kiamat sudah terjadi baginya, dan dia memasuki kampung pembalasan atas amalan-amalannya. Ayat ini merupakan ungkapan keheranan terhadap orang yang terbuai dan berpaling, dia tidak tahu, kapan kematian mengagetkannya, pagi atau siang. Demikian ini kondisi orang-orang secara keseluruhan, kecuali orang-orang yang terlimpahi perhatian ilahi, maka dia mempersiapkan diri untuk kematian dan tahapan hidup selanjutnya.
Selanjutnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menceritakan tentang topik yang dibahas oleh kaum kafir dan orang-orang yang zhalim secara sembunyi-sembunyi dalam rangka menentang dan melawan kebenaran dengan kebatilan. Mereka itu menjalin kesepakatan di antara mereka untuk melontarkan komentar tentang rasul, “Sesungguhnya dia adalah manusia biasa layaknya kalian. Maka, apakah yang menyebabkannya lebih utama dan lebih istimewa dari pada kalian? Seandainya ada salah seorang dari kalian mengklaim seperti pengakuannya, niscaya ungkapannya adalah sejenis dengan ungkapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Namun, (dia melakukan hal itu) lantaran ingin lebih tinggi dari kalian dan menjadi pimpinan atas kalian. Oleh karenanya, janganlah kalian menaatinya dan jangan pula mempercayainya. Ia adalah tukang sihir. Dan al-Qur`an yang dia bawa merupakan sihir juga. Larilah darinya, serta jauhkan orang-orang darinya.” Dan katakanlah, أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ “Maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya.” Beginilah yang mereka ucapkan, padahal mereka mengetahui bahwa dia benar-benar adalah utusan Allah, berdasarkan apa yang mereka saksikan, berupa tanda-tanda kekuasaan yang mencengangkan yang tidak disaksikan oleh orang selain mereka. Tetapi, perkara yang menyeret mereka melakukan penolakan, yaitu suratan takdir kebinasaan (pada mereka), kezhaliman, dan sifat penentangan.
Hati mereka dalam keadaan lalai dari Al-Qur’an, sibuk dengan kehi-dupan dunia yang tak bermakna. Mereka tidak memikirkan pesan Al-Qur’an. Dan orang-orang yang zalim di antara pemuka quraisy itu merahasiakan pembicaraan mereka, yang menggambarkan penolakan mereka beriman kepada nabi Muhammad, ‘orang ini (Muhammad) tidak lain hanyalah seorang manusia juga seperti kamu. Apakah kamu menerima sihir Muhammad itu, ayat-ayat Al-Qur’an, padahal kamu menyaksikan bahwa yang diucapkannya itu benar-benar sihir” 4. Dia, nabi Muhammad, berkata kepada orang-orang kafir, bahwa Allah mengetahui pembicaraan yang mereka rahasiakan. ‘tuhanku mengetahui secara detail semua perkataan para malaikat di langit dan mengetahui pula semua pembicaraan manusia di bumi, meskipun me-reka merahasiakannya; dan dia maha mendengar semua pembicaraan makhluk-Nya, maha mengetahui semua peristiwa yang sudah, sedang, dan akan terjadi di jagat raya!’.
Al-Anbiya Ayat 3 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 3, Makna Al-Anbiya Ayat 3, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 3, Al-Anbiya Ayat 3 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 3
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)