{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 32.
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا ۖ وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ ﴿٣٢﴾
wa ja’alnas-samā`a saqfam maḥfụẓā, wa hum ‘an āyātihā mu’riḍụn
QS. Al-Anbiya [21] : 32
Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain).
Kami jadikan langit sebagai atap bagi bumi yang tidak ditinggikan dengan tiang-tiang, dan ia terpelihara, tidak runtuh, dan tidak bias ditembus oleh setan. Sedangkan orang-orang kafir itu lalai dari memperhatikan tanda-tanda langit (matahari,bulan,dan bintang), lagi lalai dan lengah dari memikirkannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara.
Yakni di atas bumi, langit bagaikan kubah (atap)nya. Seperti halnya yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Adz Dzaariyaat:47)
Dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
dan langit serta pembinaannya. (Asy-Syams: 5)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikan dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaaf:6)
Al-bina artinya pilar kubah, seperti pengertian yang terdapat di dalam sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Islam dibangun di atas lima pilar.
Maksudnya, lima buah pilar penyangga. Hal ini tiada lain menurut kebiasaan orang-orang Arab disebutkan untuk bangunan kemah.
Mahfuzan, artinya yang terpelihara, yakni tinggi dan terjaga agar tidak dapat dicapai.
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ditinggikan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…sedangkan mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:
Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedangkan mereka berpaling dari padanya. (Yusuf:105)
Yakni mereka tidak mau memikirkan tentang apa yang telah diciptakan oleh Allah padanya (langit), seperti luasnya yang sangat besar dan ketinggiannya yang tak terperikan, bintang-bintang yang menghiasinya —baik yang tetap maupun yang beredar— yang tampak di malam dan siang harinya dari matahari ini yang menempuh cakrawala langit seluruhnya dalam waktu sehari semalam, maka matahari beredar dengan kecepatan yang tiada seorang pun mengetahuinya selain dari Allah yang telah mengadakannya, menundukkannya dan memperjalankannya, begitu pula dengan matahari dan rembulannya.
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا “Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap,” bagi bumi yang kalian berada di atasnya مَحْفُوظًا “yang terpelihara,” dari kerobohan,
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا
“Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap.” (Fathir: 41),
juga terlindungi dari pencurian pendengaran yang dilakukan oleh setan-setan وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ “sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya,” maksudnya, lalai dan lupa diri.
Ini umum sifatnya pada semua tanda-tanda kebesaran Allah جَلَّ جَلالُهُ yang berada di langit, berupa ketinggian, keluasan, kebesaran, dan warnanya yang elok serta keharmonisannya yang mengagumkan dan panorama-panorama lainnya. Di dalamnya, terdapat planet-planet yang statis dan yang beredar, matahari dan bulannya yang terang benderang yang mengakibatkan terjadinya malam dan siang, dan sifat keberadaannya yang senantiasa beredar di dalam porosnya. Begitu pula, bintang-bintang yang memunculkan kemanfaatan bagi umat manusia, karena berpengaruh atas kemunculan cuaca panas, dingin, dan (pergantian) musim-musim dalam setahun. (Dengan itu) mereka pun menjadi tahu mengenai perhitungan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka. Di malam hari, mereka beristirahat, merasakan ketenangan dan ketentraman. Di siang harinya, mereka bertebaran dan mencari penghidupan.
Semua perkara ini bila direnungi oleh seseorang yang cerdas dan memandangnya dengan cermat, niscaya dia akan yakin dengan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan apa pun bahwasanya Allahlah yang mengaturnya berdasarkan ketentuan-ketentuan waktu pada tempo yang sudah dicanangkan sampai batas akhir yang pasti. Pada rentang waktu itu, manusia memenuhi hajat-hajatnya, dan kemanfaatan mereka terpenuhi dengannya. Tujuannya, supaya mereka dapat bersenang-senang dan memperoleh kemaslahatan.
Setelah itu, (berbagai hal tadi) akan sirna dan lenyap. Dzat yang melenyapkannya adalah Dzat yang telah menciptakannya. Dan yang akan menjadikannya diam tidak bergerak adalah Dzat yang telah menggerakkannya. Orang-orang mukallaf akan berpindah dari tempat tinggal mereka menuju tempat lain. Di sana, mereka akan menjumpai balasan amal mereka (di dunia) secara penuh dan lengkap. Sehingga dapat diketahui bahwa kegunaan tempat ini (dunia) sebagai ladang (amalan) untuk membidik tempat hunian abadi (di akhirat), dan bahwa dunia hanya merupakan lintasan perjalanan seseorang, bukan tempat huniannya.
Allah mengarahkan manusia agar memperhatikan benda-benda langit yang diciptakan-Nya dengan teratur. Dan kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, tanpa tiang, tetapi tidak jatuh bergugur-an atau bertabrakan satu sama lainnya, namun mereka, orang-orang yang pikiran dan sanubarinya tertutup, tetap berpaling dari tanda-tanda kebesaran Allah itu berupa matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain sehingga mereka tetap tidak beriman kepada Allah. 33. Allah lalu mengarahkan perhatian manusia agar memperhatikan kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang. Dan dia-lah, yang telah menciptakan malam untuk istirahat, dan siang untuk mencari penghidupan; dan Allah telah menciptakan matahari yang bersinar di waktu siang dan bulan yang bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis edarnya dengan setia, patuh dan tunduk kepada hukum alam ciptaan Allah.
Al-Anbiya Ayat 32 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 32, Makna Al-Anbiya Ayat 32, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 32, Al-Anbiya Ayat 32 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 32
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)