{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 33.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ ﴿٣٣﴾
wa huwallażī khalaqal-laila wan-nahāra wasy-syamsa wal-qamar, kullun fī falakiy yasbaḥụn
QS. Al-Anbiya [21] : 33
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.
Allah-lah yang telah menciptakan malam, agar manusia merasa tentram di dalamnya, dan menciptakan siang, agar mereka mencari penghidupan pada waktu itu. Dia menciptakan matahari sebagai tanda siang, dan menciptakan bulan sebagai tanda malam. Masing-masing dari keduanya memiliki tempat peredaran di mana ia beredar dan berjalan tanpa pernah menyimpang darinya.
Ibnu Abud Dunia telah menuturkan sebuah kisah di dalam kitabnya yang berjudul At-Tafakkur wal I’tibar, bahwa sejumlah ahli ibadah Bani Israil melakukan tana brata selama tiga puluh tahun. Seseorang dari mereka bila melakukan ibadah selama tiga puluh tahun, pasti ia dinaungi oleh awan. Tetapi ada seseorang dari mereka yang sudah menjalani ibadahnya selama tiga puluh tahun, namun masih juga tidak ada awan yang menaunginya, tidak seperti yang terjadi pada teman-temannya. Lalu lelaki itu mengadu kepada ibunya tentang apa yang dialaminya. Maka ibunya menjawab, “Hai anakku, barangkali engkau berbuat dosa dalam masa ibadahmu itu?” Ia menjawab, “Tidak. Demi Allah, saya tidak pernah melakukan suatu dosa pun.” Ibunya berkata lagi, “Barangkali kamu berniat akan melakukan dosa.” Ia menjawab, “Tidak, saya tidak pernah berniat seperti itu.” Ibunya berkata lagi, “Barangkali kamu sering mengangkat kepalamu ke arah langit, lalu menundukkannya tanpa merenungkannya?” Ia menjawab, “Ya, saya sering melakukan hal itu.” Ibunya berkata, “Itulah kesalahan yang kamu lakukan.”
Kemudian Ibnu Abud Dunia membacakan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang.
Yakni malam hari dengan kegelapan dan ketenangannya, dan siang hari dengan cahaya dan keramaiannya. Terkadang waktu yang satu lebih panjang, dan yang lainnya lebih pendek. Begitu pula sebaliknya.
…matahari dan bulan.
Matahari mempunyai cahaya tersendiri begitu pula garis edarnya. Bulan kelihatan mempunyai cahaya yang berbeda serta garis edar yang berbeda pula. Masing-masing menunjukkan waktu yang berbeda.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
Yaitu beredar.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa matahari dan bulan masing-masing beredar pada garis edarnya, sebagaimana alat tenun dalam operasinya berputar pada falkah (bandul)nya.
Mujahid mengatakan bahwa alat tenun tidaklah berputar kecuali bila bandulnya berputar, begitu pula bandul alat tenun, ia tidak berputar kecuali bila alat tenunnya berputar. Demikian pula bintang-bintang, matahari dan bulan, semuanya beredar pada garis edarnya masing-masing dengan teratur dan rapi (sehingga tidak terjadi tabrakan). Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-An’am:96)
32-33. “Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap,” bagi bumi yang kalian berada di atasnya “yang terpelihara,” dari kerobohan,
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Fathir:41).
Juga terlindungi dari pencurian pendengaran yang dilakukan oleh setan-setan “sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya,” maksudnya, lalai dan lupa diri.
Ini umum sifatnya pada semua tanda-tanda kebesaran Allah yang berada di langit, berupa ketinggian, keluasan, kebesaran, dan warnanya yang elok serta keharmonisannya yang mengagumkan dan panorama-panorama lainnya. Di dalamnya, terdapat planet-planet yang statis dan yang beredar, matahari dan bulannya yang terang benderang yang mengakibatkan terjadinya malam dan siang, dan sifat keberadaannya yang senantiasa beredar di dalam porosnya. Begitu pula, bintang-bintang yang memunculkan kemanfaatan bagi umat manusia, karena berpengaruh atas kemunculan cuaca panas, dingin, dan (pergantian) musim-musim dalam setahun. (Dengan itu) mereka pun menjadii tahu mengenai perhitungan waktu-waktu ibadah dan muamalah mereka. Di malam hari, mereka beristirahat, merasakan ketenangan dan ketentraman. Di siang harainya, mereka bertebaran dan mencari penghidupan.
Semua perkara ini bila direnungi oleh seseorang yang cerdas dan memandangnya dengan cermat, niscaya dia akan yakin dengan seyakin-yakinnya tanpa ada keraguan apa pun bahwasanya Allah –lah yang mengaturnya berdasarkan ketentuan-ketentuan waktu pada tempo yang sudah dicanangkan sampai batas akhir yang pasti. Pada rentang waktu itu, manusia memenuhi hajat-hajatnya, dan kemanfaatan mereka terpenuhi dengannya. Tujuannya, supaya mereka dapat bersenang-senang dan memperoleh kemaslahatan.
Setelah itu, (berbagai hal tadi) akan sirna dan lenyap. Dzat yang melenyapkannya adalah Dzat yang telah menciptakannya. Dan yang akan menjadikannya diam tidak bergerak adalah Dzat yang menggerakannya. Orang-orang mukallaf akan berpindah dari tempat tinggal mereka menuju tempat lain. Di sana, mereka akan menjumpai balasan amal mereka (di dunia) secara penuh dan lengkap. Sehingga dapat diketahui bahwa kegunaan tempat ini (dunia) sesbagai lading (amalan) untuk membidik tempat hunian abadi di (akhirat), dan bahwa dunia hanya merupakan lintasan perjalanan seseorang, bukan tempat huniannya.
Allah lalu mengarahkan perhatian manusia agar memperhatikan kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang. Dan dia-lah, yang telah menciptakan malam untuk istirahat, dan siang untuk mencari penghidupan; dan Allah telah menciptakan matahari yang bersinar di waktu siang dan bulan yang bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis edarnya dengan setia, patuh dan tunduk kepada hukum alam ciptaan Allah. 34. Ayat ini menegaskan bahwa nabi Muhammad sebagai manusia sama dengan manusia lainnya, tidak akan kekal hidup di dunia. Dan kami tidak menjadikan hidup abadi sebagai suatu sunatullah bagi seorang manusia sebelum engkau Muhammad, siapa, dan bagaimana pun dia. Maka jika engkau wafat, apakah mereka, yang hidup sezaman dengan engkau atau yang hidup di zaman modern, akan kekal’.
Al-Anbiya Ayat 33 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 33, Makna Al-Anbiya Ayat 33, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 33, Al-Anbiya Ayat 33 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 33
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)