{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 44.
بَلْ مَتَّعْنَا هَـٰؤُلَاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّىٰ طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ ۗ أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الْأَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا ۚ أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ ﴿٤٤﴾
bal matta’nā hā`ulā`i wa ābā`ahum ḥattā ṭāla ‘alaihimul-‘umur, a fa lā yarauna annā na`til-arḍa nangquṣuhā min aṭrāfihā, a fa humul-gālibụn
QS. Al-Anbiya [21] : 44
Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjang usia mereka. Maka apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi negeri (yang berada di bawah kekuasaan orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari ujung-ujung negeri. Apakah mereka yang menang?
Sesungguhnya orang-orang kafir dan bapak-bapak mereka telah terterdaya dengan penangguhan, karena mereka melihat harta, anak-anak dan usia yang panjang. Karena itu, mereka tetap dalam kekafiran mereka dan tidak mau meninggalkannya. Mereka menyangka bahwa mereka tidak akan ditimpa azab, dan mereka lalai sunnah (ketetapan Allah) yang telah berlalu. Allah mengurangi bumi dari berbagai penjurunya, dengan perang dan kekalahan yang ditimpakan Allah kepada kaum musyrik dari berbagai penjuru. Apakah orang-orang kafir Makkah memiliki keleluasaan untuk keluar dari kekuasaan Allah, atau mampu menolak kematian?
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik, sesungguhnya yang mendorong dan menjerumuskan mereka ke dalam lembah kesesatan ialah karena mereka diberi kenikmatan kehidupan dunia dan mereka tenggelam ke dalam kesenangannya. Umur mereka dipanjangkan dalam kesesatannya sehingga mereka menduga bahwa diri mereka mempunyai sesuatu pegangan hidup. Kemudian Allah berfirman menasihati mereka:
Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya.
Para ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini. Dalam tafsir surat Ar-Ra’d telah kami sebutkan bahwa tafsir yang paling baik sehubungan dengan makna ayat ini ialah dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami telah datangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al Ahqaaf:27)
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah suatu berita gembira akan menangnya Islam atas kekufuran. Dengan kata lain, tidakkah mereka mengambil pelajaran dari pertolongan Allah kepada kekasih-kekasih-Nya atas musuh-musuh-Nya, dan Allah telah membinasakan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dari kalangan penduduk negeri-negeri yang aniaya, dan Dia menyelamatkan hamba-hamba-Nya yang beriman? Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
Maka apakah mereka yang menang?
Yakni bahkan merekalah yang dikalahkan, direndahkan, dirugikan lagi terhina.
Faktor yang menyebabkan mereka kontinyu dalam kekufuran dan kesyirikan ialah, Firman Allah, بَلْ مَتَّعْنَا هَؤُلاءِ وَآبَاءَهُمْ حَتَّى طَالَ عَلَيْهِمُ الْعُمُرُ “Sebenarnya Kami telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan (hidup di dunia) hingga panjanglah umur mereka,” maksudnya, Kami telah menopang kehidupan mereka dengan limpahan harta dan keturunan, dan Kami telah mengaruniakan umur panjang bagi mereka. Akhirnya, mereka menyibukkan diri untuk menikmatinya dan melupakan untuk misi apa mereka diciptakan di dunia ini. Seiring dengan perjalanan masa bersama mereka, kalbu-kalbu mereka menjadi keras, kepongahan mereka semakin menjadi-jadi serta kekufuran mereka pun semakin mengental. Andai mereka mau mengarahkan pandangan mereka kepada orang-orang yang berada di sisi bumi sebelah kanan dan kiri, niscaya mereka tidak akan menjumpai kecuali orang yang telah binasa. Tidaklah mereka mendengarkan melainkan suara-suara ratapan wanita. Dan tidaklah mereka menyadari melainkan masa-masa yang saling bergantian, berujung pada kehancuran. Kematian telah berdiri tegak di tengah jalan –untuk menyambar jiwa-jiwa– menyebarkan tali-tali jeratnya. Karena itu, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, أَفَلَا يَرَوْنَ أَنَّا نَأْتِي الأرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ أَطْرَافِهَا “Maka apakah mereka tidak melihat bahwasanya Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya,” yaitu kabar tentang kematian para penduduknya, dan kehancuran mereka secara pelan-pelan sampai akhirnya Allah جَلَّ جَلالُهُ mewarisi bumi dan seisinya. Dialah sebaik-baik Dzat yang mewarisi. Jika mereka menyaksikan kejadian ini, niscaya mereka tidak akan terpedaya dan tidak akan keras kepala dengan kondisi mereka saat itu أَفَهُمُ الْغَالِبُونَ “maka apakah mereka itu menang,” yang dengan keleluasaan yang dimiliki, mereka bisa keluar dari takdir Allah جَلَّ جَلالُهُ dan dengan kemampuan yang dimiliki, mereka dapat menahan diri dari kematian. Apakah seperti ini keadaan mereka hingga tertipu dengan masa kehidupan mereka yang panjang (di dunia ini)? Ataukah mereka itu, bila utusan Allah جَلَّ جَلالُهُ (malaikat) datang untuk mencabut ruh-ruh, mereka akan patuh dan merasa hina, tidak tampak unsur penentangan dari mereka sedikit pun?
Allah memberi mereka kemewahan dan kenikmatan hidup bukan karena Allah tidak kuasa menurunkan azab. Sebenarnya kami telah memberi mereka dan nenek moyang mereka kenikmatan hidup di dunia hingga panjang usia mereka untuk menguji apa mereka beriman atau tidak. Maka apakah mereka tidak melihat bahwa kami, melalui nabi dan kaum muslim yang menyebarkan ajaran islam, mendatangi negeri yang berada di bawah kekuasaan orang kafir seperti persia dan romawi, lalu kami kurangi luasnya dari ujung-ujung negeri, karena sebagian besar penduduknya masuk islam’ apakah mereka yang menang dalam menunjukkan kebenaran agama Allah’45. Katakanlah, wahai Muhammad, kepada orang-orang kafir dan musyrik tentang tugas pokok dan fungsi seorang utusan Allah, ‘se-sungguhnya aku hanya memberimu peringatan kepada seluruh umat manusia sesuai dengan wahyu yang disampaikan Allah kepadaku. ‘ tetapi orang tuli pikiran, perasaan dan ruhaninya, tidak mendengar seruan yang disampaikan seorang utusan Allah, apabila mereka diberi peringatan de-ngan cara yang masuk akal, lembut, dan santun sekalipun.
Al-Anbiya Ayat 44 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 44, Makna Al-Anbiya Ayat 44, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 44, Al-Anbiya Ayat 44 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 44
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)