{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 79.
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ ۚ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُودَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَاعِلِينَ ﴿٧٩﴾
fa fahhamnāhā sulaimān, wa kullan ātainā ḥukmaw wa ‘ilmaw wa sakhkharnā ma’a dāwụdal-jibāla yusabbiḥna waṭ-ṭaīr, wa kunnā fā’ilīn
QS. Al-Anbiya [21] : 79
Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu, dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. Dan Kamilah yang melakukannya.
Kami memberikan pemahaman kepada Sulaiman untuk memelihara kemashlahatan kedua belah pihak dengan adil, lalu ia memutuskan pada pemilik kambing agar memperbaiki tanaman yang rusak, dalam waktu yang sama pemilik tanaman mengambil manfaat dari kambing-kambing itu berupa susu, bulu dan semacamnya. Kemudian setelah itu, kambing-kambing itu dikembalikan kepada pemiliknya dan tanaman dikembalikan ke pemiliknya; karena nilai tanaman yang rusak hanya setara dengan manfaat kambing-kambing itu. Masing-masing dari Dawud dan Sulaiman Kami berikan hikmah dan ilmu. Kami karuniakan kepada Dawud, dengan menundukkan gunung-gunung untuk bias bertasbih bersamanya, ketika ia bertasbih. Demikian pula burung-burung bertasbih bersamanya, dan Kamilah yang melakukan hal itu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
…maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Humaid, bahwa Iyas ibnu Mu’awiyah setelah diangkat menjadi kadi kedatangan Al-Hasan, lalu Iyas menangis. Maka Al-Hasan bertanya, “Apakah yang menyebabkan kamu menangis?” Iyas menjawab, “Wahai Abu Sa’id (sebutan Al-Hasan), telah sampai suatu berita kepadaku, bahwa kadi itu ada tiga macam. Pertama, seorang kadi yang berijtihad dan ternyata ijtihadnya keliru, maka ia dimasukkan ke dalam neraka. Kedua, seorang kadi yang cenderung kepada hawa nafsunya, maka ia dilemparkan ke dalam neraka. Ketiga, seorang kadi yang berijtihad dan ternyata benar ijtihadnya, maka ia dimasukkan ke dalam surga.” Al-Hasan Al-Basri berkata, bahwa sesungguhnya di dalam kisah Daud dan Sulaiman serta nabi-nabi lainnya yang diceritakan oleh Allah kepada kita terkandung suatu keputusan yang dapat menangkal pendapat mereka. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu di rusak oleh kambing-kambing kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. (Al Anbiyaa:78) Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuji Sulaiman, tetapi Allah tidak mencela Daud. Kemudian Al-Hasan mengatakan bahwa sesungguhnya para hakim diambil sumpahnya atas tiga perkara. Yaitu hendaknya mereka tidak menjual keputusannya dengan harga yang sedikit (tidak boleh ditukar dengan harta duniawi), tidak boleh memperturutkan hawa nafsunya dalam memberikan keputusan hukum, dan janganlah merasa takut terhadap seseorang pun demi kebenaran dalam memutuskan hukum. Kemudian Al-Hasan membaca firman-Nya:
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (Shaad:26)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. (Al Maidah:44)
Dan firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan janganlah kalian menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah. (Al Baqarah:4)
Menurut kami, para nabi itu adalah orang-orang yang di-ma’sum lagi mendapat bantuan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Hal ini merupakan suatu masalah yang tidak diperselisihkan lagi di kalangan ulama ahli tahqiq, baik dari kalangan ulama Salaf maupun ulama Khalaf.
Adapun mengenai selain para nabi, maka telah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari sebuah hadis melalui Amr ibnul As yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Apabila seorang hakim berijtihad, lalu benar, maka ia memperoleh dua pahala. Dan apabila ia berijtihad, lalu keliru, maka baginya satu pahala.
Hadis ini merupakan nas yang menyanggah anggapan Iyas bahwa seorang kadi itu apabila berijtihad dan ternyata ijtihadnya keliru, maka dimasukkan ke dalam neraka. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.
Di dalam kitab-kitab sunan disebutkan hadis berikut:
Kadi itu ada tiga macam, seorang di antaranya masuk surga, sedangkan dua orang lainnya masuk neraka. Yaitu seorang lelaki yang mengetahui perkara yang hak, lalu ia memutuskan peradilan sesuai dengan kebenaran itu, maka dia masuk surga. Dan seorang lelaki yang memutuskan hukum di antara manusia tanpa pengetahuan, maka ia masuk neraka. Dan seorang lelaki yang mengetahui perkara yang benar, tetapi ia memutuskan peradilan yang bertentangan dengan kebenaran itu, maka ia dimasukkan ke dalam neraka.
Mirip dengan kisah yang ada dalam ayat ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Warqa, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ketika dua orang wanita sedang bersama bayinya masing-masing, tiba-tiba datanglah serigala dan memangsa salah seorang dari kedua bayi itu. Maka kedua wanita itu mengadukan perkaranya kepada Daud. Daud memutuskan peradilan untuk kemenangan wanita yang tertua di antara keduanya, lalu keduanya keluar dari majelis peradilan. Tetapi keduanya dipanggil oleh Sulaiman, dan Sulaiman berkata, “Ambilkanlah pisau besar, aku akan membelah bayi ini menjadi dua untuk dibagikan kepada kamu berdua.” Maka wanita yang muda berkata, “Semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya anak ini adalah anaknya, janganlah engkau membelahnya.” Maka Sulaiman memutuskan bahwa bayi itu adalah anak wanita yang muda.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing. Imam Nasai meriwayatkannya di dalam Kitabul Qada, Bab “Hakim Boleh Bersandiwara Menentang Hukum Demi Memperoleh Keterangan yang Benar.”
Begitu pula kisah yang diketengahkan oleh Al-Hafiz Abul Qasim ibnu Asakir dalam kisah biografi Nabi Sulaiman a.s. dalam kitab tarikhnya. Ia meriwayatkannya melalui jalur Al-Hasan ibnu Sufyan, dari Safwan ibnu Saleh, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Sa’id ibnu Basyir, dari Qatadah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas. Kisahnya cukup panjang, sedangkan secara singkat adalah seperti berikut:
Di masa kaum Bani Israil terdapat seorang wanita cantik yang disukai oleh empat orang pemimpin mereka, tetapi wanita itu menolak keinginan masing-masing pemimpin yang mengajaknya berbuat mesum. Kemudian keempat orang itu sepakat untuk menjerumuskan wanita itu. Mereka berempat mengemukakan kesaksiannya di hadapan Daud a.s. bahwa wanita itu telah bersetubuh dengan seekor anjing miliknya yang telah biasa ia latih untuk tujuan itu. Maka Daud a.s. memerintahkan agar wanita itu dihukum rajam sampai mati.
Kemudian pada sore harinya Sulaiman duduk dan berkumpul bersama anak-anak remaja yang seusia dengannya. Sulaiman bersandiwara dengan mereka, ia berperan menjadi seorang hakim, dan empat orang temannya memakai pakaian yang mirip dengan apa yang dipakai oleh keempat orang pemimpin tersebut. Sedangkan seorang anak lagi dari kalangan temannya memakai pakaian wanita. Kemudian keempat anak itu berpura-pura melakukan kesaksian untuk menjerumuskan si wanita tersebut, bahwa wanita itu telah melakukan persetubuhan dengan anjing peliharaannya.
Sulaiman (yang memegang peran sebagai hakim) berkata, “Pisahkanlah masing-masing dari mereka.” Maka Sulaiman menanyai saksi yang pertama, “Apakah warna anjing itu?” Saksi yang pertama menjawab, bahwa warna bulu anjing itu hitam. Setelah itu ia dipisahkan, lalu Sulaiman memanggil saksi lainnya dan menanyakan kepadanya tentang warna bulu anjing tersebut. Saksi kedua menjawab, bahwa warna bulu anjing itu adalah merah. Saksi yang ketiga mengatakan kelabu, sedangkan saksi yang terakhir mengatakan putih. Maka pada saat itu juga Sulaiman berpura-pura menjatuhkan hukuman mati kepada keempat saksi tersebut.
Ketika permainan sandiwara itu dikisahkan kepada Daud a.s., maka saat itu juga Daud a.s. memanggil kembali keempat orang lelaki tadi. Lalu ia menanyai mereka seorang demi seorang secara terpisah mengenai warna bulu anjing yang diajak mesum oleh wanita yang telah dijatuhi hukuman rajam sampai mati tadi. Ternyata jawaban masing-masing berbeda-beda, akhirnya Nabi Daud a.s. memerintahkan agar mereka dihukum mati.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. (Al Anbiyaa:79), hingga akhir ayat.
Demikian itu terjadi karena suara Daud yang sangat merdu bila membaca kitab Zaburnya. Tersebutlah bahwa apabila Daud melagukan bacaan kitabnya, maka burung-burung yang ada di udara berhenti dan menjawabnya, gunung-gunung pun menjawab bacaannya dan mengikutinya. Karena itulah ketika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melewati Abu Musa Al-Asy’ari r.a yang sedang membaca Al-Qur’an di malam hari, Abu Musa Al-Asy’ari mempunyai suara yang sangat merdu, maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berhenti dan mendengarkan bacaannya. Dan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi sebagian dari kemerduan (keindahan) suara keluarga Nabi Daud yang merdu bagaikan suara seruling.
Maka Abu Musa Al-Asy’ari menjawab, “Wahai Rasulullah, seandainya saya mengetahui bahwa engkau mendengarkan bacaan saya, tentulah saya akan memperindah suara saya dengan seindah-indahnya demi engkau.”
Abu Usman An-Nahdi mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar suara alat musik apa pun yang lebih indah daripada suara Abu Musa r.a. Selain itu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda mengenainya:
Sesungguhnya dia telah dianugerahi sebagian dari kemerduan suara keluarga Daud yang merdu bagaikan suara seruling.
Oleh karenanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat),” maksudnya Kami menjadikannya memahami problematika tersebut. Bukan berarti Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak memahamkan Dawud dalam masalah lainnya. Sebab itu, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan masalah ini secara khusus. Dalilnya adalah Firman Allah, وَكُلًّا “Dan kepada masing-masing mereka,” yaitu Dawud dan Sulaiman, Kami telah menganugerahkan kepada keduanya حُكْمًا وَعِلْمًا “hikmah dan ilmu.” Hal ini menjadi dalil bahwa hakim terkadang keputusannya benar dan tepat, dan kadang-kadang mengalami kesalahan. Tetapi, dia tidak tercela saat bersikap salah dalam mengambil keputusan jika telah mengerahkan segala daya dan upaya yang dimilikinya.
Berikutnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyebutkan sisi yang menjadi keistimewaan masing-masing dari mereka berdua. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ “Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud.” Demikian ini, lantaran beliau termasuk orang yang paling tekun beribadah dan paling sering dalam berdzikir, bertasbih dan mengagungkan Allah. Allah جَلَّ جَلالُهُ telah memberinya karunia berupa suara yang bagus, lembut dan merdu yang tidak dikaruniakan kepada siapa pun. Dahulu, apabila beliau melantunkan tasbih dan pujian terhadap Allah, niscaya gunung-gunung yang bisu dan burung-burung yang tidak dapat berbicara ikut meresponnya. Ini termasuk bagian dari karunia Allah جَلَّ جَلالُهُ dan kebaikanNya yang tercurah kepada Dawud. Karenanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman وَكُنَّا فَاعِلِينَ “Dan Kamilah yang melakukannya.”
Dan kami telah memberikan pengertian yang mendalam kepada sulaiman tentang keputusan yang lebih tepat dan lebih memenuhi rasa keadilan dalam sengketa petani dan pemilik domba. Dan kepada masing-masing, dawud dan sulaiman, kami berikan hikmah, pemaham-an agama yang mendalam, dan ilmu pengetahuan tentang hidup dan kehidupan duniawi. Dan kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung agar mengikuti perintah dawud; semua gunung dan burung itu, senantiasa bertasbih kepada Allah bersama dawud. Dan kamilah yang melakukan semua itu sebagai rahmat kepada-Nya. 80. Pada ayat ini Allah menyebutkan karunia lain yang diberikan kepada nabi dawud. Dan kami ajarkan pula kepada dawud cara membuat baju besi untukmu dan prajurit-prajurit kamu guna melindungi kamu dan mereka dalam peperangan yang kamu pimpin. Apakah kamu dengan menerima karunia Allah yang besar ini termasuk hamba yang bersyukur kepada Allah’.
Al-Anbiya Ayat 79 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 79, Makna Al-Anbiya Ayat 79, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 79, Al-Anbiya Ayat 79 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 79
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)