{20} Thaha / طه | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الحج / Al-Hajj {22} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anbiya الأنبياء (Nabi-Nabi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 21 Tafsir ayat Ke 87.
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿٨٧﴾
wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn
QS. Al-Anbiya [21] : 87
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Ingatlah kisah orang yang pernah ditelan ikan besar, yaitu Yunus bin Matta. Allah mengutusnya kepada kaumnya untuk menyeru mereka, tetapi mereka tidak beriman. Kemudian ia memberikan ancaman kepada mereka dengan azab, tetapi mereka tidak bertaubat. Ia tidak bersabar terhadap mereka, sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia pergi dari mereka dalam keadaan marah terhadap mereka, sesak dadanya karena kedurhakaan mereka. Ia menyangka bahwa Allah tidak akan menyulitkannya dan tidak akan menghukumnya akibat menyelisihi perintah-Nya. Ternyata Allah mengujinya dengan kesulitan dan penahanan sedemikian rupa, serta ditelan ikan besar di laut. Ia pun menyeru Rabb-nya dalam kegelapan malam,lautan, dan perut ikan, dalam keadaan bertaubat lagi mengakui kezalimannya; karena ia tidak bisa bersabar menghadapi kaumnya, dengan berucap: Tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.
Menurut Ad-Dahhak, Yunus marah terhadap kaumnya.
…lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya).
Maksudnya, tidak akan mempersempitnya dengan dimasukkan ke dalam perut ikan besar. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, dan ia menentukan pilihannya ini berdasarkan dalil firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Ath Thalaaq:7)
Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya).
Yaitu memutuskan ketetapan takdir baginya. Seakan-akan Atiyyah menganggap lafaz naqdira ini bermakna takdir. Karena sesungguhnya orang-orang Arab mengatakan qadara dan qaddara dengan makna yang sama.
Termasuk ke dalam pengertian takdir ini, firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditakdirkan. (Al Qamar:12)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Ibnu Mas’ud r.a. mengatakan bahwa zulumat bentuk jamak, maksudnya gelapnya perut ikan paus, gelapnya lautan, dan gelapnya malam hari. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Amr ibnu Maimun, Sa’id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka’b, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah. Salim ibnu Abul Ja’d mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah gelapnya keadaan di dalam perut ikan besar dan gelapnya laut.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas serta lain-lainnya mengatakan ikan paus itu membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut, lalu Yunus mendengar suara tasbih batu-batu kerikil di dasar laut. Maka pada saat itu juga Yunus mengucapkan:
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Auf Al-A’rabi mengatakan bahwa ketika Yunus telah berada di dalam perut ikan besar, ia menduga dirinya telah mati. Kemudian ia menggerakkan kedua kakinya, ternyata bergerak, lalu ia bersujud di tempatnya, dan menyeru Tuhannya, “Wahai Tuhanku, saya jadikan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia ini tempat bersujud kepada Engkau.”
Sa’id ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Yunus tinggal di dalam perut ikan besar selama empat puluh hari. Kedua riwayat di atas dikemukakan oleh Ibnu Jubair.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah menceritakan kisah berikut yang ia terima dari orang yang menceritakan kisah ini kepadanya dari Abdullah ibnu Rafi’ maula Ummu Salamah yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda:
Ketika Allah hendak menyekap Yunus di dalam perut ikan besar, Allah memerintahkan kepada ikan besar untuk menelannya, tetapi tidak boleh melukai dagingnya dan tidak boleh pula meremukkan tulangnya. Setelah ikan besar sampai di dasar laut, sedangkan di perutnya terdapat Yunus, Yunus mendengar suara, maka Yunus berkala dalam hatinya, “Suara apakah ini?” Lalu Allah menurunkan wahyu kepadanya, sedangkan ia berada di dalam perut ikan, bahwa suara itu adalah suara tasbih hewan-hewan laut. Maka Yunus pun bertasbih pula dalam perut ikan besar itu, suara tasbihnya terdengar oleh para malaikat. Maka mereka bertanya, “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar suara (tasbih) yang lemah di kedalaman yang jauh sekali lagi terpencil.” Allah berfirman, “Itu adalah suara hamba-Ku, Yunus. Dia durhaka kepada-Ku, maka Aku sekap dia di dalam perut ikan di laut.” Para malaikat bertanya, “Dia adalah seorang hamba yang saleh, setiap malam dan siang hari dilaporkan ke hadapanMu amal saleh darinya.” Allah berfirman, “Ya, benar.” Maka pada saat itu para malaikat memohon syafaat buat Yunus, akhirnya Allah memerintahkan kepada ikan besar itu untuk mengeluarkan Yunus, lalu ikan besar melemparkannya ke tepi pantai, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya, “Sedangkan ia dalam keadaan sakit.” (Ash Shaaffat:145)
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, juga oleh Al-Bazzar di dalam kitab Musnadnya melalui jalur Muhammad ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnu Rafi’, dari Abu Hurairah, lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia menyebutkan bahwa kami tidak mengetahui hadis ini bersumber dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kecuali melalui jalur sanad ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Ahmad ibnu Abdur Rahman (anak saudara lelaki Ibnu Wahb), telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, bahwa Yazid Ar-Raqqasyi pernah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik —yang menurut keyakinanku Anas tiada lain menerimanya dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ—menceritakan kisah berikut, “Bahwa Yunus a.s. ketika mulai memanjatkan doa berikut di dalam perut ikan, yaitu, “Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang aniaya.'” Maka doanya itu naik sampai di bawah ‘Arasy, maka para malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku, ada suara lemah yang telah dikenal bersumber dari negeri yang terasing.” Allah berfirman, “Tidakkah kalian ketahui suara itu?” Mereka bertanya, “Tidak, wahai Tuhanku, siapakah dia?” Allah berfirman, “Dia adalah hamba-Ku Yunus.” Mereka berkata, “Hamba-Mu Yunus yang sampai sekarang masih tetap dilaporkan ke hadapan-Mu amalnya yang diterima dan doanya diperkenankan.” Mereka berkata pula, “Wahai Tuhan kami, tidakkah Engkau merahmatinya berkat amal yang dikerjakannya di saat dia senang, karenanya Engkau selamatkan dia di saat mendapat cobaan?” Allah berfirman, “Baiklah,” maka Allah memerintahkan kepada ikan besar itu agar memuntahkannya ke daerah yang tandus.
Maksudnya, dan ingatlah hamba dan rasul Kami (dengan ungkapan yang baik dan sanjungan yang bagus) ذَا النُّونِ “Dzu an-Nun,” dia adalah Yunus. Maksudnya, orang yang dikaitkan dengan an-Nun yaitu ikan besar. Sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ telah mengutusnya kepada kaumnya. Beliau mendakwahi mereka. Namun mereka tidak beriman. Beliau pun mengancam mereka akan turunnya siksa (Allah) pada waktu yang sudah beliau sampaikan temponya. Maka datanglah siksaan Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada mereka. Mereka dapat menyaksikannya secara langsung. Mereka pun bersegera kembali kepada Allah, berteriak-teriak ketakutan dan bertaubat. Akhirnya, Allah جَلَّ جَلالُهُ menyingkirkan siksa itu dari mereka. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu yang tertentu.” (Yunus: 98).
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ
“Dan Kami mengutus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (Ash-Shaffat: 147-148).
Sejumlah umat yang besar ini yang beriman berkat dakwah Yunus merupakan salah satu dari keutamaan beliau. Akan tetapi, beliau ‘alaihissalam bergegas pergi dalam keadaan murka dan melarikan diri dari Rabbnya karena dosanya yang tidak disebutkan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ di kitabNya kepada kita. Dan memang kita tidak membutuhkan keterangan pastinya. Hal ini berdasarkan ayat,
إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142)
“(Ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian dia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” (Ash-Shaffat: 140-142),
maksudnya, beliau pelaku perbuatan yang tercela. [Sementara berdasarkan pendapat yang lebih kuat, karena ketergesa-gesaan dan kemurkaan beliau terhadap kaumnya serta kepergian beliau dari tengah-tengah mereka sebelum Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkannya]. Beliau menyangka Allah جَلَّ جَلالُهُ tidak mampu menghambatnya. Yaitu membuatnya kesulitan di dalam perut ikan paus. Atau berprasangka bahwa beliau dapat melewatkan pengawasan Allah جَلَّ جَلالُهُ . (Tidak masalah menyampaikan prasangka semacam ini terhadap orang-orang yang sempurna dengan bentuk yang tidak dipastikan dan tidak terus-menerus dilakukan). Selanjutnya beliau menumpangi sebuah kapal bersama sejumlah orang. Mereka kemudian melakukan pengundian mengenai siapa yang harus mereka lemparkan ke laut, karena mereka takut tenggelam bila semua tetap tinggal (di kapal). Ternyata hasil undian mengenai Yunus. Maka, beliau (dilemparkan dan) ditelan oleh ikan paus. Beliau terbawa sampai ke balutan kegelapan lautan. Dalam kegelapan itu, beliau memanggil Rabbnya, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ “Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” Beliau mengungkapkan pengakuan atas kesempurnaan uluhiyah Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menyucikanNya dari segala kekurangan, cacat dan gangguan, dan pengakuan atas tindak aniaya terhadap dirinya sendiri dan kesalahannya. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman,
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ (143) لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (144)
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Ash-Shaffat: 143-144).
Oleh karenanya, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman disini, فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan,” yaitu kedahsyatan kondisi yang beliau alami. وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ “Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” Ini merupakan janji baik dan kabar gembira bagi setiap insan Mukmin yang sedang mengalami kondisi berat dan kesusahan, bahwa Allah جَلَّ جَلالُهُ akan menyelamatkan dirinya dari malapetaka tersebut dan membuangnya dari dirinya serta meringankan bebannya karena keimanannya kepada Allah, sebagaimana yang Allah جَلَّ جَلالُهُ lakukan kepada Yunus ‘alaihissalam.
Dan ingatlah kisah zun nun (yunus), ketika dia pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah, karena mereka berpaling dari dirinya dan tidak mau menerima ajaran Allah ketika ia berdakwah kepada me-reka. Lalu dia menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya karena sikapnya yang tidak sabar itu. Lalu ia naik perahu, namun beban perahu yang ditumpanginya terlalu berat sehingga harus ada seorang yang dilemparkan ke laut. Setelah diundi tiga kali, nabi yunus yang harus dilemparkan ke laut. Allah segera mendatangkan seekor ikan menelan beliau. Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, di dalam perut ikan, di dalam laut, dan pada malam hari dengan kesadaran, ‘tidak ada tuhan selain engkau, mahasuci engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim, karena aku marah meninggalkan kaum yang seharusnya dibimbing olehku. ’88. Karena ia berdoa dengan ikhlas serta menyadari kesalahannya, maka kami kabulkan (doa)-Nya dan kami selamatkan dia dari kedukaan dan kesedihan, karena berada dalam perut ikan besar. Dan demikianlah kami menyelamatkan orang-orang yang beriman dari segala kesulitan yang dihadapinya.
Al-Anbiya Ayat 87 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Anbiya Ayat 87, Makna Al-Anbiya Ayat 87, Terjemahan Tafsir Al-Anbiya Ayat 87, Al-Anbiya Ayat 87 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Anbiya Ayat 87
Tafsir Surat Al-Anbiya Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)