{21} Al-Anbiya / الأنبياء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المؤمنون / Al-Mu’minun {23} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hajj الحج (Haji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 22 Tafsir ayat Ke 5.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ﴿٥﴾
yā ayyuhan-nāsu ing kuntum fī raibim minal-ba’ṡi fa innā khalaqnākum min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma min ‘alaqatin ṡumma mim muḍgatim mukhallaqatiw wa gairi mukhallaqatil linubayyina lakum, wa nuqirru fil-ar-ḥāmi mā nasyā`u ilā ajalim musamman ṡumma nukhrijukum ṭiflan ṡumma litablugū asyuddakum, wa mingkum may yutawaffā wa mingkum may yuraddu ilā arżalil-‘umuri likai lā ya’lama mim ba’di ‘ilmin syai`ā, wa taral-arḍa hāmidatan fa iżā anzalnā ‘alaihal-mā`ahtazzat wa rabat wa ambatat ming kulli zaujim bahīj
QS. Al-Hajj [22] : 5
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.
Hai manusia, jika kalian dalam keraguan bahwa Allah akan menghidupkan orang yang sudah mati, maka sesungguhnya Kami telah menciptakan bapak kalian, Adam dari tanah, kemudian anak keturunannya beranak-pinak dari setetes sperma, yaitu sperma yang dikeluarkan laki-laki ke dalam rahim wanita. Kemudian ia berubah dengan kekuasaan Allah menjadi segumpal darah, yaitu darah merah beku. Kemudian menjadi segumpal daging, yaitu sepotong daging kecil seukuran suapan, lalu sekali tempo ia menjadi ciptaan sempurna yang berakhir dengan keluarnya janin dalam keadaan hidup. Dan pada tempo yang lain, tidak sempurna, lalu ia gugur dalam keadaan tidak sempurna. Demikian itu agar Kami jelaskan kepada kalian akan kesempurnaan kekuasaan Kami mengatur tahap-tahap penciptaan. Dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki, yang disempurnakan kejadiannya hingga waktu yang telah ditentukan. Tahapan-tahapan itu menjadi sempurna dengan dilahirkannya janin itusebagai bayi kecil yang tumbuh besar hingga mencapai usia paling kuat, yaitu waktu pemuda, kuat dan akal yang sempurna. Sebagian bayi terkadang mati sebelum itu, dan sebagian dari mereka menjadi tua hingga mencapai usia sangat tua dan lemah akal; sehingga orang yang dipanjangkan umurnya ini tidak mengetahui sesuatu pun yang telah diketahuinya sebelum itu. Kamu melihat bumi ini kering, mati, tidak bertumbuhan. Kemudian apabila Kami menurunkan air padanya, maka bumi menggerakkan tumbuhan lalu tumbuh darinya, meninggi dan bertambah menghijau, serta menumbuhkan segala jenis tumbuh-tumbuhan yang indah yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya.
Setelah menyebutkan perihal orang yang ingkar kepada hari berbangkit dan tidak percaya kepada adanya hari kemudian, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan hal-hal yang menunjukkan kekuasaan-Nya dalam menghidupkan segala sesuatu yang telah mati melalui bukti yang nyata pada permulaan kejadian manusia. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan.
Yaitu hari kemudian di mana semua roh dan jasad menjadi satu dan bangkit hidup kembali kelak di hari kiamat.
maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah.
Artinya, asal mula kejadian kalian adalah dari tanah, yaitu asal mula penciptaan Adam a.s., nenek moyang mereka.
kemudian dari setetes mani.
kemudian keturunannya diciptakan dari air mani yang hina.
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging.
Demikian itu apabila nutfah telah berdiam di dalam rahim wanita selama empat puluh hari. Selama itu ia mengalami pertumbuhan, kemudian bentuknya berubah menjadi darah kental dengan seizin Allah. Setelah berlalu masa empat puluh hari lagi, maka berubah pula bentuknya menjadi segumpal daging yang masih belum berbentuk dan belum ada rupanya. Kemudian dimulailah pembentukannya, yang dimulai dari kepala, kedua tangan, dada, perut, kedua paha, kedua kaki, dan anggota lainnya. Adakalanya seorang wanita mengalami keguguran sebelum janinnya mengalami pembentukan, dan adakalanya keguguran terjadi sesudah janin terbentuk berupa manusia.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.
seperti yang dapat kalian saksikan sendiri.
agar Kami jelaskan kepada kalian, dan Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.
Yakni adakalanya janin menetap di dalam rahim tidak keguguran dan tumbuh terus menjadi bentuk yang sempurna.
Seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.
Yaitu janin yang telah berbentuk dan janin yang masih belum terbentuk. Apabila telah berlalu masa empat puluh hari dalam keadaan berupa segumpal daging, maka Allah mengutus seorang malaikat kepadanya. Malaikat itu diperintahkan-Nya untuk meniupkan roh ke dalam tubuh janin, lalu menyempurnakan bentuknya menurut apa yang dikehendaki oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, apakah tampan atau buruk, dan apakah laki-laki atau perempuan. Selain itu malaikat tersebut ditugaskan pula untuk menulis rezeki dan ajalnya, apakah celaka atau berbahagia.
Hal ini telah disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui hadis Al-A’masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepada kami:
Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpunkan di dalam perut ibunya selama empat puluh malam, kemudian menjadi ‘alaqah selama empat puluh malam, kemudian menjadi segumpal daging dalam masa empat puluh malam. Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya, malaikat diperintahkan-Nya untuk mencatat empat perkara, yaitu mencatat rezekinya, amal perbuatannya, dan ajalnya (usianya), lalu nasibnya apakah celaka atau bahagia. Kemudian meniupkan roh ke dalam tubuhnya.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui hadis Daud ibnu Abu Hindun, dari Asy-Sya’bi, dari Alqamah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa apabila nutfah telah menetap di dalam rahim, maka datanglah malaikat mencegahnya, lalu berkata, “Wahai Tuhanku, apakah dijadikan ataukah tidak?” Jika dikatakan tidak dijadikan, maka tidaklah dibentuk kejadiannya, lalu dikeluarkan dari rahim dalam rupa darah kental. Tetapi jika dikatakan dijadikan, maka malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan, apakah dia celaka ataukah bahagia, bagaimanakah ajalnya dan jejak kehidupannya, serta di negeri manakah ia mati?” Kemudian dikatakan kepada nutfah itu, “Siapakah Tuhanmu?” Nutfah menjawab, “Allah.” Dikatakan pula, “Siapakah yang memberimu rezeki?” Nutfah menjawab, “Allah.” Lalu Allah berfirman kepada malaikat, “Pergilah kamu ke kitab itu, karena sesungguhnya kamu akan menjumpai di dalamnya kisah nutfah ini.” Maka nutfah itu dijadikan dan menjalani masa hidupnya sampai ajalnya, ia memakan rezekinya dan melakukan perjalanan hidupnya. Bilamana telah tiba ajalnya, maka matilah ia dan dikebumikan. Kemudian Amir Asy-Sya’bi membaca firman-Nya: Hai manusia, jika kalian dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna. (Al Hajj:5) Apabila tahap kejadiannya sampai pada segumpal darah, maka kejadiannya dikembalikan pada tahap keempat, lalu terbentuklah manusia. Tetapi jika ditakdirkan tidakjadi, maka dikeluarkan lagi oleh rahim dalam rupa darah. Dan apabila dijadikan, maka dikembalikan (ke dalam rahim) menjadi manusia.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Abut Tufail, dari Huzaifah ibnu Usaid yang menyampaikan sanadnya sampai kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Disebutkan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah berada di dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima hari. Lalu malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah dia celaka atau bahagia?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, dan malaikat itu mencatat. Lalu malaikat bertanya, “Apakah laki-laki ataukah perempuan?” Allah berfirman, dan malaikat mencatatnya. Malaikat mencatat amalnya, perjalanan hidupnya, rezekinya, dan ajalnya. Kemudian lembaran kitab itu ditutup, maka apa yang ada di dalamnya tidak dapat lagi ditambahi atau dikurangi.
Imam Muslim meriwayatkan melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dan melalui jalur lain dari Abut Tufail dengan lafaz yang semakna.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
kemudian Kami keluarkan kalian sebagai bayi.
Yakni dalam keadaan lemah tubuh, pendengaran, penglihatan, inderanya, kekuatan geraknya, serta akalnya. Kemudian Allah memberinya kekuatan sedikit demi sedikit, dan kedua orang tuanya merawatnya dengan penuh kasih sayang sepanjang hari dan malamnya. Karena itu, disebutkan oleh firman selanjutnya:
kemudian (dengan berangsur-angsur) kalian sampailah kepada kedewasaan.
Yaitu memiliki kekuatan yang makin bertambah sampai pada usia muda dan penampilan yang terbaiknya.
dan di antara kalian ada yang diwafatkan.
dalam usia mudanya dan sedang dalam puncak kekuatannya.
dan (ada pula) di antara kalian yang dipanjangkan umurnya sampai pikun.
Usia yang paling hina ialah usia pikun. Dalam usia tersebut seseorang lemah tubuhya, tidak berkekuatan, akal serta pemahamannya pun lemah pula, semua panca inderanya tidak normal lagi dan daya pikirnya pun lemah. Karena itu, disebutkan dalam firman selanjutnya:
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya diketahuinya.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
Allah, Dialah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar Ruum:54)
Al-Hafiz Abu Ya’la Ahmad ibnu Ali ibnul Musanna Al-Mausuli telah mengatakan di dalam kitab Musnad-nya, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim, telah menceritakan kepada kami Kahlid Az-Zayyat, telah menceritakan kepadaku Daud Abu Sulaiman, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Ma’mar ibnu Hazm Al-Ansari, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa’-kan hadis ini. Ia mengatakan bahwa bayi yang baru lahir hingga mencapai usia balig segala yang dikerjakannya berupa amal kebaikan tidak dicatatkan bagi orang tuanya atau kedua orang tuanya. Dan semua yang dikerjakannya berupa amal keburukan tidak dicatatkan bagi dirinya, tidak pula bagi kedua orang tuanya. Apabila ia telah mencapai usia balignya, maka Allah memberlakukan qalam terhadapnya dan memerintahkan kepada dua malaikat yang ada bersamanya untuk mencatat segala amal perbuatannya dengan catatan yang ketat. Apabila ia mencapai usia empat puluh tahun dalam Islam, Allah menyelamatkannya dari tiga penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak. Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya, dan apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki kembali (bertobat) kepada-Nya sesuai dengan apa yang disukai-Nya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, maka semua amal baiknya dicatat dan dihapuslah semua amal buruknya. Apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, ia pun dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya serta dicatat sebagai Aminullah (orang kepercayaan Allah), dan dia menjadi tahanan Allah di bumi-Nya. Apabila ia mencapai usia pikun sehingga ia tidak mengetahui lagi segala sesuatu yang tadinya ia ketahui, maka Allah mencatatkan baginya hal yang semisal dengan amal kebaikan yang pernah dilakukannya semasa sehatnya, apabila melakukan suatu keburukan, maka tidak dicatatkan dalam buku catatan amalnya.
Hadis ini garib sekali, di dalamnya terkandung kemungkaran yang parah. Tetapi sekalipun demikian, Imam Ahmad ibnu Hambal meriwayatkannya pula di dalam kitab musnadnya, baik secara mauquf ataupun marfu’.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Nadr, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amir, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Amili, dari Amr ibnu Ja’far, dari Anas yang mengatakan, bahwa apabila seorang lelaki muslim mencapai usia empat puluh tahun, Allah menyelamatkannya dari tiga macam penyakit, yaitu gila, supak, dan lepra. Apabila mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya yang disukainya. Dan apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima semua kebaikannya dan menghapuskan semua keburukannya. Apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian. Ia diberi julukan sebagai ‘tahanan Allah di bumi-Nya’ dan dapat memberikan syafaat kepada keluarganya.
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah Al-Amiri, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Usman, dari Abdullah ibnu Umar ibnul Khattab, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Imam Ahmad telah meriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Yusuf ibnu Abu Burdah Al-Ansari, dari Ja’far ibnu Amr ibnu Umayyah Ad-Dimri, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tiada seorang pun yang berusia panjang dalam Islamnya selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya tiga macam penyakit yaitu gila, supak, dan lepra.
Lalu disebutkan hingga akhir hadis yang teksnya sama dengan hadis sebelumnya.
Hadis ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar, dari Abdullah ibnu Syabib, dari Abu Syaibah, dari Abdullah ibnu Abdul Malik, dari Abu Qatadah Al-Adawi, dari anak saudara Az-Zuhri, dari pamannya (Az-Zuhri), dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Tiada seorang hamba pun yang diberi usia panjang dalam Islam selama empat puluh tahun, melainkan Allah memalingkan darinya berbagai macam penyakit, yaitu gila, lepra, dan supak. Apabila ia mencapai usia lima puluh tahun, Allah meringankan hisabnya. Apabila mencapai usia enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki bertobat kepada-Nya berkat kesukaan yang ditanamkan Allah dalam dirinya. Apabila mencapai usia tujuh puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, dan ia diberi nama ‘tahanan Allah’, semua penduduk langit menyukainya. Apabila mencapai usia delapan puluh tahun, Allah menerima amal-amal baiknya dan memaafkan amal-amal keburukannya. Dan apabila mencapai usia sembilan puluh tahun, Allah memberikan ampunan baginya atas semua dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian, lalu ia diberi nama sebagai ‘tahanan Allah di bumi-Nya’ dan dapat memberikan syafaat kepada ahli baitnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan kalian lihat bumi ini kering.
Hal ini pun merupakan dalil lain yang menunjukkan kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam menghidupkan orang-orang yang telah mati,- sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang kering tandus, tidak ada tanaman apa pun padanya.
Qatadah mengatakan bahwa hamidah artinya padang pasir lagi tandus (kering).
Sedangkan menurut As-Saddi, makna yang dimaksud ialah tanah yang mati.
kemudian apabila Kami telah turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Apabila Allah menurunkan hujan, maka bumi yang tadinya tandus itu menjadi subur dan menumbuhkan tetumbuhannya dengan subur, lalu keluarlah dari tumbuh-tumbuhan itu berbagai macam buah-buahan dan tanam-tanaman yang beraneka ragam warna, rasa, bau, bentuk, dan manfaatnya. Karena itulah firman selanjutnya disebutkan:
dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Yaitu yang indah bentuknya dan harum baunya.
Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),” keragu-raguan, kesangsian, serta ketidakyakinan akan kejadiannya, padahal kewajiban kalian adalah mempercayai Rabb kalian dan membenarkan para RasulNya dalam masalah itu. Akan tetapi, jika kalian menampik segalanya selain sikap ragu-ragu semata, maka ambillah dua bukti logis yang kalian saksikan. Masing-masing menunjukkan dengan bukti yang pasti kepada perkara yang kalian ragu tentangnya dan menghilangkan unsur syak pada hati-hati kalian.
Pertama, pengambilan bukti melalui penciptaan manusia pertama kali, dan bahwa Dzat yang memulai penciptaannya akan (bisa) mengulanginya kembali. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman mengenai ini, فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari tanah,” maksudnya menciptakan nenek moyang manusia, Adam ‘alaihissalam. ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ “Kemudian dari setetes air mani,” yakni dari mani. Inilah permulaan proses penciptaan manusia. ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ “Kemudian dari segumpal darah,” maksudnya air mani itu berubah menjadi darah yang merah dengan izin Allah جَلَّ جَلالُهُ. ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ “Kemudian dari segumpal daging,” maksudnya darah itu beralih wujud menjadi mudhghah, yakni segumpal daging dengan ukuran yang bisa dikunyah. Segumpal daging tersebut, terkadang مُخَلَّقَةٍ “sempurna kejadiannya,” maksudnya terbentuk bakal manusia dan terkadang غَيْرِ مُخَلَّقَةٍ “tidak sempurna,” karena rahim mengeluarkannya sebelum diproses pembentukannya لِنُبَيِّنَ لَكُمْ “agar Kami jelaskan kepadamu,” asal muasal penciptaan kalian, meskipun Allah جَلَّ جَلالُهُ mampu menyempurnakan penciptaannya dalam sekejap saja. Hanya saja, untuk menjelaskan kepada kita sekalian kesempurnaan hikmahNya dan keagungan kekuasaanNya serta keluasan rahmatNya.
وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى “Dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,” [maksudnya] Kami menetapkan kehamilan dalam rahim yang tidak dicampakkannya yang Kami kehendaki keberlangsungannya sampai waktu yang telah ditentukan, yaitu masa kehamilan. ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ “Kemudian Kami keluarkan kamu,” dari perut-perut ibu kalian طِفْلًا “sebagai bayi,” yang mana kalian tidak mengetahui apa pun dan kalian tidak punya kekuatan. Selanjutnya Kami mengerahkan para ibu bagi kalian dan mengadakan rizki bagi kalian melalui air susunya. Kemudian kalian tumbuh dari fase ke fase berikutnya sampai memasuki masa kedewasaan. Yaitu masa kematangan kekuatan dan daya pikir.
وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى “Dan di antara kamu ada yang diwafatkan,” sebelum mencapai usia kedewasaan. Dan di antara kalian ada yang melewati usia tua sehingga يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ “dipanjangkan umurnya sampai pikun,” usia yang mengenaskan dan hina, yaitu masa tua renta dan pikun, yang menyebabkan akal sehat hilang dan berkurang. Sebagaimana kekuatan fisiknya yang lain juga hilang dan melemah لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا “supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya,” maksudnya agar orang yang dipanjangkan umurnya ini tidak mengetahui perkara-perkara yang mereka ketahui sebelumnya. Lantaran melemahnya kekuatan akal yang dimilikinya. Kekuatan seorang manusia dikelilingi oleh dua kelemahan: (1). Kelemahan pada masa kanak-kanak dan kekurangan padanya; (2). Kelemahan masa tua dan kekurangan padanya. Seperti yang difirmankan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah جَلَّ جَلالُهُ, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya, dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (Ar-Rum : 54).
Kedua: Menghidupkan bumi setelah mati. Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً “Dan kamu lihat bumi ini kering,” diam, penuh debu-debu, tidak ada tanaman dan juga tidak ada hijau-hijauan padanya فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ “kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu,” maksudnya bergerak-gerak karena ada tumbuh-tumbuhan وَرَبَتْ “dan suburlah,” maksudnya menjadi semakin tinggi pasca diamnya. Yaitu dengan pertumbuhan tanamannya وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ “dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan,” yaitu satu jenis dari jenis-jenis tumbuhan بَهِيجٍ “yang indah,” mengagumkan orang-orang yang melihatnya dan menyenangkan orang-orang yang memandangnya.
Wahai manusia! hidup sesudah mati itu suatu keniscayaan. Jika kamu meragukan hari kebangkitan dari alam kubur, maka perhatikanlah perkembangan hidup kamu. Sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, yakni saripati makanan yang berasal dari tanah. Kemudian dari setetes mani, yang sudah bercampur antara sperma dan sel telur. Kemudian dari segumpal darah, setelah beberapa minggu. Kemudian dari segumpal daging setelah segumpal darah itu tumbuh-kembang menjadi segumpal daging dengan dua kemungkinan, ada yang sempurna kejadiannya tanpa cacat apa pun, dan yang tidak sempurna, karena ada cacat fisik maupun mental sejak dari kandungan, agar kami jelaskan kepada kamu bahwa kamu berada dalam kekuasaan kami. Dan kami tetapkan kamu sewaktu embrio dalam rahim ibumu menurut kehendak kami hingga tiap orang berbeda rentang waktu berada dalam kandungan ibunya sampai waktu yang sudah ditentukan, biasanya setelah 36 minggu. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibu kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampai kepada usia dewasa. Dan di antara kamu ada yang diwafatkan dalam usia muda, bahkan masih bayi; dan ada pula yang diberi umur panjang, serta dikembalikan kepada usia pikun karena sangat tua, sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya karena penyakit ketuaannya. Dan ada contoh lain betapa mudah bagi Allah membangkitkan manusia dari alam kubur, kamu lihat bumi ini kering, karena kekurangan air di musim kemarau, kemudian apabila telah kami turunkan air hujan di atasnya, maka hidup-lah bumi yang kering kerontang itu dan menjadi subur dan bumi yang subur itu menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah. Demikianlah paparan empiris tentang argumentasi betapa mudah bagi Allah membangkitkan manusia dari alam kubur menuju mahsyar. 6. Adapun yang demikian itu, membangkitkan manusia dari alam kubur, sangat mudah bagi Allah, karena sungguh Allah, dialah yang hak, satu-satunya tuhan yang berhak disembah, dan sungguh, dialah tuhan yang kekuasaan-Nya terasa dalam kehidupan ini, yaitu menghidupkan segala yang telah mati, dan sungguh, dia, tuhan, yang mahakuasa atas segala sesuatu, sehingga tak ada satu pun makhluk yang sanggup melawan kekuasaan-Nya.
Al-Hajj Ayat 5 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hajj Ayat 5, Makna Al-Hajj Ayat 5, Terjemahan Tafsir Al-Hajj Ayat 5, Al-Hajj Ayat 5 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hajj Ayat 5
Tafsir Surat Al-Hajj Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)