{21} Al-Anbiya / الأنبياء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المؤمنون / Al-Mu’minun {23} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hajj الحج (Haji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 22 Tafsir ayat Ke 27.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ ﴿٢٧﴾
wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya`tụka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya`tīna ming kulli fajjin ‘amīq
QS. Al-Hajj [22] : 27
Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.
Beritahukanlah, wahai Ibrahim, kepada manusia tentang kewajiban mengerjakan haji atas mereka, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan bermacam-macam keadaan mereka, dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang langsing, (yakni unta yang sedikit dagingnya karena terlalu banyak berjalan dan bekerja bukan karena kurus) yang datang dari segenap jalan yang jauh.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji.
Yaitu serukanlah kepada manusia untuk mengerjakan haji ke Baitullah ini yang Kami perintahkan kamu untuk membangunnya.
Menurut suatu pendapat, Nabi Ibrahim berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimanakah saya menyampaikan seruan itu kepada manusia, sedangkan suara saya tidak dapat mencapai mereka?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Berserulah kamu, dan Akulah yang menyampaikannya.” Maka Ibrahim berdiri di maqamnya.
Menurut pendapat lain di atas sebuah batu. Menurut pendapat yang lainnya di atas Bukit Safa.
Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, bahwa Ibrahim menaiki bukit Abu Qubais, lalu berseru, “Hai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian telah membuat sebuah rumah (Baitullah), maka berhajilah (berziarahlah) kalian kepadanya.”
Menurut suatu pendapat, setelah Ibrahim mengumandangkan seruan itu semua bukit dan gunung merendahkan dirinya, sehingga suaranya mencapai seluruh permukaan bumi, bayi-bayi yang masih berada di dalam rahim dan tulang sulbi dapat mendengar seruannya dan segala sesuatu yang mendengar suaranya menjawabnya, baik batu-batuan, pohon-pohonan, dan lain sebagainya. Didengar pula oleh semua orang yang telah dicatat oleh Allah bahwa dia akan mengerjakan haji, sampai hari kiamat. Jawaban mereka ialah “Labbaika Allahumma Labbaika (Kami penuhi seruan-Mu, ya Allah. Kami penuhi seruan-Mu, ya Allah).
Demikianlah garis besar dari apa yang telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, dan Sa’id ibnu Jubair serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim mengetengahkan riwayat ini dengan panjang lebar.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus., hingga akhir ayat.
Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai dalilnya untuk mengatakan bahwa ibadah haji dengan berjalan kaki bagi orang yang mampu melakukannya adalah lebih utama daripada berkendaraan, karena sebutan jalan kaki menempati rangking yang pertama dalam ayat ini. Hal ini menunjukkan perhatian Allah yang sangat besar kepada mereka, juga menunjukkan kekuatan tekad serta kerasnya kemauan mereka.
Waki’ telah meriwayatkan dari Abul Umais, dari Abu Halhalah, dari Muhammad ibnu Ka’b, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Saya tidak melakukan sesuatu yang buruk, kecuali hanya ingin melakukan ibadah haji dengan jalan kaki, karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
‘niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki’
Akan tetapi, pendapat yang dikatakan oleh kebanyakan ulama yaitu melakukan ibadah haji dengan berkendaraan adalah lebih utama karena mengikut perbuatan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Sesungguhnya beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan ibadah hajinya dengan berkendaraan, padahal kekuatan beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sangat prima.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
yang datang dari segenap penjuru yang jauh.
Yang dimaksud dengan kata fajjin ialah jalan atau penjuru. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas (Al Anbiyaa:31)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan, “Amiq” artinya jauh, menurut Mujahid, Ata, As-Saddi, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, dan As-Sauri serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Makna ayat ini sama dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam menceritakan perihal Nabi Ibrahim a.s. yang mengatakan dalam doanya:
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. (Ibrahim:37)
Maka tiada seorang pun yang memeluk agama Islam, melainkan hatinya rindu ingin melihat Ka’bah dan melakukan tawaf di sekelilingnya, kaum muslim dari segala penjuru dunia bertujuan untuk menziarahinya.
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji.” Beritahukanlah hal ini kepada mereka, dan serulah mereka kepadanya. Sampaikan kepada orang yang dekat dan jauh darinya tentang kewajiban (berhaji) dan keutamaannya. Sungguh, jika engkau telah memanggil mereka, niscaya mereka akan mendatangimu sebagai orang-orang yang berhaji atau mengerjakan umrah, رِجَالًا “dengan berjalan kaki,” maksudnya berjalan di atas kaki-kaki mereka karena terdorong oleh rasa kerinduan (kepadanya), وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ “dan mengendarai unta yang kurus,” maksudnya unta kurus yang melintasi perjalanan yang susah dan padang pasir yang ganas. Ia meneruskan langkahnya sampai ke tempat yang paling mulia مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ “dari segenap penjuru yang jauh,” dari setiap negeri yang jauh.
Khalil ar-Rahman (Ibrahim) ‘alaihissalam telah melaksanakannya. Sesudah itu, disusul oleh keturunannya Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Maka, mereka berdua menyeru umat manusia untuk berhaji ke Baitullah. Keduanya mensosialisasikan dan mengulang-ulanginya. Dan sungguh telah terwujud janji Allah جَلَّ جَلالُهُ itu. Orang-orang datang dengan berjalan kaki dan menumpangi kendaraan dari belahan bumi Timur dan Barat.
Dan serulah manusia, wahai ibrahim, untuk mengerjakan haji me-ngunjungi baitullah guna melaksanakan rangkaian manasik haji sete-lah engkau meninggikan fondasi kakbah dan membebaskannya dari kemusyrikan, niscaya mereka akan datang kepada seruan-Mu sesuai kemampuannya, dengan berjalan kaki bagi yang berjarak dekat, atau me-ngendarai setiap kuda atau unta yang kurus, karena jauhnya perjalanan menuju kakbah hingga kehabisan bekal. Mereka datang untuk menunaikan ibadah haji dari segenap penjuru dunia, baik yang dekat maupun yang jauh. 28. Dengan memenuhi seruan nabi ibrahim, mengunjungi baitullah guna menunaikan ibadah haji, kaum muslim mendapat keuntungan dunia akhirat, yakni agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka, terutama menguatkan perasaan bersaudara di antara umat muslim, dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan dalam rangkaian manasik haji seperti berkurban dengan mengumandangkan takbir pada hari raya haji atau hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12, dan 13 zulhijah atas rezeki yang dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya, sebagai tanda bersyukur dan sebagian lagi berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir sebagai tanda peduli dan berbagi dengan kaum duafa hingga perasaan gembira itu dirasakan bersama.
Al-Hajj Ayat 27 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hajj Ayat 27, Makna Al-Hajj Ayat 27, Terjemahan Tafsir Al-Hajj Ayat 27, Al-Hajj Ayat 27 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hajj Ayat 27
Tafsir Surat Al-Hajj Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)