{21} Al-Anbiya / الأنبياء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | المؤمنون / Al-Mu’minun {23} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Hajj الحج (Haji) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 22 Tafsir ayat Ke 34.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ ﴿٣٤﴾
wa likulli ummatin ja’alnā mansakal liyażkurusmallāhi ‘alā mā razaqahum mim bahīmatil-an’ām, fa ilāhukum ilāhuw wāḥidun fa lahū aslimụ, wa basysyiril-mukhbitīn
QS. Al-Hajj [22] : 34
Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),
Tiap-tiap umat beriman yang telah lalu, Kami tetapkan manasik untuk mereka berupa menyembelih dan mengalirkan darah. Hal itu dimaksudkan agar mereka menyebut nama Allah ketika menyembelih binatang ternak ini yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, dan bersyukur kepada-Nya. Illah (sembahan kalian), wahai manusia, adalah Illah Yang Maha Esa, yaitu Allah. Taatilah perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya. Berilah kabar gembira, wahai Nabi, kepada orang-orang yang merendahkan dan tunduk kepada Rabb mereka dengan kebaikan dunia dan akhirat.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa penyembelihan hewan kurban dengan menyebut nama Allah telah disyariatkan di semua agama.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban).
Bahwa yang dimaksud dengan mansak ialah hari raya.
Ikrimah mengatakan menyembelih kurban.
Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban). (Al Hajj:34) Sesungguhnya yang dimaksud adalah Makkah. Allah sama sekali belum pernah menjadikan buat suatu umat suatu mansak-pun selain dari Makkah.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.
Seperti yang telah ditetapkan di dalam kitab Sahihain melalui sahabat Anas yang telah menceritakan:
Didatangkan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dua ekor domba yang berbulu putih, berbelang hitam lagi bertanduk, lalu beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kakinya pada lambung kedua domba itu (untuk menyembelihnya).
Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Miskin, dari Aizullah Al-Mujasyi’i, dari Abu Daud (yakni Nufai’ ibnul Haris), dari Zaid ibnu Arqam yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, atau mereka (para sahabat) pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan hewan-hewan kurban ini? Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: “Ini adalah sunnah bapak moyang kalian, yaitu Nabi Ibrahim.” Mereka bertanya, “Lalu apakah yang kami peroleh darinya?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Pada setiap helai bulunya (yakni unta) terdapat satu pahala kebaikan.” Mereka bertanya, “Bagaimanakah dengan bulu (domba)nya?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Pada setiap helai bulu wolnya terdapat satu pahala kebaikan.”
Abu Abdullah Muhammad ibnu Yazid ibnu Majah telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sunannya melalui riwayat Salam ibnu Miskin dengan sanad yang sama.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka Tuhan kalian ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kalian kepadanya.
Yakni sembahan kalian adalah satu, sekalipun syariat para nabi itu bermacam-macam, yang sebagian darinya menghapuskan sebagian yang lainnya, tetapi pada garis besarnya semua syariat nabi-nabi menyerukan untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al Anbiyaa:25)
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
karena itu berserah dirilah kalian kepada-Nya.
Yaitu ikhlaslah dan berserah dirilah kalian kepada hukum-Nya dan taat kepada-Nya.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).
Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan mukhbitin ialah orang-orang yang tumaninah (tenang).
Menurut Ad-Dahhak dan Qatadah, maksudnya orang-orang yang merendahkan dirinya.
As-Saddi mengatakan orang-orang yang takut kepada Allah.
Sedangkan menurut Amr ibnu Aus, mukhbitin ialah orang-orang yang tidak aniaya, dan apabila mereka dizalimi, maka mereka tidak mendapat pertolongan (dari orang lain).
As-Sauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (Al Hajj:34) Yakni tenang lagi rida dengan keputusan Allah, berserah diri kepada-Nya, dan yang terbaik ialah apa yang dijelaskan dalam firman berikutnya yang berfungsi menjelaskannya, yaitu: (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. (Al Hajj:35) Maksudnya, hati mereka bergetar karena takut kepada Allah. orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka. (Al Hajj:35) Yaitu musibah-musibah yang menimpa diri mereka.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan bahwa hendaknya kita bersabar dalam menghadapi musibah atau kita binasa.
Maksudnya, وَلِكُلِّ أُمَّةٍ “dan bagi tiap-tiap umat,” dari umat-umat manusia yang telah berlalu, جَعَلْنَا مَنْسَكًا “telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),” maka berlomba-lombalah untuk mengerjakan kebaikan dan bersegeralah untuk melaksanakannya. Dan Kami akan memonitor siapakah orang yang paling baik amalannya. Hikmah Ilahi yang tersimpulkan pada ketetapan Allah جَلَّ جَلالُهُ mengenai manasik haji bagi setiap umat secara tersendiri adalah untuk menghidupkan dzikrullah dan perhatian untuk mensyukuriNya. Oleh karena itu, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ “Supaya mereka menyebut nama Allah جَلَّ جَلالُهُ terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah جَلَّ جَلالُهُ kepada mereka, maka tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa.” Kendatipun jenis-jenis aturan syariat berbeda-beda, semuanya sepakat pada satu prinsip dasar, yaitu penetapan uluhiyah bagi Allah جَلَّ جَلالُهُ dan pengesaanNya dengan ibadah, serta meninggalkan kesyirikan kepadaNya. Oleh karena itu, Allah جَلَّ جَلالُهُ berfirman, فَلَهُ أَسْلِمُوا “Karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya,” maksudnya patuhlah dan berserah dirilah kamu kepadanya, bukan kepada dzat lain. Sesungguhnya berserah diri kepadaNya adalah jalan yang mengantarkan menuju Darussalam (surga). وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ “Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ),” dengan kabar kebaikan dunia dan akhirat. Kata اَلْمُخْبِتُ bermakna orang yang tunduk kepada Rabbnya, pasrah dengan aturanNya, dan tawadhu’ dengan sesama.
Dan bagi setiap umat di antara umat para nabi terdahulu telah kami syariatkan penyembelihan hewan kurban guna mendekatkan diri kepada Allah, agar mereka menyebut nama Allah saat menyembelih hewan kurban, atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewaternak yang dikurbankan. Maka mantapkanlah dalam ucapan, pikiran, dan perasaan bahwa tuhanmu ialah tuhan yang maha esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya dengan salat yang khusyuk. Dan sampaikanlah olehmu, Muhammad, kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah bahwa mereka akan mendapat surga. 35. Mereka yang mantap ketauhidan dan ketundukannya kepada Allah adalah orang-orang yang apabila disebut nama Allah hati mereka bergetar karena kerinduan mereka kepada-Nya; orang-orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka, meskipun terasa pahit dan memberatkan punggung mereka; dan orang-orang yang melaksanakan salat wajib dan sunah dengan khusyuk; dan orang-orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang kami karuniakan kepada mereka, baik waktu lapang maupun waktu kekurangan.
Al-Hajj Ayat 34 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Hajj Ayat 34, Makna Al-Hajj Ayat 34, Terjemahan Tafsir Al-Hajj Ayat 34, Al-Hajj Ayat 34 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Hajj Ayat 34
Tafsir Surat Al-Hajj Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)