{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 14.
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ﴿١٤﴾
ṡumma khalaqnan-nuṭfata ‘alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata muḍgatan fa khalaqnal-muḍgata ‘iẓāman fa kasaunal-‘iẓāma laḥman ṡumma ansya`nāhu khalqan ākhar, fa tabārakallāhu aḥsanul-khāliqīn
QS. Al-Mu’minun [23] : 14
Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
Kemudian sperma tersebut Kami jadikan segumpal darah, yaitu darah yang merah. Lalu segumpal darah itu setelah empat puluh hari Kami jadikan segumpal daging, yaitu sepotong daging seukuran bisa dikunyah. Setelah itu Kami jadikan segumpal daging yang lentur tersebut menjadi tulang dan Kami bungkus tulang itu dengan daging. Kemudian Kami tumbuhkan menjadi makhluk yang berbentuk lain yang ditiupkan ruh ke dalamnya. Mahasuci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan yang terbaik.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah.
Yakni kemudian Kami jadikan air mani yang terpancarkan dari tulang sulbi laki-laki dan dari tulang dada perempuan segumpal darah mereka yang berbentuk memanjang.
Ikrimah mengatakan bahwa ‘alaqah adalah darah.
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging.
Yaitu berupa segumpal daging yang tidak berbentuk dan tidak pula beralur.
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang.
Artinya, Kami beri bentuk sehingga mempunyai kepala, dua tangan dan dua kaki berikut tulang-tulangnya, otot-ototnya, dan urat-uratnya.
Ulama lain membacanya ‘azman, bukan ‘izaman, menurut Ibnu Abbas artinya tulang sulbi.
Di dalam kitab sahih disebutkan melalui Abuz Zanad, dari Al-A’raj dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Semua jasad anak Adam hancur kecuali bagian bawah dari tulang punggungnya, karena dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia akan dibangkitkan kembali.
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Yakni Kami jadikan baginya daging yang menutupinya, mengikatnya dan memperkuatnya.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Yaitu kemudian Kami tiupkan ke dalam tubuhnya roh, hingga ia dapat bergerak hidup dan menjadi makhluk lain yang mempunyai pendengaran, penglihatan, perasaan, gerak, dan getaran.
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hassan, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Kasir maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Ali, dari ayahnya, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan, bahwa apabila nutfah (di dalam rahim) telah menjalani masa empat bulan, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh ke dalam janin yang berada di dalam tiga kegelapan (tiga lapis pelindungnya). Yang demikian itulah makna yang dimaksud oleh firman-Nya: Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. (Al Mu’minun: 14) Yakni Kami tiupkan roh ke dalamnya.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Sa’id Al-Khudii, bahwa makna yang dimaksud ialah peniupan roh ke dalam tubuh janin.
Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maksudnya, Kami tiupkan roh ke dalam tubuhnya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Abul Aliyah, Ad-Dahhak, Ar-Rabi’ ibnu Anas, As-Saddi, dan Ibnu Zaid, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Yaitu Kami pindahkan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga terlahirlah ia dalam rupa bayi. Lalu ia tumbuh menjadi anak-anak, kemudian mencapai usia balig, lalu menjadi dewasa, dan selanjutnya memasuki usia tua, kemudian usia pikun.
Pada garis besarnya tidak ada pertentangan di antara pendapat-pendapat tersebut, karena sesungguhnya sejak ditiupkan roh ke dalam tubuh si janin, maka dimulailah perubahan-perubahan itu dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Zaid ibnu Wahb, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepada kami: Sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar dihimpunkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk nutfah), kemudian berupa ‘alaqah dalam masa yang sama, kemudian dalam bentuk segumpal daging dalam masa yang sama, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya, maka malaikat itu meniupkan roh ke dalam tubuhnya dan diperintahkan untuk mencatat empat kalimat (perintah), yaitu tentang rezekinya, ajalnya, dan amal perbuatannya, serta apakah dia termasuk orang yang celaka atau orang yang bahagia. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli surga sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain hanya satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli neraka), maka pada akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan dimasukkanlah dia ke dalamnya. Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian benar-benar mengerjakan amal perbuatan ahli neraka, sehingga tiada jarak antara dia dan neraka selain satu hasta, tetapi suratan takdir telah mendahuluinya (bahwa dia termasuk ahli surga), maka pada akhirnya ia mengamalkan perbuatan ahli surga dan dimasukkanlah dia ke dalamnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A’masy.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy dari Abu Khaisamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud r.a. pernah berkata, “Sesungguhnya nutfah itu bila telah memasuki rahim, maka menyebarlah ia ke segenap rambut dan kuku, lalu tinggal selama empat puluh hari, setelah itu ia turun ke dalam rahim dan berubah menjadi ‘alaqah.”
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Husain ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Kadinah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah yang menceritakan bahwa seorang Yahudi bersua dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sedang berbicara dengan para sahabatnya. Kemudian orang-orang Quraisy berkata, “Hai orang Yahudi, sesungguhnya orang ini (maksudnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengakui dirinya sebagai seorang nabi.” Maka orang Yahudi itu berkata, “Sungguh aku akan menanyainya tentang sesuatu yang tidak diketahui oleh seorang pun kecuali hanya oleh seorang nabi.” Orang Yahudi itu datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan duduk di dalam majelisnya, lalu bertanya, “Hai Muhammad, dari apakah manusia diciptakan ?” Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Hai orang Yahudi, manusia diciptakan dari gabungan antara air mani laki-laki dan air mani perempuan. Air mani laki-laki berbentuk kental, darinya tercipta tulang dan otot-otot, sedangkan air mani perempuan berbentuk encer, darinya tercipta daging dan darah. Maka si Yahudi itu berkata, “Memang demikianlah dikatakan oleh orang-orang (para nabi) sebelum kamu.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Amr, dari AbutTufail, dari Huzaifah ibnu Usaid Al-Gifari yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Malaikat masuk ke dalam nutfah sesudah nutfah menetap di dalam rahim selama empat puluh malam, lalu malaikat bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah yang harus saya catat? Apakah dia termasuk orang celaka atau orang bahagia, apakah dia laki-laki atau perempuan?” Maka Allah berfirman, memerintahkannya untuk menulis laki-laki atau perempuan, dan malaikat itu menulis pula amal perbuatannya, sepak terjangnya, musibahnya, dan rezekinya. Kemudian lembaran itu dilipat, maka tiada penambahan atas apa yang telah tertulis dan tiada pula pengurangan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Amr ibnu Dinar dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Dan dari jalur lain melalui Abut Tufail Amir ibnu Wasilah, dari Huzaifah ibnu Usaid, dari Abu Syarihah Al-Gifari dengan lafaz yang semisal. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Abu Bakar, dari Anas, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah menugaskan seorang malaikat untuk menjaga rahim, maka malaikat itu berkata, “Wahai Tuhanku, masih berupa nutfah, wahai Tuhanku, telah menjadi ‘alaqah, wahai Tuhanku, telah menjadi segumpal daging.” Apabila Allah berkehendak untuk menciptakannya, malaikat itu bertanya, “Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan? Apakah dia celaka atau bahagia? Dan bagaimanakah dengan rezekinya dan ajalnya ?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Yang demikian itu dicatat di dalam rahim ibunya.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Hammad ibnu Zaid dengan sanad yang sama.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Setelah Allah menyebutkan tentang kekuasaan-Nya dan kelembutanNya dalam menciptakan nutfah ini dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain sehingga terbentuklah seperti bentuk manusia yang lengkap dan sempurna, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Anas yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan, “Aku bersesuaian dengan Tuhanku dalam empat perkara. Ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: ‘Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah’ (Al Mu’minun: 12), hingga akhir ayat. Maka aku berkata, ‘Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik.’ Lalu turunlah firman selanjutnya, yaitu:
‘Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik’.
Demikian itu karena surat ini Makkiyyah, sedangkan Zaid ibnu Sabit menjadi juru tulis wahyu hanyalah setelah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Madinah. Demikian pula masuk islamnya sahabat Mu’az ibnu Jabal, hanyalah setelah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berada di Madinah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
{ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ} “Kemudian Kami jadikan air mani itu,” yang telah menetap sebelumnya menjadi {عَلَقَةً} “segumpal darah,” yaitu darah merah setelah melewati empat puluh hari sejak menjadi nutfah. Kemudian {فخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ} “Kami jadikan segumpal darah itu,” sesudah empat puluh hari berikutnya {مُضْغَةً} “segumpal daging,” yaitu sepotong daging kecil sebesar satu kali kunyahan, karena ben-tuknya yang kecil. {فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ} “Kemudian Kami jadikan segumpal daging itu,” yang lunak sebagai {عِظَامًا} “tulang belulang,” yang keras yang mana daging sudah mengisi celah-celahnya sesuai dengan kebutuhan badan terhadapnya. {فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا} “Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging,” maksudnya, Kami menjadikan daging sebagai pembungkus tulang-belulang itu, sebagaimana Kami menjadikan tulang-belulang sebagai penyangga daging. Proses ini terjadi pada usia empat puluh hari yang ketiga. {ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ} “Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain,” ditiupkan padanya ruh, hingga beralih dari kondisi sebagai benda mati ke benda yang hidup. {فَتَبَارَكَ اللَّهُ} “Maka Mahasucilah Allah,” Mahatinggi, Mahabesar dan banyak curahan kebaikanNya, dan Dia adalah {أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ} “Pencipta Yang Paling Baik.”
{ الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ }
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan dengan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Ke-mudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)Nya, dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali yang bersyukur.” (As-Sajdah: 7-9).
Jadi, semua penciptaanNya baik. Manusia termasuk makhluk ciptaan Allah yang terbaik, bahkan merupakan makhluk terbaik secara mutlak, seperti kandungan Firman Allah,
{لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ}
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4). Oleh karena itu, orang-orang pilihan dari kalangan manusia, menjadi makhluk yang paling utama.
Setelah berada di rahim, kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, yang bergantung di dinding rahim, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, setelah kami tiupkan roh kepadanya, kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain yang sepenuhnya berbeda dari unsur-unsur kejadiannya di atas, bahkan berbeda dari makhluk-mahluk lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik. 15-16. Setelah manusia lahir dan mengalami pertumbuhan, kemudian setelah itu, yakni setelah melalui proses kehidupan di dunia, sesungguhnya kamu, wahai manusia, pasti mati. Kemudian, setelah kamu mati dan dikuburkan, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari kiamat untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu di dunia.
Al-Mu’minun Ayat 14 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 14, Makna Al-Mu’minun Ayat 14, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 14, Al-Mu’minun Ayat 14 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 14
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)