{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 24.
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَـٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَـٰذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ ﴿٢٤﴾
fa qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī mā hāżā illā basyarum miṡlukum yurīdu ay yatafaḍḍala ‘alaikum, walau syā`allāhu la`anzala malā`ikatam mā sami’nā bihāżā fī ābā`inal-awwalīn
QS. Al-Mu’minun [23] : 24
Maka berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya, “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang ingin menjadi orang yang lebih mulia daripada kamu. Dan seandainya Allah menghendaki, tentu Dia mengutus malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada (masa) nenek moyang kami dahulu.
Pembesar kaumnya mendustakannya dan berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya ia hanya manusia biasa seperti kalian. Tidak beda sedikit pun dari kalian. Ia hanya menginginkan dengan ucapan-ucapannya kepemimpinan dan kemuliaan atas kalian. Jika Allah memang hendak mengutus seorang Rasul kepada kita pastilah ia berasal dari golongan malaikat. Kita tidak pernah mendengar hal seperti itu dari ayah-ayah dan nenek moyang kita yang dahulu.
Maka pemuka-pemuka orang kafir di antara kaumnya menjawab:
Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari pada kalian.
Yakni merasa lebih tinggi daripada kalian dan merasa besar diri dengan mengakui diri sebagai seorang nabi, padahal dia adalah seorang manusia, sama dengan kalian. Maka mana mungkin kalau dia diberi wahyu, sedangkan kalian tidak?
Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa malaikat.
Yaitu sekiranya Allah ingin mengutus seorang nabi, tentulah Dia mengutus malaikat dari sisi-Nya, bukan manusia.
Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini.
Yakni seorang manusia menjadi rasul di kalangan nenek moyang terdahulu. Mereka yang dimaksud adalah para pendahulu dan bapak-bapak mereka di masa silam.
Beliau tetap melangsungkan dakwah, menyeru me-reka dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, di malam dan siang hari selama seribu tahun kurang lima puluh tahun lama-nya (sembilan ratus lima puluh tahun lamanya). Mereka tidaklah bertambah kecuali kesombongan dan antipati saja. {فَقَالَ الْمَلأ} “Maka pemuka-pemuka orang yang kafir dari kaumnya menjawab,” yaitu dari kalangan para pembesar dan para pimpinannya yang menjadi panutan untuk melawan Nabi mereka Nuh dan memperingatkan (para pengikut mereka) darinya, {مَا هَذَا إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ} “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu,” maksudnya, ti-daklah dia melainkan manusia (biasa) seperti kalian juga. Obsesinya saat dia mengklaim sebagai seorang nabi adalah untuk menambah keutamaannya atas diri kalian supaya menjadi orang yang diikuti. Kalau tidak demikian maksudnya, lalu apakah yang mengunggul-kannya di atas kalian padahal dia berasal dari komunitas kalian!? Penolakan semacam ini senantiasa melekat pada orang-orang yang mendustakan para rasul. Allah telah menyanggah komentar itu de-ngan sanggahan yang tuntas melalui lisan para rasul, seperti yang termaktub dalam FirmanNya, {قالوا} “Mereka berkata,” kepada para rasul mereka,
{إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ * قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ}
“Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu meng-hendaki untuk menghalang-halangi kami dari apa yang selalu disembah oleh nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami bukti yang nyata. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, ‘Kami tidak lain hanya-lah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki dari para hambaNya’.” (Ibrahim: 10-11).
Maka, mereka (para rasul) memberitahukan bahwa risalah itu merupakan kemurahan dan karunia Allah. Kalian tidak berhak untuk membatasi dan menghalangiNya untuk mencurahkan ke-utamaanNya kepada kami.
Mereka juga berkomentar, {ولو شاء الله لأنزل ملائكة} “Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat.” Ini juga bentuk penolakan yang batil terhadap kehendak Allah. Sekiranya Allah berkehendak, niscaya Allah mengutus beberapa malaikat. Sesungguhnya Dia Mahabijak lagi Maha Penyayang. Sifat hikmah dan rahmatNya (kepada manusia) menuntut supaya seorang rasul berasal dari jenis manusia. Karena (bila rasul berbentuk) malaikat, orang-orang itu tidak akan mampu menjalin komunikasi dengan mereka. Dan tidak mungkin berhasil kecuali dalam rupa manusia. Kemudian, kekaburan kembali menyelimuti mereka sebagaimana semula. Mereka berkata, {مَا سَمِعْنَا بِهَذَا} “Belum pernah kami mendengar (seruan seperti) ini,” yaitu pengutusan seorang rasul {فِي آبَائِنَا الأوَّلِينَ} “pada masa nenek moyang kami yang dahulu,” model alasan apakah ini (yang mendasarkan pada pengakuan mereka) tidak pernah men-dengar pengiriman seorang rasul kepada nenek moyang mereka?! Karena pengetahuan mereka itu tidak meliputi seluruh kejadian lampau. Maka, janganlah ketidaktahuan mereka dijadikan sebagai alasan pembelaan diri!
Anggap saja, Allah belum pernah mengutus seorang rasul dari kalangan mereka. Kondisi mereka tidak lepas dari dua opsi; pertama, berada di atas petunjuk sehingga tidak membutuhkan pengutusan seorang rasul saat itu. Kedua, mereka tidak berada di atas petunjuk, maka hendaklah mereka memuji dan mensyukuri Allah, lantaran telah mengistimewakan mereka dengan kenikmatan yang tidak datang kepada nenek moyang mereka, dan mereka tidak merasakannya. Dan janganlah mereka menjadikan sikap tidak baik mereka kepada orang lain sebagai penyebab pengingkaran mereka terhadap curahan kebaikan yang tertuju pada mereka.
Maka tanpa berpikir panjang, berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya kepada para pengikut mereka sebagai respons atas ajakan nabi nuh, ‘orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu. Dia tidak punya keistimewaan apa pun untuk menjadi utusan tuhan. Dia hanyalah orang yang ingin menjadi lebih mulia daripada kamu dengan mencitrakan diri agar dapat menjadi pemimpin kamu dengan mengaku sebagai utusan tuhan. Dan seandainya Allah menghendaki mengutus seorang rasul, tentu dia mengutus malaikat, bukan manusia seperti nuh. Belum pernah kami mendengar seruan seperti ini pada masa nenek moyang kami dahulu. ’25. Para pemuka orang kafir itu melanjutkan, ‘dia, yakni nuh, ha-Nyalah seorang laki-laki yang gila sehingga dia ingin menonjolkan diri, maka tunggulah terhadapnya, yakni bersabarlah kamu, sampai waktu yang ditentukan di mana dia sembuh atau meninggal dunia. ‘.
Al-Mu’minun Ayat 24 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 24, Makna Al-Mu’minun Ayat 24, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 24, Al-Mu’minun Ayat 24 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 24
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)